Bab 12 - Terjebak di Dalam Hutan

2.6K 414 30
                                    

Khadijah, Ochi, Dayat, dan Pak Haji berajalan di belakang Silvi. Mereka menyusuri sebuah jalan kecil yang dipenuhi rumput-rumput liar dan tinggi. Kadang-kadang, kulit tangan Khadijah terluka karena sabetan daun.

"Kita mau kemana sih, Silvi?" tanya Khadijah.

"Hutan Nyi Geulis."

"Haa? Emang ada? Kayak nama hutan di cerita-cerita dongen aja," celetuk Dayat.

"Sssstt! Jangan sompral Dayat!" tegur Ochi.

Pak Haji yang berada di posisi paling belakang 'tak banyak bicara.

Kini, hutan sudah terlihat lebih rimbun dari sebelumnya. Pohon-pohon tinggi dan besar bisa terlihat dengan mudah. Tanah mulai terasa becek dan suasana menjadi lebih dingin.

Beruntung, sebelum berangkat, mereka terlebih dahulu membawa barang-barang yang dibutuhkan selama perjalanan. Jadi, tidak perlu khawatir jika capek sudah menguasai diri mereka.

Dugh!

"Aduh ... Silvi, kenapa gak bilang kalo mau berhenti?" keluh Khadijah saat tubuhnya menabrak tubuh Silvi di depannya.

"Di sana ...!" tunjuk Silvi pada sebuah gubuk kecil yang terbuat dari anyaman bambu.

"Tempatna asa kenal," (Tempatnya berasa kenal) ucap Pak Haji.

"Pak Haji memang pernah ke sini." Silvi menjawab dengan tenang.

Terlihat raut kebingungan pada wajah Pak Haji. Kapan?

"Cepat masuk! Aku tunggu di sini."

"Kenapa gak ikut masuk, Silvi?" tanya Khadijah.

"Gak bisa. Kalian saja yang masuk."

"Yaudah."

Pak Haji kini memimpin, membuka pintu kayu yang sudah rapuh.

"Assalamu'alaikum ...!"

Hening.

Di dalam gubuk itu, 'tak ada sesiapa pun dan apapun. Kosong, hanya saja, ada sebuah ruangan yang tertutupi oleh gorden usang.

"Hayu, ka ditu!" ajak Pak Haji.

Mereka melangkah ke sana.

"Hey!"

"Astagfirullahal'adziim, Laa ilaaha illallah, Muhammadu-rrasullullah!" ucap Dayat yang terkejut saat pundaknya ditepuk oleh seseorang di belakangnya.

Karenanya, Khaidijah, Ochi, dan Pak Haji ikut menoleh ke belakang.

"Abah?!"

"Maraneh rek naraon ka dieu?" (Kalian mau ngapain ke sini?) tanya Abah.

"Lho? Abah yang ngapain ada di sini?" sosor Ochi.

"Chi, sabar!" tegur Pak Haji. "Kieu, Bah ... aya hiji santriah ti Pondok Imah Sorga nu leungit, terus aya nu nuduhkeun ka dieu." (Gini, Bah ... ada satu santriah dari Pondok Imah Sorga yang hilang, terus ada yang menyarankan ke sini.)

"Lah? Di dieu mah eweuh sasaha iwalti Abah! Ieu tempat persinggahan Abah lamun capek," (Lha? Di sini gak ada siapa-siapa selain Abah! Ini tempat persinggahan Abah kalo capek,) tuturnya sedikit marah.

"Capek abis ngapain di tempat kayak gini?" tanya Khadijah.

"Jang naon maraneh apal? Ieu mah urusan pribadi Abah!" (Buat apa kalian tahu? Ini urusan pribadi Abah!).

"Atos we atuh, yu balik deui! Da dieu ge teu aya Cut," (Sudah, yuk balik lagi! Di sini kan gak ada Cut) lerai Pak Haji.

Dengan perasaan terpaksa, mereka keluar dari gubuk itu.

"Lho? Silvi kok gak ada? Katanya mau nungguin kita di sini," celetuk Ochi.

"Aaaaaa!!! Tolooong!" Terdengar suara jeritan minta tolong dari kejauhan. Suara itu menggema hingga terdengar dari segala arah.

"Itu suara Cut! Artinya ... Cut emang ada sini," ucap Khadijah.

"Iya. Sebaiknya kita berpencar aja buat cari Cut. Gimana? Setuju gak?" tanya Ochi.

