"Tapi, udah terlambat," lirih Azri menghembuskan nafas kasar.

"Apanya yang terlambat? umur kamu aja masih delapan belas. Lagian kenapa sih kamu malah bahas kelulusan kita. Orang masih ada waktu enam bulan lagi kok," kekeh Grizella.

"Waktu enam bulan itu nggak akan kerasa kalau kita melewatkannya dengan orang-orang terkasih."

"Iya, aku tau. Emangnya kamu mau kemana sih?" tanya Grizella heran.

Tak biasanya Azri mengunjungi kelasnya sepagi ini, biasanya cowok itu akan berkunjung jika waktu PBM saja untuk patroli selebihnya tidak. 

Dengan herannya lagi, Azri tak pernah menanyakan keberadaan Uri dan Queen apalagi membahas masalah seperti  kelulusan ini. Padahal waktu kelulusan mereka masih lama. 

"Nggak tau," jawabannya mengacak rambut Grizella.

Dada Grizella berdesir cepat, bukan karena ia menyukai Azri tetapi mendengar jawaban cowok itu yang entah mengapa membuatnya takut.

"Kamu kenapa sih?" gumam Grizella menatap Azri.

"Gue baik-baik aja," jawabnya.

Grizella hanya mengangguk berusaha berpikir positif dan menghilangkan perasaan ganjal yang melanda dirinya.

"Griz?" panggil Azri.

Grizella menatap Azri dalam menanti kelanjutan ucapan cowok itu sambil berdeham sebagai jawaban.

"Lo mau nggak jadi sahabat gue?"

Grizella mengangguk kaku benar-benar tak mengerti dengan perubahan sikap Azri yang aneh menurut Grizella.

"Gue mau masa remaja yang bahagia, bersama lo, Uri dan Queen itu aja."

                               〰〰〰

Grizella menekan kuat perutnya menahan hasrat panggilan alam. Sedari tadi ia tak fokus memperhatikan guru yang mengejar karena sudah tak tahan.

Bukannya tak ingin keluar dari kelas tapi Yoga selaku ketua kelas mereka sedang diluar juga dan terpaksa Grizella harus menunggu Yoga sampai masuk kedalam kelas.

Melihat Yoga yang sudah melenggang masuk, dengan cepat Grizella meminta izin pada Bu Dewi untuk menuntaskan panggilan alamnya.

Grizella bernafas lega keluar dari toilet, gadis itu kembali bersenandung kecil menuju kelasnya.

Langkah Grizella terpaksa terhenti karena seorang cowok jangkung yang menghadangnya dengan paksa.

Grizella menatap sekilas cowok itu dan memutar bola matanya malas. Rasa khawatir, rindu dan malas melihat cowok ini bercampur aduk dalam perasaan Grizella.

"Lepasin!!" sentak Grizella berusaha melepaskan tangannya.

"Lo dari mana aja?" tanya Garuda. 

"Toilet!" ketus Grizella tanpa menatap Garuda.

"Kenapa lo ketus-ketus ngomong sama gue? Udah berani lawan gue?" tanya Garuda.

"Udah," jawab Grizella takut-takut.

Garuda mengangkat alisnya sebelah tanpa melepaskan tangan Grizella yang digenggamnya.

"Kangen." Langsung saja Garuda memeluk Grizella.

Mata, jantung dan pipi berkerja sama membuat perasaan aneh pada diri Grizella. Matanya terbelalak kaget atas perlakuan Garuda yang tak wajar, bagaimana tak wajar ini masih disekolah dan bayangkan saja ini di koridor sekolah tempat siswa berlalu lalang dari seluruh penjuru kelas.

Jantung Grizella berdisko kencang didalam sana atas perlakuan manis tak terduga dari Garuda sedangkan pipinya merona merah atas perilaku Garuda.

Sempat terbuai dengan pelukan Garuda, sontak saja Grizella langsung melepaskan pelukannya karena mulai menjadi pusat perhatian siswa yang melewati mereka.

Meski berontak keras, tetap saja Garuda tak mau melepaskannya dan malah keenakan memainkan rambut Grizella yang tergerai.

"Ehh, lepasin, Garuda. Malu diliatin banyak orang," cicit Grizella memukul-mukul punggung Garuda.

"Lo nggak kangen gue?" ranya Garuda bergumam seraya memilin-milin rambut Grizella.

"Lepasin, ini disekolah Garuda. Jangan aneh-aneh, Garuda. Ini disekolah!" peringat Grizella kesal.

"Gue beneran kangen sama lo, tiga minggu nggak ketemu lo, rindu ketemu lo jadi numpuk," ujar Garuda serak tanpa melepas pelukannya.

Dibalik pelukan dengan Garuda, terbesit rasa senang dalam hati Grizella kala cowok itu merindukannya. Semoga saja setelah ini tak ada kata yang akan membuat
Grizella jatuh sakit akibat perkataan yang dilontarkan Garuda. 

"Lo kangen nggak sama gue?" tanya Garuda.

Grizella menggeleng malu. "Nggak," jawabnya ketus.

Dengan terpaksa Garuda melepaskan pelukannya dan menatap tajam Grizella yang kini memalingkan wajahnya.

"Yakin nggak kangen gue?" tanya Garuda membawa Grizella pada pembatasan toilet dan kelas.

"Yakin," jawab Grizella tak pasti.

Garuda terkekeh pelan. "Beneran yakin? lo nggak pengen tau kabar gue?" goda Garuda mengedipkan matanya.

Grizella langsung saja memeluk Garuda diiringi dengan isak tangisnya sambil memukul-mukul dada cowok itu.

"Kenapa sih?" kekeh Garuda mengusap kepala Grizella yang kini sudah menangis terisak.

"Kamu malah nanya kenapa...hiks, kamu sadar nggak sih kamu udah buat aku khawatir...hiks. Kamu aja aku kemarin dan dengan seenaknya aja kamu ninggalin aku dijalan terus ngilang gitu aja...hiks," isak Grizella dalam pelukan Garuda.

"Maaf," sesal Garuda membalas pelukan Grizella.

"Kamu jahat, aku nggak mau maafin kamu..hiks." Grizella melepas pelukannya dan melipat tangannya didepan dada setelah menghapus air matanya.

"Kok cengeng banget ya?" goda Garuda menghapus sisa air mata Grizella. 

Dengan cepat Grizella menepis tangan Garuda yang mengusap air matanya, Grizella tak ingin terlalu baper hingga jatuh terlalu dalam pada perlakuan Garuda yang akhirnya membuat nya sakit sendiri.

"Aku emang cengeng, nggak usah diejek," ujar Grizella memalingkan wajah kearah lain.

"Gue minta maaf atas semuanya."

"Nggak aku maafin."

"Harus dimaafin pokoknya T.I.T.I.K."

"Itu mau kamu bukan maunya aku." Grizella melangkah meninggalkan Garuda menuju kelasnya.

"Pulang sama gue!" teriak Garuda.

"Nggak," tekan Grizella berbalas berteriak.

Garuda menatap punggung Grizella yang sudah menjauh dari jangkauannya, Garuda yakin pada akhirnya Grizella akan memaafkan nya karena Garuda menggunakan segala cara agar membuat Grizella bertekuk lutut padanya. 

〰〰〰〰

Untuk cast kalian bisa check di instagram:
@Garuda.story_








GARUDA (END) Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt