Epilog

1K 70 33
                                    

Jakarta
5 tahun kemudian

"Ayo Alma, anak ibu yang cantik. Kamu maju ke depan kelas ya, perkenalkan diri kamu dan ceritakan apa cita-cita kamu, Nak!" Bu Ratna, ibu guru cantik itu menunjuk seorang gadis kecil dengan rambut cepak untuk maju ke depan kelas.

Dengan langkah pelan dan sedikit malu-malu, gadis kecil itu melangkah maju. "Hallo teman-teman. Namaku Alma, umurku lima tahun. Cita-citaku adalah ingin jadi orang yang sukses seperti ayahku, dan jadi anak pintar seperti kakakku."

"Bagus Alma. Ayo kasih tepuk tangan buat Alma," seru Bu Ratna diiringi tepuk tangan murid-muridnya yang lucu-lucu.

"Chandler, ayo sekarang giliran kamu, Nak. Maju kesini," tunjuk Bu Ratna lagi pada anak laki-laki yang sedari tadi asyik menyesap dot berbentuk babi warna pink miliknya.

"Eh cadel ... woiiii maju!" seorang gadis kecil yang suka memancing keributan mulai beraksi menggoda Chandler.

"Diem kamu, Amila! Bacot!" Chandler mengkerucutkan bibirnya, dia tahu Amira pasti mau mengusilinya lagi kali ini.

Amira terkikik pelan. Dia paling senang dan terlonjak kegirangan jika tahu saudara sepupunya itu mulai tersulut emosi. "Woiii ... dah gede masih ngedot aja. Sini aku sembelih tuh babi pink kamu!"

"AMILA!" Chandler melotot marah, sudah berkali-kali Amira selalu menggodanya.

"Sudah--sudah! Kalian ini nggak pernah akur ya. Ayo Chandler maju kesini, Nak!" titah Bu Ratna sembari menggandeng tangan Chandler.

"Hallo, nama saya--"

"CADEL!" potong Ambira sambil terkikik memegangi perutnya.

Chandler menggembungkan pipinya, mukanya merah padam. "Nama aku Chandlel. Umulku lima tahun. Aku punya cita-cita ingin menjadi doktel sepelti Omku."

"Dokter apa, Chandler sayang?"

"DOKTER BEDAH BABI! HAHAHA." Lagi-lagi Amira menyerobot pertanyaan Bu Ratna.

"Amira, jangan nakal gitu dong. Nanti Ibu Ratna bilangin sama Mama kamu loh ya. Ayo duduk yang manis, cantik."

Amira memberengut, melipat kedua tangannya di depan dada.

"Ayo lanjutin lagi Chandler," lanjut Bu Ratna.

"Chandlel, mau jadi doktel yang bisa nyembuhin penyakit apa saja, Bu Gulu."

"DUKUN DONG! HAHAHA."

"Amira, cukup! Sekarang giliran kamu yang maju. Ayo sini," Bu Ratna menggeleng-gelengkan kepala pada kelakuan muridnya yang satu ini.

Dengan langkah mantap dan penuh keyakinan diri, gadis kecil berambut sebahu itu melangkah ke depan dan tak lupa dengan sengaja menyenggol keras Chandler saat anak itu melewatinya. Chandler terjatuh di lantai dan meringis kesakitan. Amira hanya mencetak senyum miring lalu dengan gagahnya berdiri di depan kelas.

"Hallo, nama saya Amira. Umur saya empat tahun. Cita-cita saya pengen jadi pembalap!" ucapnya lantang.

Setelah bel berbunyi tanda usai sekolah, Chandler keluar dan berlari saat melihat seorang wanita berhijab yang melambai padanya.

"Tante---tante Qalila, Amila nakal lagi hali ini."

"Bohong, Ma. Si cadel ini tukang bohong. Dia yang suka usilin Amira!"

"Aduh ... aduh. Ini anak Mama kok ga pernah akur ya sama Chandler. Ayo sudah sudah, selesai ributnya." Qarira mengusap lembut kepala anaknya lalu mengecupnya.

"Chandler, itu Mamamu disana," lanjut Qarira menunjuk Dinda yang kini sudah berhijab dan sudah merubah penampilannya sejak datang kembali ke Indonesia.

Kedua perempuan itu saling berpelukan dan tertawa melihat tingkah anak-anak mereka, Chandler dan Amira yang memang tak akan pernah akur, selalu saja ada ulah yang mereka lakukan. Sudah beberapa tahun ini Qarira dan Dinda memutuskan untuk menetap di Indonesia karena bisnis suami-suami mereka yang tak dapat ditinggalkan di Indonesia.

❤❤❤❤

Berlin

Di hari yang sama

Pria dengan tuxedo biru dongker itu menyeret kopernya memasuki bandara internasional BER (Berlin Brandenburg), tergesa-gesa menuju bagian check-in.

"Pesawat QA 3478 tujuan Jakarta dalam 40 menit lagi segera berangkat. Silahkan Tuan menuju gate 12 untuk segera boarding," ucap seorang gadis petugas check-in ramah.

"Baik, terima kasih. Saya akan segera kesana."

Pria itu lalu bergegas menuju gate yang sudah ditunjuk oleh sang petugas tadi. Para penumpang sudah mengantri untuk masuk kedalam pesawat. Pria itu segera mengeluarkan boarding passnya saat seorang petugas mengecek dan membiarkannya melewati antrian penumpang yang melirik tak senang karena ia datang telat namun bisa masuk duluan dengan santainya.

"Selamat Datang di Qatar Airways, Mr. Yusuf El-Bakri. Enjoy your flight," seorang pramugari cantik menyapa pria itu dengan hangat dan senyum yang ramah.

Yusuf menganggukkan kepala pelan, lalu duduk di bagian Business Class.

"Jakarta, i'm coming."

TAMAT

❤❤❤❤

Assalamualaikum

Akhirnya cerita ini tamat juga.
Terima kasih yang sudah mengikuti cerita ini dari awal sampai akhir. Yang sudah setia vote dan komen, terima kasih buat support kalian.

Semoga cerita ini bisa menghibur kalian. Ambil sisi baiknya dan buang sisi buruknya.

Sekali lagi terima kasih. Aku sayang kalian😘❤

Extra Part?

YES

NO

Sekuel?

YES

NO

Sampai ketemu lagi di tahun 2021, karena aku sudah menyiapkan satu karyaku lagi.

Sebuah kisah sempalan (spin-off) dari "Sujud Cinta di Kota Berlin", sad story dengan plot twist menegangkan😋

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Sebuah kisah sempalan (spin-off) dari "Sujud Cinta di Kota Berlin", sad story dengan plot twist menegangkan😋

Who's exited?

See you soon, readersku sayang. Semoga Allah melindungi kita semua. Stay safe!

Wassalam

DS. Yadi

SUJUD CINTA DI KOTA BERLIN (Completed)Where stories live. Discover now