Saat Dava hendak masuk ke dalam lift bersama Vanilla, tiba-tiba saja Vanilla di tarik ke belakang hingga punggung Vanilla menabrak tembok. "Lo jangan playing victim Vanilla!" teriak Soraya seperti orang kesetanan.

Vanilla tidak menjawab, matanya berkaca-kaca, tangan dan bibirnya gemetaran, bahkan wajahnya terlihat begitu pucat.

Dava langsung menarik pergelangan Soraya dan mencengkeramnya kuat. "Gue udah lihat kelakuan lo!" ucapnya penuh penekanan. Tangannya terus mencengkram pergelangan tangan Soraya dengan sangat kuat hingga Soraya terlihat kesakitan.

Melihat kejadian itu, Vanilla mengembangkan senyum di salah satu sudut bibirnya. Vanilla berbicara dengan ekspresi wajahnya bahwa Dava tidak akan percaya dengan apapun yang Soraya katakan.

"Dav, dia cuma acting!"

"Diam!" Bentak Dava mengejutkan orang-orang yang berada di sekitarnya. "Selama ini gue diam karena gue gak mau merusak hubungan antara orang tua Lo dan keluarga gue!"

"Dav, percaya sama a--"

"Percaya apa?" Potong Dava. "Lo lihat keadaan Vanilla? Lo apain dia hah!?" Dava melepaskan cengkeramannya hingga Soraya terhuyung beberapa langkah ke belakang.

Dava berteriak kesal. Tangannya mengepal hingga buku-buku jarinya memutih. Rasanya Dava ingin mendaratkan pukulannya pada Soraya, namun Vanilla tiba-tiba berdiri di antara Dava dan Soraya seraya mengatakan, "aku gak kenapa-napa, Dav."

Dava mengangkat tangan Vanilla yang terluka dan penuh dengan darah, "ini yang di bilang gak kenapa-napa?" tanya Dava emosi. "Gila Lo ya!" ucapnya beralih pada Soraya.

"Dia yang gila, bukan gue! Dia yang nyerang gue duluan!" Soraya tidak bisa kalah begitu saja. "Dav, dia bohong Dav. Gue sama sekali gak-- DAVA!"

Dava sama sekali tidak menggubris Soraya. Ia langsung menarik Vanilla masuk dan memencet tombol menuju lobby. Dava sempat mendengar teriakan frustasi Soraya sebelum akhirnya lift tertutup rapat dan mulai beranjak turun.

Dalam hati Vanilla bersorak senang. Ini bukan bagian dari rencananya, tapi berjalan dengan sangat sempurna, di luar dari yang Vanilla bayangkan. Mendengar teriakan Soraya membuat Vanilla kembali tersenyum.

Vanilla harus mengambil langkah yang berbeda untuk mempertahankan apa yang seharusnya menjadi milik Vanilla.

****

Alih-alih ke rumah sakit, Vanilla malah meminta Dava untuk mengantarnya pulang. Vanilla ingin Rey yang memeriksa seluruh lukanya.

Tidak ada luka yang serius. Pelipisnya  hanya memar dan tidak ada tanda-tanda pendarahan di dalam otak Vanilla. Luka di leher Vanilla juga hanya goresan yang tidak terlalu dalam, sedangkan luka di tangan Vanilla memang cukup parah, namun akan baik-baik saja.

"Kenapa bisa begini?" tanya Rey mulai menginterogasi Vanilla dan Dava. Dava juga tadi tidak sempat bertanya apa yang sebenarnya terjadi, karena ia terlalu panik melihat kondisi Vanilla.

Vanilla menghela napas lelah. "Tadi Vanilla nunggu Sandra di ruangan Dava, dan Vanilla datang ke ruangan Soraya. Vanilla bilang untuk gak lagi jadi penghalang hubungan Vanilla dan Dava. Soraya gak terima dan seperti yang kakak liat, pasti kakak tau alurnya gimana." Vanilla menjelaskan secara singkat kepada Rey dan Dava.

Dava memijit keningnya. Dava tahu bagaimana sifat Soraya, namun Dava tidak menyangka jika Soraya bisa melakukan hal nekat sepertinya tadi. Bayangkan jika Dava terlambat, bisa-bisa Soraya tidak melepaskan Vanilla.

If You Know When [TELAH DITERBITKAN]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن