🌼 SATU

1.6K 103 17
                                    

"APA!?"

Seorang gadis tampak memekik ketika mendengar ucapan kedua orang tuanya, ia bahkan memijat keningnya karena merasa pusing.

"Kok gitu sih, Mah, Pah!?" Kesalnya.

Sang Mamah menghela nafas, "Ini sudah kami rencanakan sejak dulu, Rin. Bahkan sebelum kalian lahir. Kami berniat ingin menyatukan keluarga Hartanto dengan keluarga Fernanda."

Karin -nama gadis tersebut-memijat kepalanya yang makin pening, "Kenapa Karin? Ah, apa karena ini Mamah sama Papah cuma mau punya anak satu?"

Papahnya menggeleng, "Enggak, Rin. Mamah sama Papah bukannya gak mau punya anak lagi, tapi setelah melahirkan kamu, dokter memvonis kalau Mamah gak bisa hamil lagi, Rin. Tapi Mamah sama Papah ngeyel dan tetep berusaha untuk mendapat anak lagi, tapi yang terjadi malah Mamah kamu selalu keguguran sampai akhirnya kami memutuskan untuk berhenti berusaha."

Karin menghela nafas berat, "Terserah Mamah Papah aja. Karin capek."

***

Seorang pemuda tampak mengusap wajahnya frustasi, bahkan kini wajahnya tampak tak bersinar memancarkan aura bahagia maupun ceria. Dirinya tampak lesu dan tak bersemangat, "Fan, Ayah cuma mau kamu dapet yang terbaik aja. Kamu bisa faham kan sama pemikiran Ayah sama Bunda?"

Elfan -nama pemuda tersebut-menganguk, "Iya, Yah, Bun. Elfan faham kok kalian mau yang terbaik buat Elfan."

Sang Bunda tersenyum lalu mengusak rambut anaknya yang tengah menunduk menatap lantai.

***

Karin mendudukkan bokongnya dikursi makan rumahnya, ia menatap kedua orang tuanya yang tempak berseri-seri sembari sesekali berbincang ringan membicarakan keadaan perusahaan yang Papahnya kelola.

Tok tok tok

Ketukan pintu tersebut membuat Mamah berdiri dan langsung membuka pintu dan mempersilahkan sang calon besan masuk, "Ayo Pak, Bu, Nak silahkan masuk."

Mamahnya berjalan mempersilahkan sang tamu masuk. Saat sampai diruang makan, Karin mendongakkan kepalanya dan menemukan pemuda tampan incaran gadis satu sekolahnya berdiri diam mematung seakan terkejut dengan eksistensinya.

"Ayo silahkan duduk," Pinta Papah.

Semua duduk dikursi masing-masing, bahkan kini Karin berhadapan dengan Elfan, "Karin sama Elfan udah kenal satu sama lain, ya?"

Karin dan Elfan mengangguk canggung, "Iya, om, Tan. Kami udah kenal karena pernah ikut lomba bareng," Jawab Karin sekenanya.

Elfan menatap Karin tak percaya, bahkan ia sampai mengedipkan matanya berkali-kali memastikan yang didepannya adalah Karin, gadis yang tengah ia taksir.

Sepertinya dewi keberuntungan tengah berada dipihaknya, saat ia tak berani mendekati Karin, takdir lah yang mendekatkan mereka.

"Ah, Iya. Karin sama Elfan hari Sabtu ketempat fitting baju, ya? Oh, iya, masalah cincin kalian bisa cari sendiri sesuai kesepakatan kalian aja," Ucap Bunda.

Mamah mengangguk lalu menepuk pundak Karin, "Dan.... Pernikahan kalian akan dilaksanakan minggu depan, dihari Sabtu dan Minggu."

Mata Elfan dan Karin membulat, bahkan Karin sudah berdiri saking tak percaya nya, "Apa Mah? Nikah?!"

Papah Karin melotot kearah anak gadisnya, "Karin duduk!? Gak sopan banget kamu sama orang tua, ya?!"

Karin kembali duduk dengan perasaan kecewa. Melihat hal tersebut, dengan ragu Elfan mengangkat tangannya meminta izin untuk berbicara, "Apa gak terlalu buru-buru ya kalau minggu depan kami menikah? Bahkan kami belum kenal dekat satu sama lain."

FAKE OR TRUE [Nanonprim] ✔️Where stories live. Discover now