1 - O N E

25 4 0
                                    

    2041, Bulan April.

"Okay, I wanna give you a question from the text above. What is the purpose of all the text?" Mr. Arnold menebarkan pandangannya ke seantero kelas. Tak seorangpun muridnya yang berniat menjawab pertanyaan itu. Ia mendesah pasrah.

"Beginilah jaman sekarang. Murid-murid banyak yang anti-English. Kapan penderitaan ini akan berakhir Tu~~~~~han!" Matanya menangkap pemandangan tak mengenakkan di pojok sana. Seseorang yang sedang menata lelapnya di tengah proses belajar berlangsung. Ya! Awan sedang tidur manis dan nyaman disana. Ekspresi Mr. Arnold sudah bukan main marahnya, namun menarik rasa geli pada murid. Dengan tangan terlipat di dada, ia menghampiri tempat duduk Awan. Memperhatikannya sebentar. Mengetuk-ngetuk ujung meja dan mengatakan suatu kalimat dengan lirih, mungkin bahasa inggris. Kesabarannya mungkin habis, ia melihat murid-murid lain sedang memperhatikannya. Sunyi senyap memang, mengingat ia adalah guru super mengerikan di sekolah itu. Mr. Arnold melanjutkaan misinya, dan tiba-tiba saja....

Braaakkkk!

Mr Arnold menggebrak bangku Awan. Yang bersangkutan malah kaget dan kelabakan. Awan hendak marah tidurnya diganggu, tapi ia nyengir kuda karena tau bahwa pengganggunya adalah Mr Arnold yang 'Cinta Kedisiplinan'.

"Mampus gua!" batin Awan sembari mengalihkan mukanya dari Mr Arnold.

"Joan Arwan Pramono, kenapa anda mengalihkan pandangan dari saya? Apakah saya begitu mengerikan?" tanya Mr Arnold.

"Iya, Sir. Anda sangat creepy~" Awan mengedikkan bahunya. Mengembalikan letak mukanya tepat di depan mr Arnold. "Nothing Sir. Saya cuma merasa bahwa saya begitu diberkati hari ini," jawab Awan kemudian.

"Hoo. Kenapa begitu?" tanya Mr Arnold pura-pura penasaran. Sedari tadi tangannya ingin ia hantamkan pada kepala Awan. Ia masih mencari timing yang pas.

"Bagaimana tidak, Sir? Bangun dari tidur, saya melihat malaikat yang telah dikirim Tuhan untuk saya," jawab Awan. "Iyaa, malaikat maut!"
Awan seakan bisa mendengar gelak tawa dan bisikan teman-temannya dari raut wajah mereka.

"Seperti itu rupanya." mr Arnold menyembunyikan rasa senangnya karena dipuji oleh Awan. Namun karena rasa gengsi dan harga dirinya yang tinggi sebagai guru, ia masih akan memberi Awan 'pelajaran tambahan'. "Lalu kenapa kamu bisa tidur di jam pelajaran saya, Mr Joan?" Ia mulai mengintimidasi.

"A-anu Sir. Tadi malam saya kemaleman main game bareng Indi. Jadi kurang tidur, Sir. Hehe," ujar Awan seraya mengusap tengkuknya yang tak gatal, basah, jerawatan, panuan, katarak, panas dalam, ataupun yang lainnya.

Bug!

Kepala Awan ditimpuk dengan buku paket yg mr Arnold ambil dari bangku teman depannya.

"Alasan kamu cuma itu? Cuma karena keasyikan main game dan have a love sama Indi anak kelas 12 IPA itu?"

Awan mengangguk mengiyakan. Alih-alih sakit kafena tertimpuk, ekspresinya kini terlihat seperti sapi yang takut-takut mau dikorbankan saat Idul Adha. "Oke, kamu saya beri tugas rumah tambahan. Kerjakan soal midterm test di halaman 71-77 dan hafalkan 50 kata kerja dan transformasinya," kata mr Arnold tegas. Yang divonis hanya menganga tak percaya.

"50 biji? Yang bener aja! Gw ga bakal mau lah, batin Awan." Ia hendak memprotes sebelum akhirnya mr Arnold menambahkan petuah-petuahnya.

"Itu karena kamu bilang kalau kamu main game yang tidak bermanfaat. Begadang pula. Lebih baik andai tadi kamu katakan sedang belajar bersama Indi sampai kelewat malam. Tapi mungkin saja saya akan menginterogasi Indi lebih dulu karena saya tidak mudah percaya orang seperti kamu mau membuka buku dan belajar," kata mr Arnold yang telah sampai di mejanya dan membereskan buku dan tumpukan kertas yang ia bawa.

Project; KameliaTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon