7 - S E V E N

7 1 0
                                    

....

Awan tak tidur malam ini. Ia sibuk bermain game. Juga Indi yang meninggalkannya tanpa mengatakan apapun membuatnya tak berkonsentrasi pada apa yang ia lakukan.

Ruangan 4x4m itu adalah ruang kesukaan Awan. Poster-poster besar para pemain basket terkenal melekat erat di salah satu sisi tembok. Sisi yang paling lebar dan leluasa untuknya untuk menggantungkan motivasi. Bola-bola basket yang ia dapatkan dengan usahanya sendiri tergeletak di samping lemari berukuran 2x2m di sudut ruangan. Di samping tempat tidurnya, komputer model baru yang ayahnya berikan di hari ulang tahunnya yang ke-16 tahun. Memiliki 6 monitor yang disusun dengan matriks dua baris dan tiga kolom, panjangnya 40cm dan lebarnya 25cm pada riap monitornya. Computer itu telah ia utak-atik sesuai dengan apa yang ia inginkan. Hacked aplikasi yang ia buat sendiri-dengan bantuan Aster, masih sering ia gunakan bukan hanya untuk mengintip soal-soal ujian dari web-clone database sekolah.

GAME OVER!

Awan melemparkan stick game-nya ke kepala kasur. Ia merebahkan dirinya, menutup kepalanya dengan siku. Awan bosan. Game apapun takkan bisa membantu mengurangi kebosanannya. Andaikata Indi bisa diganggu saat ini pasti ia akan segera memacu motornya ke sana.

Beberapa saat merenungi kebosanannya, Awan teringat akan sesuatu. Ia berdiri, lalu berjalan gontai menuju tas sekolahnya yang ia gantungkan begitu saja di balik pintu kamarnya. Awan mengambil buku yang ia pinjam menggunakan akun Indi, dan memutar balik arah kakinya menuju meja komputernya.

"Tiba-tiba merinding gini ya," batin Awan.

Ia membuka beberapa lembar dari sampul buku. Dalam satu halaman, Awan melihat beberapa kata bercetak merah, seperti pada kata 'Pertama', 'Kedua', 'Ketiga', dan seterusnya sampai jumlah halaman akhir. Selalu ada kata bercetak merah, meskipun tak semua kata-nya sama. Lebih seakan menekankan bahwa itu adalah kata-kata yang penting. Awan membuka kembali Daftar Isi bukunya di beberapa lembaran awal.

'Hmm, teori kuno toh,'
Minat bacanya segera hilang begitu rasa bosannya menguasai dirinya lagi. Langsung saja ia membuka lembar akhir buku itu sebelum sampul. Di sana terdapat beberapa kalimat dengan tulisan tangan yang tak terlihat sama sekali, namun masih terbaca.


Jack Barothie, 1784. June 31st, 01Am.

....Mungkin ini adalah jalan akhirku, aku harus segera menutup laboratorium ini sebelum mereka menjamahnya. Aku tak sudi menyerahkan 'ini' kepada merekadengan sukarela. Tutup usiaku akan tiba besok pagi. Aku senang karena tak perlu berurusan dengan mereka lagi. Walau harus kecewa karena tak berhasil mendapatkan mata Shangri-La.

Catatan :
00000000000 000000
000 0000000000000 00000
00000 000000000 0000000000
00000 0000
0000.



"Apa ini?" gumam Awan. Matanya menyipit untuk menajamkan pandangannya. Huruf-huruf itu sangat asing baik di mata maupun di kepalanya. Ia akan mencari tahu soal huruf ini.

"Aster!" panggilnya pada kelinci mekanik peliharaannya.

"Ya, master" jawab Aster dan dengan segera muncul di layar monitar Awan. Kelinci mekanik itu melayang-layang bebas dari satu monitor ke monitor lainnya. Awan menegakkan punggung, meletakkan bukunya di atas permukaan meja dan menekuk jarinya hingga berbunyi.

Klutuk-klutuk!

Awan mengetuk permukaan mejanya dua kali. Berkas-berkas cahaya mulai muncul, memunculkan Alphabet berjejer seperti keyboard pada umumnya. Suasana kamar Awan menjadi temaram, keyboard hologram yang muncul tadi mempengaruhi seluruh suasana kamarnya. Karena ini malam hari, maka semua titik sensorik yang terpasang akan memberikan respon pada inti pusat komando system yang berada dalam core monitor untuk mengurangi cahaya lampu. Lalu, apa yang akan terjadi jika Awan memunculkan keyboard nya di siang hari?

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 10, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Project; KameliaWhere stories live. Discover now