02. Barata Almaraja

Zacznij od początku
                                    

Mereka berjalan melewati lobi utama. Beberapa pelayan yang melihat mereka sedikit menundukan kepalanya tanda hormat. Keluarga Raja adalah keluarga yang sangat dihormati, tidak hanya di negara sendiri, namun juga negera lainnya.

Pilar-pilar kokoh bernuansa putih dan lampu-lampu gantung yang bernilai fantastis menyambut mereka. Tidak ada sama sekali ceceran sampah yang terlihat, semua sangat bersih dan tertata rapi.

"Dari mana kalian? Nggak berantem lagi kayak kemarin?" tanya seorang wanita paruh baya yang masih terlihat anggun, kini berjalan mendekati mereka.

"Hehe..., nggak kok Tante," jawab Eric sambil menyengir kuda.

Mendengar suara wanita tercinta, Bara segera memeluk dan mencium singkat kening Luna, mamanya. 

Memang benar, tepatnya kemarin mereka pulang dengan keadaan babak belur di seluruh wajahnya, kecuali Bara. Walaupun bertengkar sebesar apa pun ia sebisa mungkin tak membiarkan tubuhnya terluka.

"Udah malem, kalian mau tidur di sini?"

Marva melirik jam yang ada di ponselnya. Waktu menunjukan pukul 10.00 malam.  Ia berpikir sejenak dan akhirnya ia mengangguk  pelan. "Marva nginep aja deh, udah jam segini juga. Lagian di rumah juga nggak ada orang, papi sama mami lagi ke rumah saudara."

"Tristan sama Eric juga deh," tambah Tristan.

"Ya udah sana kalian makan dulu terus istirahat!"

"Ma, Bara ke kamar dulu mau ganti baju."

"Tapi jangan lama-lama, keburu dingin makanannya."

"Iya."

Dengan langkah lebar, Bara mulai menaiki tangga untuk menuju kamarnya. Kamar yang dominan dengan warna abu-abu hitamnya itu seperti mencerminkan diri Bara yang selalu ditakuti. Tak ada seorang pun yang berani menginjakan kaki untuk masuk ke dalam, kecuali keluarganya sendiri. Entah ada rahasia apa di dalam, tak ada yang tau itu.

Setelah membersihkan tubuh dan mengganti pakaian, Bara kembali melangkahkan kaki menuju meja makan. Dari kejauhan sudah bisa dilihat jika ketiga sahabatnya itu masih sibuk memakan beberapa makanan yang ada di meja.

Tanpa sepatah kata pun Bara mendudukan diri di samping Tristan.

"Besok kan masih libur tuh, lo mau kemana, Bar?" tanya Eric.

"Ngurus berkas," balasnya.

"Yang udah kerja mah beda ya," celetuk Eric.

"Emang lo, biasanya cuman molor," ejek Tristan.

"Eh sorry ya, gini-gini dompet gue tebel," balas Marva tak terima.

"Iya tebel, kan tu dompet isinya kertas cicilan." Seketika tawa Marva pecah saat mendengar perkataan Tristan.

Bara yang mendengar itu hanya menggelengkan kepala sembari menyuapkan sedok makanan ke mulutnya. Beginilah sifat ketiga sahabatnya yang selalu membuat suasana menjadi ramai. Berbeda dengan dirinya yang memilih untuk menikmati saja.

"Berdosa lo ngomongin aib sahabat," cetus Eric menahan malunya.

"Lo aja yang baperan," ucap Marva membela Tristan. Eric menghela nafas kesal.

Bara yang sudah menyelesaikan makan, ia langsung beranjak dari tempat duduknya.

"Gue ke kamar."

  ****

Hari sudah berganti Minggu. Hari dimana semua orang bersantai ria, tetapi berbeda dengan Bara yang sekarang ini masih disibukkan dengan berkas-berkas yang menumpuk di meja kerjanya.

Seperti tak ada rasa lelah di hidup Bara, apa pun selalu ia tangani dengan baik dan teliti. Seperti sekarang, selain berkas-berkas ini masih banyak lagi pekerjaan atau pun tugas yang harus ia selesaikan segera.

Suara dering ponsel Bara tiba-tiba berbunyi. Salah satu nama anak buahnya tertera di layar ponsel.

"Hmm?"

"Tuan, semua udah beres."

"Bagus."

"Tapi ada seseorang yang berusaha bobol situs perusahaan."

"Cari tau!"

"Baik."

Bara mematikan ponselnya. Ia mengeram, masih saja ada orang yang ingin bermain-main dengannya. Ia tersenyum misterius, sama sekali tak masalah besar untuknya.

____________________________________
____________________________________

Hai 🖐

Gimana nih kalian udah baca sampai part 2?
Suka nggak?
Semoga suka ya kalian

Jangan lupa juga buat vote dan komen, oke!

Tunggu update

My King (END)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz