Bab 24 - Dilecehkan

1.8K 288 58
                                    

Warning!

SEBELUM MELANJUTKAN MEMBACA BAB INI, HARAP BACA ULANG BAB SEBELUMNYA. DIKARENAKAN ADA PERUBAHAN DI SANA.

Terima kasih, happy reading! 🔪

***

Pintu kobong An-Nisa mendapat ketukan berulang kali dari luar, sehingga salah satu penghuninya memutuskan untuk melihat siapa yang menggangu tidurnya.

Gadis mungil dengan pakaian tidur lengan pendek itu mengucek matanya sebelum benar-benar bangun. Dia menggeliat dan sesekali menguap. Diliriknya jam dinding, waktu masih menunjukkan pukul setengah tiga pagi.

Setelah Khadijah, siapa lagi yang akan mengganggu tidur Cut malam ini? Mulutnya berdecak risih akan suara ketukan yang terdengar semakin keras.

Cut berjalan gontai menuju pintu kobong sembari memasangkan kerudung di kepalanya. Sesampainya di sana, seorang pria berkaos putih dengan bawahan sarung terlihat di sebalik pintu.

Seketika gadis itu mengernyit, "Lho? Pak Haji, ada perlu apa malam-malam ke sini?"

Pria tua yang dipanggil Pak Haji itu memasang wajah memelas. "Alhamdulillah, aya nu kaluar. Hayu, bantuan ngagotong Umi di jamban," (Alhamdulillah, ada yang keluar. Ayok, bantu menggotong Umi di WC) lirihnya.

Mata gadis itu membelalak, "emangnya Umi kenapa, Pak Haji?"

"Umi pingsan."

Sontak Cut menutup pintu kobong dan berlalu mengikuti Pak Haji menuju WC yang dimaksud.

Setelah menuruni beberapa anak tangga, mereka sampai di depan pintu WC 1.

"Di dieu!" (Di sini!) tunjuk Pak Haji panda pintu yang tertutup.

Cut segera membukanya, tetapi dalam sesaat rasa khawatirnya berubah menjadi perasaan bingung. 'Tak ada siapapun di dalam WC, Cut menoleh ke belakang.

Raut wajah Cut sangat jelas menunjukkan ekspresi heran. "Pak Haji, di sini kok gak ada Umi?"

Cut semakin bingung bercampur takut saat menatap wajah Pak Haji yang kini tengah menyeringai layaknya singa lapar yang berhasil menyergap mangsanya.

Tubuhnya Cut refleks mundur, saat Pria tua di depannya maju satu langkah.

"P-pak Haji, Cut mau ke kobong dulu, ya!" Langkah Cut yang tergesa ingin keluar dari ruangan sempit itu seketika menubruk tubuh Pak Haji. Pria itu berhasil mengunci Cut dengan tubuhnya.

Kini, sudah terlihat jelas raut wajah Cut menampilkan rasa takut. Terlebih saat tangan Pak Haji dengan cepat menarik kerudung Cut dengan paksa.

Mata Cut membulat seketika atas perlakuan Pak Haji sedetik yang lalu. Tangannya mulai berontak berusaha mendapatkan kembali kerudungnya dari tangan pria tua itu.

"Pak Haji, mau ngapain? Siniin kerudung Cut!"

Namun, kerudung itu sudah melayang dilempar jauh. Satu bulir air mata menetes.

Pak Haji masih menatap Cut tanpa berucap sedikit pun. Sedari tadi, tangannya berusaha mendorong kuat tubuh Pak Haji, tapi selalu berujung sia-sia.

Cut selalu mundur setiap kali Pak Haji maju, hingga kini punggung Cut menempel di dinding WC. Dalam posisi ini, tentu Cut merasa sangat takut.

"Pak Haji, awas! Cut mau ke kobong. Toloong--" Teriakannya terhenti saat telapak tangan Pak Haji menutup mulut Cut.

Cut tetap berteriak meski suaranya tertahan. Namun, semua tetap sia-sia. Ruang WC itu tertutup dan terletak di bawah kobong. Apalagi, masih banyak orang yang terlelap dalam tidurnya.

Penjilat Darah Haid - ENDWhere stories live. Discover now