🌼 ENAM BELAS

215 25 0
                                    

Karin dan ketiga temannya sudah berdiri di depan pintu sebuah rumah bergaya tradisional milik mamah dan papahnya Karin. Karin langsung mengetuk pintu dan mengucap salam, "Assalamualaikum..."

Tak lama ada jawaban dari dalam rumah berbarengan dengan terbukanya pintu, "Waalaikumsalam...., loh?? Karin, kok disini? Kenapa?"

"Mamah, Arin kangen mamah. Aku mau nginep, Mah. Tapi agak lama, ya. Soalnya aku kangen berat sama Mamah."

"Loh, loh? Kok tumben, Rin? Kamu ih, gak ilang-ilang manjanya! Kan Mamah udah pernah bilang jangan kayak anak kecil lagi. Bentar lagi kamu itu lulus SMA, loh. Masa mau terus-terusan kayak anak kecil."

"Ah, Mamah, Arin kan kangen mamah. Lagian Arin gak perduli mau udah lulus SMA, lulus kuliah, atau jadi emak-emak pun Arin maunya tetep manja ama Mamah."

"Yaudah, iya terserah kamu. Eh, iya. Ayo masuk dulu, gak baik ngobrol di depan pintu."

Karin dan ketiga temannya masuk kedalam rumah. Mereka langsung duduk di sofa. Sedangkan Karin langsung naik keatas menuju kamarnya. Ia Rindu dengan kamarnya, ia Rindu sekali. Dulu jauh sebelum ia mendapat kabar perjodohan antara dirinya dan Elfan, ia selalu bahagia, tak pernah sesedih ini. Ia selalu bisa dekat dengan Mamahnya, Papahnya dan juga ia selalu bisa makan masakan Mamahnya yang enak.

Sekarang semua sudah berbeda, ia sudah jadi istri orang, dan itu artinya ia harus ikut kemana dan dimana suaminya berada. Sejujurnya ia tak masalah jika harus terus mengikuti kemana Elfan mau, namun tak tahu apa ia yang terlalu suudzon atau memang kenyataannya seperti itu. Ia merasakan bahwa Elfan lebih perhatian dengan Tika. Bahkan sampai-sampai Elfan mau mengantarkan Tika berkeliling sekolah hanya untuk mengenalkan lingkungan sekitar sekolah.

Karin menatap barang-barang di kamarnya yang masih betah tanpa ada perubahan dan perpindahan sama sekali. Ia merasakan bahwa mamah dan papahnya tak mau merasakan kehilangan maka dari itu mereka tak merubah apapun di kamar ini.

Namun, bagi Karin, sekarang sudah berbeda, Elfan tak lagi seperti dulu baginya, Elfan yang sekarang adalah Elfan yang tak perduli dengan sekitar, Elfan yang tak mau banyak bicara dan tak mau lagi mengeluarkan gombalan-gombalan recehnya. Karin Rindu dengan gombalan-gombalan tak bermutu Elfan. Karena gombalan tersebut lah yang bisa membuat Karin jatuh kepelukkan Elfan. Ia juga masih sangat ingat saat Elfan sering sekali mengganggunya dan selalu saja membuat hidupnya ribet.

"Karin, kamu kenapa, Nak?"

Ucapan tersebut membuat Karin buru-buru menghapus air matanya yang tanpa sengaja terjatuh. Karin memalingkan wajah agar Mamahnya tak tahu kalau ia menangis.

"Rin, kamu kenapa nangis? Ada apa lagi?"

Karin buru-buru menatap jendela tak mau menatap Mamahnya. Ia takut akan menangis di depan Mamahnya. Ia paling tak suka melihat Mamahnya ikut sedih karenanya. Dan ia Juga sangat tahu kalau Mamahnya tak suka melihatnya menangis.

"Arin gak nangis, Mah. Cuma kelilipan."

"Kamu gak usah bohong, Nak. Kamu cerita aja sama Mamah. Ingat, loh, Mamah ini ibu yang melahirkan kamu, yang nyusuin kamu, yang ngebesarin kamu. Jangan bohong sama Mamah, kalaupun kamu bohong, Mamah bakalan tahu, Nak."

