DUSK TILL DAWN | 26

Start from the beginning
                                    

Keringatan bercucuran dari pelipisnya, tubuhnya masih bergetar, menarik selimutnya disertai deru napas yang berantakan. Diserang ketakutan, perasaan bersalah. Menghadapi ini sendirian bukanlah hal yang mudah baginya. Ia sangat takut.

Senyuman itu terngiang-ngiang di kepalanya.

Senyuman yang diberikan untuk terakhir kalinya oleh Ibunya.

Senyuman yang sampai kapan tidak pernah ia temukan lagi.

=||~•~||=

SELAIN menyiapkan bubur untuk neneknya, pagi ini Samantha juga menyempatkan dirinya untuk membuat cupcake rasa tiramisu. Tentu saja, sembilan cupcake yang dia masukkan ke dalam kotak bukan untuknya.

Melainkan untuk pria yang sudah membantunya dalam keadaan genting saat rantai sepedanya lepas tempo hari. Sepertinya ucapan terima kasih saja tidak cukup.

Maka dari itu, Samantha memutuskan untuk memberikan cupcake buatannya---di mana ia mengetahui resepnya dari pengalamannya selama bekerja paruh waktu---untuk Abimanyu hari ini.

"Semoga Kak Abi suka," harapan tinggi disimpan di dalam benaknya.

Gadis dengan seragam sekolah yang telah melekat di badannya sedari pagi---dan untungnya tidak ada sedikit pun adonan yang menempel di seragam bersihnya karena dia sangat rapi dalam bekerja---lalu memasukkan kotak berisi cupcake ke dalam tote bag berwarna hijau army polos kesayangannya.

Setelah itu, Samantha mengambil beberapa sendok bubur panas ke atas piring sebelum melangkah menuju kamar di mana neneknya tengah beristirahat. Dengan hati-hati, ia membangunkan wanita bertubuh kurus, berkulit keriput dengan rambut panjang yang sudah tidak hitam lagi. Namun wanita itu masih terlihat cantik.

"Nek, sarapannya sudah siap," Samantha berbisik pelan namun sukses membuat mata wanita yang terpejam perlahan terbuka, menampilkan bola mata hitamnya yang indah.

Samantha menghela napas syukur, setiap pagi ketika melihat neneknya membuka mata, gadis itu selalu merasa tenang. Tenang saat mengetahui keluarga satu-satunya masih mampu menghirup napas dan melihat dunia.

Samantha kemudian membantu neneknya mengganti posisi menjadi duduk, sebelum meraih sebuah kursi dan duduk di samping neneknya. Dengan tulus gadis itu menyuapi bubur buatannya kepada wanita tua yang sangat dia sayang.

"Terima kasih ya, Nek."

Neneknya kemudian menarik kedua ujung bibirnya, tangan kurus kering itu lantas mengelus penuh kasih sayang rambut hitam dengan wangi lavender semerbak tercium.

"Ba... bahagia selalu ya, Samanta kesayangan... nenek."

=||~•~||=

RUANG musik kali ini sepi, Abimanyu menggunakan kesempatan itu untuk bermain di dalam tempat luas bernuansa cokelat dengan berbagai alat musik lengkap tersedia.

Permainan biolanya semakin hari semakin menakjubkan, tentu saja dia tidak menyadari itu namun siapapun yang mendengarkan alunan biola itu pasti akan terhanyut suasana.

Seperti Lylia yang sekarang berdiri di depan pintu, menangkap sosok Abimanyu melalui jendela kecil yang terdapat pada pintu tersebut. Musik yang dibawakan pemuda itu terdengar sampai ke telinga orang yang berada di sekitar lorong.

DUSK TILL DAWN [HSG2] ✔️Where stories live. Discover now