Araxi tersenyum melihat itu, tadinya dia ingin memarahi Raka lagi, tetapi melihat tulus permintaan maaf dari Raka membuat Araxi tersenyum dan mengangguk.

"Pantes begitu, Ar?" celetuk Dicky kemudian pergi meninggalkan Raka dan Araxi.

"Ky! Eh, aduh kan cowok gue salah paham. Dicky! Tunggu!" Araxi menjalankan kursi rodanya berusaha untuk mengejar Dicky.

"Dicky! Lo nggak berhenti, gue tendang lo dari belakang!" Teriakan Araxi membuat Dicky menghentikan langkahnya.

Araxi tersenyum melihat itu, dengan cepat dia menghampiri Dicky. "Jangan marah dulu, tadi dokter Raka cuman bantuin aku. Kaki aku sakit banget belum bisa jalan, jadi harus pake kursi roda."

Dicky mengusap wajahnya kasar kemudian berjongkok di depan Araxi. "Maaf, ya udah marah sama kamu. Aku cuman panik pas kamu bilang, kamu diserempet motor juga. Dari apartement aku langsung ke sini"

Araxi mengangkat satu alisnya.

Apartement?

"Bukannya kamu di rumah, nemenin Mama yang abis diserempet motor?" tanya Araxi membuat Dicky langsung membuang mukanya ke samping.

"Kamu pulang sama Valent bisa? Aku ada urusan," ucap Dicky, mengabaikan pertanyaan Araxi.

"Urusan apa yang bikin kamu nggak bisa anterin aku pulang?" Araxi menatap mata Dicky.

"Ar! Aku bilang, aku ada urusan! Kamu pulang sama Valent bisa, kan?! Jangan manja, Ar! Jangan apa-apa maunya sama aku, kamu kira aku nggak punya kesibukan sendiri? Masih bagus aku mau ke sini!"

Araxi menghapus air matanya yang jatuh, dia memang terlihat emosional, tetapi jika sudah dibentak oleh orang yang dia sayang hatinya akan sakit dan air matanya akan keluar.

Dengan senyuman kecil Araxi mengangguk kecewa. "Iya, maaf. Kalo selama ini aku manja sama kamu, maaf udah repotin kamu. Makasih, kamu udah sempetin waktu buat ke sini. Aku pulang sama Valent, kamu urus dulu aja urusan kamu. Permisi." Araxi menjalankan kursi rodanya meninggalkan Dicky yang nampak terpaku di tempat.

Sakit. Itu yang Araxi rasakan, 4 tahun hubungannya berjalan. Pertama kalinya Dicky membentak Araxi, tanpa alasan yang jelas.

Dicky berubah, itu yang Araxi rasakan. Sebenarnya sudah lama Araxi merasa Dicky berubah, tetapi dia tepis perasaannya itu. Sekarang, Dicky membentaknya membuat Araxi semakin yakin akan perubahan Dicky.

"Gue injek-injek adick kecil lo, Dicky baru tau rasa! Nanti, tunggu aja," gerutu Araxi kesal pada Dicky.

Setelah beberapa menit menunggu. Araxi melihat mobil Heazel berhenti di depannya.

"Gue tadi nelponnya Valent, kenapa yang dateng Pak Heazel?" tanyanya keheranan.

Valent keluar dari mobil Heazel dan langsung menghampiri Araxi.

"Lo nggak apa-apa? Ko bisa diserempet? Lo jalannya nggak liat-liat, ya? Kaki lo udah diobatin? Siapa yang nyerempet lo? Udah lapor polisi?" tanya Valent bertubu-tubi sambil menatap khawatir Araxi.

"Valent, i'm fine!" teriak Araxi, Valent langsung mengembuskan napasnya lega.

"Yaudah, pulang yok. Ngomong-ngomong Dicky mana? Tadi kata lo bukannya dia ke sini?" tanya Valent.

"Tadi, sekarang nggak tau ke mana. Udah, ah ayok! Bodo amat sama dia, i don't care!"

Valent mengangkat bahunya, melihat wajah kusut Araxi seperti pakaian yang belum disetrika.

Araxi jika sedang marah dia akan berhenti peduli pada orang yang sedang dimarahinya, tetapi jika marahnya sudah hilang kepedulian Araxi akan kembali lagi. Valent sudah sangat mengenal sahabatnya itu.

Valent membantu Araxi untuk menaiki mobil Heazel, setelah itu mobil Heazel melaju dengan kecepatan sedang.

_MAMH_

setelah mengantar Araxi sampai di rumahnya. Valent dan Heazel langsung kembali melanjutkan perjalanannya menuju rumah Valent.

Agatha sudah tertidur. Valent tidak tega jika harus membangunkannya, Heazel dengan sigap langsung menggendong Agatha dan menaruh Agatha di kasur kamarnya.

"Terima kasih, Pak. Udah ajak saya sama Agatha makan malam," ucap Valent.

"Sama-sama, kalo gitu saya permisi dulu. Kamu langsung istirahat, ya besok masuk kerja." Tangan Valent mengacak pelan rambut Valent. Membuat Valent terdiam atas perilaku Heazel padanya.

Heazel lagi-lagi salah tingkah, dengan cepat dia keluar dari rumah Valent menuju mobilnya.

"Astagah, jantung gue senam malam-malam." Valent menutup pintunya saat mobil Heazel sudah tidak terlihat.

Tok! Tok!

"Siapa, ya? Pak Heazel? Kenapa dia balik lagi?" Valent kembali membuka pintu, dan sungguh sangat tidak percaya dengan apa yang dilihatnya dan siapa yang datang ke rumahnya.

Vanya.

"Long time no see, Valent?"

"Long time no see, Valent?"

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.
My Aunt My Hero [END].Où les histoires vivent. Découvrez maintenant