"Setuju. Kalo gitu, Aku sama Dayat, Ochi sama Pak Haji aja, biar ada laki-lakinya." Khadijah berpendapat yang langsung mendapat anggukan.

***

Khadijah yang berada di belakang Dayat sibuk meliarkan pandangan untuk mencari sumber suara. Sedangkan Dayat sibuk memotong rumput-rumput tinggi dengan parang yang ia temukan di dekat gubuk.

"Dayat, kayaknya kita malah makin jauh masuk ke hutan, deh!" ucap Khadijah dengan perasaan takut yang semakin menjadi.

"Terus, kita mesti balik lagi gitu?"

"Iya, mending balik lagi aja."

"Gak bisa, Dijah! Kita udah jauh-jauh datang ke sini, masa balik lagi gak bawa apa-apa? Kasihan juga sama Pak Haji dan Ochi, masa cuma mereka yang nyari Cut?"

Ucapan Dayat ada benarnya juga. Akhirnya mereka melanjutkan perjalanan.

Hampir setengah jam berjalan dan mencari, tapi Cut belum juga ditemukan. Peluh membasahi pelipis Khadijah, kakinya sudah sangat pegal.

"Dayat, kita istirahat dulu, yuk! Aku capek." Khadijah duduk di atas sebuah batu besar, dan meminum air dalam botol.

Ia baru sadar, Dayat 'tak mengiyakan ajakan Khadijah untuk beristirahat. Khadijah menoleh ke arah Dayat, tapi nihil. Dayat 'tak berada di tempat semula.

"Dayat! Kamu kemana?!" teriak Khadijah.

"Dayat!!!"

Teriakan itu hanya berujung sia-sia. Khadijah mulai panik. Pasalnya, langit yang berubah menghitam dan ia 'tak tahu, jam berapa sekarang.

Khadijah berlari dengan lemah, karena rasa capek kini menguasai diri, apalagi ia harus menggendong satu tas berukuran cukup besar.

"Dayaaaat! Kamu dimana, sih?" Teriakan Khadijah mulai melemah. Perasaannya sangat lelah.

Di ujung keputus-asaannya, sorot mata Khadijah 'tak sengaja melihat seseorang tengah berdiri. Itu Dayat!

Ia cepat berlari ke arahnya, tapi ... kaki Khadijah kembali dibuat lemas saat melihat Dayat hendak menjatuhkan diri ke dalam jurang.

"DAYAT! JANGAN!!!" jeritnya sambil berlari.

Namun, sayang ... tubuh Dayat sudah hancur di dasar jurang. Khadijah 'tak kuasa menahan air matanya. Ia terisak.

"Khadijah!"

Deg!

"Dayat?" Khadijah belum bisa mempercayai apa yang dilihatnya.

"Dijah, kamu mau kemana, sih? Aku panggil, malah lari menjauh."

"Ta-tapi ... d-dia siapa?" tanya Khadijah sambil melihat ke dasar jurang.

***
"Pak Haji, perasaan dari tadi kita udah pernah ke jalan ini, deh."

Sedang, di tempat yang lain, Ochi dan Pak Haji terus berjalan tanpa akhir. Berulang kali mereka sampai di tempat yang sama.

"Hayu, ucapkeun istighfar! Jiga na, urang dipermainkeun ku Setan." (Ayok, ucapkan istighfar! Kayaknya, kita sedang dipermainkan Setan.)

Deg!

Ochi hampir menangis setelah mendengarnya. Tubuhnya sudah terasa remuk. Kakinya entah sudah berapa kali terkena kram.

"Pak Haji, apa gak sebaiknya kita pulang aja? Ochi udah capek banget."

"Ssstt ... ulah sagala diomongkeun! Urang cobaan pake jalan ieu sakali deui," ajak Pak Haji.

Ochi menurut, mereka kembali menyusuri jalanan kecil yang diapit pohon-pohon bambu.

Langit mendung membuat suasana terlihat gelap, ditambah dedaunan pohon bambu menutupi cahaya matahari.

"TOLOOONG!"

"Itu suara Cut!"

***

Hayoloh ... Niatnya mau nolongin, eh malah terjebak di hutan.

Gimana cara mereka buat keluar dari hutan, yaaa? Ada yang bisa nebak? :*

See u next part, yaww! 🤗

Penjilat Darah Haid - ENDWhere stories live. Discover now