[2] What's Up!

Começar do início
                                        

"Nah bener tuh Ta. Kalo lo nggak mikir dari sekarang, kapan dong mikirnya?" dukung Hendra. Agista mengerjapkan matanya. Ia merasa terpojok dengan semua kenyataan itu. Tapi yakinlah, bahwa Agista sama sekali belum memikirkan akan masa depannya.

"Jujur nih, gue aja masih bingung mau ngambil fakultas apa." ujar Fariz menopang dagunya. "Gue belum tahu pasti minat sama bakat gue."

"Kalo gue sih mungkin—" ujar Hendra menggantungkan perkataannya. "Entar aja deh ngasih tahunya, kalo kalian udah punya keputusan mau ngambil fakultas apa."

Agista terbungkam. Ia larut dalam pemikirannya sendiri. Fariz pun berbalik, disusul oleh Hendra. Lalu Izly mengeluarkan ponselnya dan memainkannya.

"Ca, menurut lo, apa bakat gue?"

Tok tok tok.

"Pagi gengs! What's up?"

Empat orang memasuki kelas dengan mengambil seluruh atensi ruangan. Mereka kemudian duduk di paling depan yang masih kosong. Empat bangku kini terisi akan anak jenius itu.

"Stell, sekalian tabrak aja pintunya biar masuknya tambah wah." ujar Fify memoles bibirnya dengan lip tint.

"Ou, lain kali aja deh. Suasana hati gue lagi baik." ujar Stella cukup centil. Chlora mengerjapkan matanya.

"Stella kesambet apaan sih Ka?" tanya Chlora pada Rika yang duduk disebelahnya. Mereka memang sudah janjian semenjak SMP kelas delapan bahwa jika mereka sekelas, maka akan duduk berdekatan.

"Tahu tuh. Semenjak tadi malem dapet vn dari cowok, dia mendadak bahagia. Entah karena alasan apa." balas Rika berbisik. Chlora melotot.

"Vn dari siapa? Cowok yang mana?"

"Dia nggak ngasih tahu, menurut lo dari siapa?"

Stella membenarkan penampilannya di depan cermin panjang yang ada di kelas. Ia juga merapikan rambutnya yang sudah rapi dikepang menjalar.

"Stell, bisa geser dikit nggak? Gue mau benerin seragam nih." ujar Athilia ikut-ikutan becermin. Kedua perempuan itu menguasai cermin yang ada di kelas mereka.

"Gimana liburan lo Gwen?"

Selena Gwen Stefani, perempuan berbadan bongsor itu menyilangkan kakinya di atas kakinya yang lain. "Baik aja. Liburan gue di rumah sambil nonton drama Thailand."

"Nonton apa aja lo di rumah?" ujar Resya tertarik. Gwen membalas,

"Friendzone, May Who, ATM error, sama Twogether Series."

"Hey, Twogether Series bukannya yang itu?" ujar Alexa keki menyebutkan salah satu unsur itu.

"Yang Bright bukan?" ujar Roza menimbrung. Ayra hanya menatap polos karena tidak paham dengan jalan pembicaraan mereka.

"Iya woy! Sumpah dia ganteng banget!" ujar Gwen sampai menggebrak mejanya. Menandakan keantusiasannya.

"Tapi gue agak risih juga." ujar Alexa keki. Beberapa waktu belakangan, ia mantap berhijrah dari kpop menuju hal yang lebih islamiah.

"Tapi bagus juga lho. Kayak antimainstream gitu."

Alexa tetap risih. Ia bahkan tidak melanjutkan menonton drama itu setelah melihat trailernya.

"Ya selera orang kan beda-beda Candy," ujar Indira menegur. Perempuan pencinta berat astronomi itu menutup buku dihadapannya.

"Ke perpus yuk." ajaknya. Roza menepuk kepalanya dan memegang bahu Indira.

"In, ini masih awal masuk sekolah. Jangan membuat kita menjadi ambis dengan mengajak ke perpus." ujar Roza menatap penuh harap dan mengandalkan puppy eyes nya.

Indira hendak menjawab, namun Alexa menyelanya. Mulutnya terkatup. "Iya In, gue tahu lo cinta banget sama buku. Tapi tolong, hargai kebebasan anak biasa kayak kita." ujar Alexa mendramatisir. Indira menatap Alexa dan Roza secara bergantian.

"Okelah, nanti aja ke perpusnya. Lagian kita kan baru masuk sekolah." ujarnya membuat Gwen, Alexa, Roza, dan Ayra, bernapas lega. Tetapi kelegaan mereka hanya sesaat ketika Indira mulai membahas,

"Oh iya, gue masih penasaran sama orbital bumi yang—"

Hadeh, gini nih kalo orang pas pembagian otak ngantri paling subuh.

Batin Gwen menepuk kepalanya mendengar ocehan Indira yang terlalu tinggi untuk dimengertinya.

"Tha, lo udah jadian betulan sama Alvis ya?" tanya Fify duduk di depan Athilia yang sibuk menata penampilannya. Entah perempuan itu mau ada acara pemotretan atau apa, yang jelas barang bawaannya kali ini hanyalah sekotak make up.

"Masa jadian bohongan Fi." ujar Alya jenaka. Fify membalas,

"Ya bukan gitu maksud gue. Dia udah ditembak Alvis apa belum?" ujar Fify, kepo. Athilia menutup kotak make up nya dan berkata,

"Ya gitu deh." ujarnya tersenyum sendiri. Tasya dan Carla menahan tawanya melihat ekspresi Fify.

"Udah kok Fi, lagian, mama mereka juga setuju kalo ke jenjang yang lebih tinggi." ujar Carla memberitahu.

"Berarti bener dong? Kali ini Atha nggak zombie lagi?"

Serobot Agista nimbrung tiba-tiba. Alya, Carla, Tasya, Athilia, dan Fify saling pandang. Sedetik kemudian,

"Jomlo Ta, bukan zombie."

Mereka tertawa dengan kesengajaan perempuan itu.

"Ah iya itu, pokoknya." ujar Agista berlalu dan membuat temannya tertawa.

"OH IYA GEZ! UNBOXING RAPOR YUK!"

Mereka semua saling tatap dan beralih semangat. Masing-masing mengeluarkan rapor mereka dan saling bertukar. Mereka juga penasaran dan ingin mengukur kemampuan lawannya.

Apa untungnya unboxing rapor sih?

Hanya kelas Diamond yang tahu betul apa untungnya unboxing rapor sebelum akhirnya nanti dikumpulkan.

Tentu saja, mencari celah untuk mengalahkan lawan mereka.

~Science 7~

Halow guess, whats up???

Bagaimana dengan suasana kelas Diamond ini? Awkward?

Kebayang belum konfliknya? Etdah baru chap pertama. Wkwk.

Oh iya, mau lihat visualnya apa tidak? Kalo mau, nanti Melta drop di part selanjutnya.

Tinggalkan jejak dengan memberi vote dan komentar ✨

Salam, taaa. Stay tuned ya 😉

Jangan lupa baca spin-offnya ya!

MY TOXIC BOYFRIEND
MY UNKNOWN BOYFRIEND
MY ANNOYING GIRLFRIEND
MY FIERCE GIRLFRIEND
MY PERFECT BOYFRIEND

Follow juga instagram : prinxzcess
Untuk lebih banyak info

Kamis, 29 Oktober 2020.

Kamis, 29 Oktober 2020

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.
SCIENCE 7 : UNITY IS PRIORITYOnde histórias criam vida. Descubra agora