Kegaduhan Kecil

505 46 4
                                    

"Apa yang kamu lakukan disini?" suara Christian hampir terdengar di seluruh ruangan. Sorot amarah terpancar jelas dari matanya.

"Chris--" Jenny menyentuh lembut pundak Christian. Perempuan itu berusaha meredam emosi putra sulungnya.

"Aku merindukanmu, sayang," ucap Sarah dengan tenang dan melirik ke arah Qarira sinis.

"Jangan mulai menyulut emosiku lagi, Sarah! Tidak bisakah kamu membiarkan aku tenang dan pergi dari kehidupanku! Kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi!"

Dengan santai Sarah meletakkan tas yang ditentengnya di atas meja. "Sayang, tidak bisakah kau berkata lembut padaku? Aku tahu kamu sudah tak pernah memperhatikan aku lagi, tapi aku masih mencintaimu."

Qarira terdiam terpaku melihat wanita di depannya, tak tahu harus berkata apa-apa. Matanya nanar. Belum pernah ia melihat Christian semarah ini.

"Masih mencintaiku? Itu selalu yang kamu katakan padaku. Cinta sepertinya hanya sebuah permainan yang bisa kamu kendalikan semaumu sendiri!"

"Chris, tenang Nak. Sarah, duduklah. Kita bisa bicara baik-baik." Jenny sekali lagi berusaha meredam emosi Christian.

"Maaf Mama, kalau aku datang bukan pada waktu yang tepat. Tapi Mama perlu tahu kalau aku masih mencintai Christian. Dia satu-satunya pria yang masih ada di hatiku. Aku tahu aku sudah melakukan sebuah kesalahan. Tapi tak adakah kesempatan aku untuk memperbaikinya, Chris?" Sarah menoleh kearah Christian dan tersenyum penuh makna. Raut wajahnya menyiratkan sebuah misteri yang mungkin hanya dia saja yang tahu artinya.

Mata Qarira berkaca-kaca. Hampir saja airmatanya luruh. Untung saja Jenny dengan cepat memegang erat tangan Qarira. Perempuan paruh baya itu berusaha memberi kekuatan pada gadis berhijab di sebelahnya.

"Kesempatan katamu? Apa pantas kamu mendapatkannya setelah kau terang-terangan mengkhianatiku, Sarah Ferguson?"

Beberapa tamu dengan sembunyi-senbunyi memperhatikan mereka. Sepertinya kegaduhan kecil itu membuat seorang pelayan menghampiri meja mereka.

"Apa semua baik-baik saja, Herr Martin?" tanya pelayan itu memperhatikan satu-satu wajah tegang tamu-tamunya.

"Ya, semua baik-baik saja," bisik Sarah lembut ke telinga pelayan itu. Lelaki memakai seragam hitam-hitam itu mengangguk lalu melangkah pergi.

"Aku mohon Sarah. Jangan ganggu hidupku lagi. Aku sudah punya kehidupan sendiri dan kamu pun punya kehidupanmu sendiri. Kita sudah lama tidak bersama lagi. Aku sudah mempunyai kekasih baru. Jadi stop mengangguku."

"Oh jadi perempuan ini pacar barumu?" Sarah menyorot tajam ke manik Qarira dan tersenyum sinis.

Qarira yang merasa diperhatikan menunduk pelan, menelan salivanya.

"Ya, dia kekasih Christian," timpal Jenny dengan hati-hati. Dia tak mau suasana semakin memanas. Diperhatikannya Christian dan Sarah bergantian.

"Sejak kapan kamu menyukai gadis memakai kerudung, Chris? Apa sih kelebihan dia?" Sarah sepertinya dengan sengaja memancing emosi Christian.

"Sarah, aku menyukai Qarira bukan karena kerudungnya. Aku mencintainya karena pribadinya!"

"Yakin kamu, Chris? Apa tidak ada maksud tersembunyi dari gadis ini? Seperti dia menyembunyikan sebagian wajahnya dibalik kerudung itu?"

"Masya Allah, Nona. Apa yang membuatmu berkata seperti itu?" Qarira angkat bicara karena merasa mulai disudutkan oleh gadis yang belum ia kenal sama sekali. Bibirnya bergetar.

"Apa maksudmu?" ucap Christian. Kali ini dia yang memegang tangan Qarira dan mengelus punggung tangannya.

"Kamu tampan, punya pekerjaan yang bagus dan banyak duit. Apa tak ada rasa curiga sekalipun dalam hatimu, sayang? Ingat, wajah polos bisa saja menipu!" seringai Sarah seperti seekor srigala yang sedang mengintai mangsa.

SUJUD CINTA DI KOTA BERLIN (Completed)Where stories live. Discover now