4 - F O U R

21 3 0
                                    

tanya Aros yang secara gamblang memotong ucapan Aster. Aster menjawab, "secara harfiah juga bisa disebut menerawang. Akan tetapi..."

"Bisa dong bikin cewek-cewek di depan sana hanya memakai pakaian dalam saja?" potong Aros lagi sembai menggerakkan tangannya membentuk seperti lekuk badan yang ia maksudkan dan apa yang sama-sama kita pikirkan. Pikiran kotornya mulai berulah. Muka mesumnya terpasang jelas seperti sapi kegirangan. Aster memperhatikan gadis-gadis yang Aros maksud di seberang sana. Lalu membalikkan badannya.

"Saya rasa bisa. Namun butuh sekitar 3 menit untuk mencocokkan data kolokasi dengan serat benda untuk menganalisis strukturnya. Karena master Awan tidak pernah menggunakan fitur ini sebelumnya"

"Selama apapun akan kutunggu!" ucap Aros menggebu sembari mengangkat jempolnya kearah Aster dengan mukanya yang semakin menjadi-jadi.

"Baiklah, silahkan anda menunggu sebentar-"

"TIDAK BOLEH!" tegas Awan sambil menjitak kepala Aros dengan botol minuman yang sudah ia habiskan sedari tadi. Malah hampir saja ia tersedak karena mendengar Aros mengatakan '...pakaian dalam saja'.

"Apa-apaan sih Wan?" protes Aros. Ia mengusap-usap bekas jitakan Awan dikepalanya. Sakit kali, batinnya. Aster terbang menuju pundak Awan dan mendudukkan dirinya sendiri disana. Kata-kata Awan adalah perintah mutlak untuk Aster, jika tidak ya berarti tidak.

"Gue gak pernah pake itu fitur, malah lo yang mau pake. Ngeres mulu pikiran lo, butuh dicuci otak tuh. Rukyah sekalian! Biar jinnya gak gangguin lo lagi," cecar Awan. Mengutuk pikiran-pikiran Aros yang memang selalu menjauh dari kewajaran.

"Ettdah... Gak seru lo!" keluh Aros setengah berteriak. Ia menggerutukan sesuatu tentang kesakitannya. Awan memang sudah memaklumi Aros yang kelakuannya rada-rada porn ini. Walaupun ia juga merasa penasaran dengan itu, Awan masih harus berpikir duakali untuk memakai fitur itu. Ia masih menghormati privasi wanita. Tapi tiba-tiba pikiran aneh menggelitik otaknya,

"Mungkin lain kali gue coba fitur ini perdana ke Indi. Hehee," batinnya.

Awan membayangkan akan seperti apa Indi nanti, hingga wajahnya merona. Ditambah lagi ia tertawa sendiri. Aros yang melihat itu mengatakan dengan muka datarnya, "lo sekarang pasti lagi mikir mau coba itu ke Indi yekan?"

Awan mematung.

Sarat wajahnya menegang. Aster yang berada didekatnya pun tau. Awan melangkah menuju kotak bola yang berada 8 langkah di kanannya. Membungkuk mengambil bola di luar kotak, kemudian ia lemparkan ke arah Aros yang sedang memijat lebay kepalanya karena jitakan Awan tadi.

Buk! – Aduh!!

Lemparannya tepat mengenai sasaran. Kemampuan kapten tim memang beda. Karena tak cukup puas, Awan kembali menyerang Aros dengan bola basket yang lainnya. Menghujani Aros dengan banyak bola.

"Wan! Ampun, Wan! Lo lagi kesambet setan apaan dah?" teriaknya sambil menghalau bola yang datang. Tapi sialnya,

Buagh!

"Nooooo! muka ganteng gua lecet anjeg!!"

***

Waktu yang sama, di Lab Kimia.

"Formalin... Formalin," gumam Indi seraya mengeluarkan isi laci dalam loker yang biasa ia gunakan untuk menyimpan hasil penelitiannya, barang kesayangannya atau bahan-bahan yang akan ia gunakan untuk keperluan penelitian berikutnya.

"Ah ini dia!" seru Indi, Ia mengeluarkan sebuah kotak bertuliskan CH2O di permukaan tutupnya. Membawanya ke meja kerja yang sudah biasa ia pakai belum lama ini.
Disana sudah tertata beberapa kotak. Objek-objek pilihannya kali ini. Kotak paling kiri yang ia beri tanda #1, berisi dua ekor cicak yang susah payah ia dapatkan hidup-hidup. Ia tidak bisa membiarkan Sebastian; pelayan dirumahnya, yang berburu cicak untuknya. Karena setiap menangkap cicak, Sebastian akan dengan tidak sengaja membunuhnya.
Kotak #2 berukuran sedikit lebih besar dari kotak #1. Terletak disebelah kanannya. Kotak itu berisikan seekor katak hijau beracun yang ia tangkap di pedesaan penuh sawah dan ladang, tempat kakek dan neneknya tinggal. Disebelahnya lagi, kotak dengan angka 3 yang berisi seekor tarantula jenis langka yang dipesannya dari kolektor serangga beracun melalui pembelian online di pasar gelap, tentu saja dengan bantuan Sebastian lagi.

Project; KameliaWhere stories live. Discover now