Bab 3 - Kucing Hitam

6.8K 700 125
                                    

"Dijah, kok bisa pulang sama Pak Haji?" bisik Ochi sembari menyambut kedatangan Khadijah, Pak Haji sudah berlalu ke dalam rumahnya.

"Beneran, Ochi! Jalan ke Lebak sendirian banyak Setannya, untung Pak Haji keburu datang. Kalo enggak, aku pasti lagi pingsan di sana."

"Ihh, serem! Kalo Ochi yang disuruh ke sana, mending pilih dihukum aja deh."

Allahu akbar, Allahu akbar!

Gema suara azan Isya' terdengar menenangkan, mereka terdiam menunggu sampai selesai.

"Ya udah, yuk ke Masjid!" ajak Ochi.

"Aku lagi haid. Mau tidur aja ah, capek."

"Molor teroosss, jangan lupa ntar pengajian Subuh ulangan Ilmu Shorf."

"Iya, inget, kok. Dahhh ...!"

Khadijah berlari menaiki anak tangga, memasuki kobong An-Nisa yang kini terlihat sepi. Maklum saja, di sini hanya Khadijah yang haid dan tidak pergi ke Masjid.

Kobong An-Nisa dibagi menjadi dua tempat yang disekat oleh jajaran lemari, sebelah kanan dijadikan tempat tidur dan sebelah kiri merupakan tempat makan. Khadijah menghampiri lemari miliknya, merogoh buku Shorf dan membukanya.

Namun, sebelum Khadijah membuka buku, ujung matanya 'tak sengaja melirik seseorang yang tengah duduk tertunduk di pojok dekat kasur lantai. Ternyata ada orang lain di sana.

"Cut, udah ngafalin Shorf belum? Besok 'kan ulangan mingguan," sahut Khadijah santai.

'Tak ada jawaban, Khadijah menoleh ke arahnya. Cut adalah satu-satunya teman sekobong yang memiliki hobi membaca, bahkan bisa dibilang 'kutu buku'. Jika Cut sedang asik membaca, maka 'tak akan ada yang mampu membuatnya beranjak.

Karenanya, Khadijah merasa biasa saja saat Cut 'tak kunjung menjawab pertanyaanya. Ia kembali fokus pada hafalannya.

Fa'ala, fa'alaa, fa'aluu ...
Fa'alta fa'altumaa fa'altum
Fa'alti fa'altumaa fa'altunna
Fa'al -

Hafalan Khadijah terhenti saat suaranya dirasa begitu serak, ia lantas beranjak mengambil segelas air dan meminumnya.

Glek glek

"Ah ... segerrr!"

Kembali merebahkan diri, diliriknya Cut sebentar. Ia masih berada di posisinya, saking fokusnya dia membaca buku.

Khadijah 'tak mau mengganggu ia kembali fokus pada hafalannya. Ia membuka buku Shorf, mulai membaca. Di tengah bacaan, ada sebuah kalimat dalam bahasa arab yang hilang beberapa kata. Ia memutuskan untuk meminjam buku Shorf milik Cut.

"Cut, pinjem buku kamu, dong!"

Lagi, ia 'tak menyahut.

"Ya Allah, asik bener sih sampe gak dengerin suara Dijah yang cetar membahana ini. Baca buku apaan?"

Hening.

Angin berembus pelan, suasana menjadi dingin. 'Tak ada suara apa pun, biasanya waktu seperti ini sering terdengar suara jangkrik dari pesawahan dekat kobong.

Mata Khadijah tergerak untuk menatap tubuh Cut yang masih dalam posisi yang sama, 'tak berpindah sedikit pun. Apa dia tidak merasa pegal?

Semakin lamat Khadijah menatap, semakin cepat jantungnya berdegup. Perasaan mulai 'tak enak, aura mistis seakan menjalar menguasai ruangan.

Penjilat Darah Haid - ENDWhere stories live. Discover now