Karin langsung memeluk Mamahnya dan menangis sesegukan. Karin tak kuat jika harus terus menahan agar tangisannya tak tumpah. Karena segala upaya yang dilakukan akan sia-sia, dirinya takkan mampu terus sok berlagak dirinya tak apa-apa, padahal hatinya sakit karena Elfan. Ia sakit, belum pernah Elfan tak menjawab panggilan telefon darinya dan juga belum pernah tak menjawab chat darinya. Hal itulah yang membuat Karin sakit.

"Elfan Mah, Elfan...."

"Elfan kenapa, Nak? Dia ngapain kamu??"

"Elfan berubah, Mah. Dia sekarang dingin sama orang, dan juga dingin sama aku. Aku gak faham kenapa dia jadi dingin. Kalau aku dekat sama cowok lain dia langsung marah gak jelas. Tapi tadi siang mah di sekolah, dia aja mau di ajak anak baru buat jadi guide ngelilingin sekolah. Karin berharap Elfan bakal nolak, tapi dia malah nerima dan senyum manis segala."

Karin berhenti bicara, ia mengatur nafasnya yang habis karena bercerita. Mamahnya cuma bisa mendengarkan dengan seksama, takutnya ada kesalah pahaman. Namun saat memperhatikan anaknya bercerita, tak ada raut kesal, yang ada hanya raut wajah kecewa yang mendalam. Sepertinya Karin tidak sedang membesar-besarkan masalah.

"Terus kamu kesini karena apa??" Tanya mamahnya.

"Karena aku udah nelfon dia sampai 45 kali tapi gak di angkat. Nge chat di whatsapp sepuluh kali gak dibalas. Nge chat di line juga gak di jawab. Terus, dia gak izin sama sekali sama aku, Mah. Padahal dia pernah marahin aku dan hampir ngebentak aku cuma karena aku lupa ngabarin dia kalo aku pergi bareng Nessa, Caca dan Cica, Mah."

Mamah Karin mencoba untuk berfikir. Sepertinya memang kali ini Karin benar, Elfan lah yang salah. Ia tak mengikuti aturan yang ia buat sendiri. Elfan minta Karin mengabari kalau hendak pergi dengan siapa dan kapan, namun Elfan sendiri tak mengabari Karin. Jelas Karin marah, saat Elfan marah karena Karin pergi dengan temannya itu Elfan tak ada menelfon ataupun chat. Sedangkan Karin? Karin sudah berusaha menghubungi Elfan dengan berbagai cara, namun tak ada hasilnya.

"Yaudah, gak usah kamu fikirin terus, ayo kita turun makan malam dulu, kamu lapar, kan. Biasanya kalo orang habis nangis itu lapar. Nanti kita bicarakan lagi."

Karin mengangguk dan ikut turun kebawah bersama Mamahnya.

***

Elfan berharap-harap cemas, ia yang merasa bersalah tak bisa berbuat apa-apa. Karena memang kali ini kesalahan murni darinya, bukan lagi Karin yang asal menuduh. Elfan pusing memikirkan apa yang harus ia lakukan.

Ia langsung saja berusaha memastikan keberadaan Karin dengan mengirimkan pesan chat kepada Mamahnya.

Elfan: Assalamualaikum, Mah. Elfan mau tanya, mah. Karin ada di rumah mamah, gak??

Lama balasan yang di tunggu Elfan. Setelah cukup lama menunggu, muncullah balasan.

Mamah: Fan, awalnya mamah kira Karin yang salah dan mau menuduh kamu. Tapi saat Mamah lihat dari pancaran matanya, gak ada kebohongan, semua murni kekecewaan, Fan. Mamah pernah bela kamu karena memang kamu nggak salah, tapi untuk kali ini mamah gak bakal bela kamu, karena kamu memang salah. Dan ingat ya, Fan. Untuk kali ini mamah gak bisa bantu kamu, karena ini salah kamu, kamu harus perbaiki sendiri. Mamah kecewa sama kamu.

****

I'm back after many time of hiatus. Maaf kalau kalian lama nunggu ya.... Soalnya aku stres mikirin ulangan yang hasilnya gak sesuai ekspektasi.

But, sekarang aku udh tenang dan bisa kembali update, tapi untuk jadwal update bakal aku samakan aja. Jadi cerita ini bakal update 3 hari sekali. Barengan sama Revanita.

See you again in Friday!

Kenzalert12

Selasa, 15 Desember 2020

FAKE OR TRUE [Nanonprim] ✔️Where stories live. Discover now