S2. 6 | penutur.

9.1K 1.3K 807
                                    

♫ Kukira Kau Rumah - Amigdala. ( aku kasih saran mulmednya selalu dinyalain ♥♥ )




[ bagian dari kisah junhoe & jinhwan ]

bab kali ini keras, bar. tolong banget ngebacanya pake akal sehat, juga buat adek-adek jangan malah dijadiin contoh yang gak baik ya. dimohon kerjasama dari pemikiran terbuka dan rasa bijaksana kalian dalam mendalami alur. oke, lapyu.








;:;:;:;

Senja tampak mendung sore itu, kelas selesai dan atensi Jinhwan teralihkan oleh suara teman-teman jurusannya.

"Jinan, ayo pulang."

Sedikit tersentak, ia ngedongak; "A-ah? Iya."

"Hari ini masih ada urusan? Ayo lah ikut juga, kita mau makan-makan nih."

Jinhwan diem beberapa saat, paksain senyum seraya ketawa ringkas, "Iya gue belom bisa ikut main, masih ada urusan."

Bohong.

"Urusan apasih? Kok lama banget? Kangen main bareng tau."

"Mm ... b-biasa urusan keluarga."

Bohong.

"Tapi lo lagi ga ada masalah kan, Jinan?"

"Iya gada kok."

Bohong.

"Oh yaudah kalo gitu. Semisal udah selesai kasih tau kita ya?"

"... iya."

Mereka pergi ninggalinnya sendiri di tengah suasana kelas yang berangsur sepi. Sementara permadani senja tampak redup saat Jinhwan berpaling, menatap kosong bagian luar kaca dari lantai tiga kelasnya di Kampus Keperawatan. 

Memiliki sepi, hanya mampu menangkap lalu-lalang kendaraan dalam rasa hampa.

Ini udah hampir dua bulan namun bayang-bayang hari itu masih terngiang jelas dalam ingatan.

"Junhoe ... aku hamil," suaranya melirih redup dalam rasa takut, genggaman di jemari Sang kekasih menjadi semakin kuat seraya menatap kalut karpet lantai kamar mereka.

Tapi tatkala hening merajai ia justru mendapatkan bungkam bersama sel-sel nadi yang membeku mendapati raut wajah Junhoe, kosong disusul ekspresi tidak percaya dengan kerutan kening pada dahi.

Semula, Jinhwan memang takut. Takut untuk terima fakta yang telah dipendamnya dua hari, takut untuk percayai bahwa ini nyata, takut bagaimana mengakui fakta tersebut pada orang tuanya nanti—tapi dia sama sekali gak miliki rasa takut untuk reaksi Junhoe. 

Sebab pikirnya, Sang kekasih pasti bertanggung jawab sebagaimana janji-janji mereka.

Tapi seluruhnya justru berbanding terbalik di hari itu, saat hasil dari semua tindakan yang mereka lakukan berdua ditanggapi oleh Sang masa:

Kosan KejuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang