Kejutan Ulang Tahun

480 42 3
                                    

Para tamu undangan sudah hampir semuanya datang. Qarira sibuk membantu Dinda, menawarkan minuman dan makanan kecil pada para tamu. Apartemen kecil itu disulap Dinda menjadi tempat party  yang sangat menarik. Balon-balon dan pita-pita berwarna-warni di setiap sudut apartemen, buket bunga mawar di beberapa meja dan lilin-lilin beraroma spa dinyalakan menambah semaraknya suasana. Di ruang tamu sendiri disulap menjadi dancefloor kecil dengan DJ yang memainkan musik-musik berirama pop, RnB dan dance.

"Silahkan dicoba minumannya," sapa Qarira menawarkan minuman segar tanpa alkohol yang sengaja diraciknya sendiri.

"Terima kasih," kata seorang gadis seraya menyedot minuman itu, "hmmm, nikmat menyegarkan sekali," lanjutnya.

"Terima kasih. Itu salah satu minuman favorit di tempatku bekerja," timpal Qarira mengutas senyum dan berlalu lalu menawarkan kepada tamu-tamu yang lain.

"Kamu pasti Qarira, ya?" seorang laki-laki berparas tampan  dengan tatoo di tangan mendekat dan menyapa ramah Qarira, menatap wajah gadis itu erat.

"Hi, iya. Kamu?" tanya Qarira menautkan kedua alisnya menjadi satu.

"Aku Marco, pacar Dinda," Marco menyodorkan tangan mengajak Qarira untuk berjabat tangan.

"Hallo, Marco. Senang akhirnya bisa berkenalan dengan kamu," ucap Qarira menyambut tangan Marco.

"Aku juga Qarira. Terima kasih sudah menjadi teman dan sahabat buat Dinda. Dinda sering bercerita tentang kamu."

"Benarkah? Dia cerita apa saja?" tanya Qarira penasaran.

"Banyak. Mulai dia pertama kali bertemu dengan kamu, cerita tentang asal usul kamu, pacar kamu--"

"Sedetail itu?" Qarira menunduk malu, wajahnya memerah. Dinda, ternyata dia bocor juga, batin Qarira.

"Maaf, boleh minta minumannya?" seorang tamu tiba-tiba nongol diantara mereka.

"Oh tentu saja, silahkan!" Qarira menyampirkan nampan yang dibawanya, "maaf Marco, aku harus lanjutin dulu ya. Sampai nanti," pungkas Qarira meninggalkan Marco dan menawarkan minuman lagi kepada para tamu yang lain.

Dinda yang nampak sangat cantik malam itu menggenakan sebuah gaun warna biru terang sedang sibuk bercakap-cakap bersama beberapa tamu. Temen-teman kuliahnya, beberapa tetangga apartemennya dan beberapa kenalan.

"Qarira, sini!" panggil Dinda saat melihat Qarira melintas di dekatnya. Qarira menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari sumber suara tadi. Dinda melambaikan tangan.

"Lihatlah dirimu, Dinda. Kamu nampak sangat bahagia malam ini dan paling cantik tentunya," bisik Qarira ke telinga Dinda.

"Terima kasih, Qarira. Kamupun juga begitu. Kamu belum cerita tentang kencanmu dengan Christian. Aku sudah tak sabar mendengarnya," goda Dinda mengerlingkan mata.

"Nanti pasti aku bakal cerita, Dinda. Eh si Akbar kok belom nongol juga ya?"

Dinda mengedikkan bahu. "Aku sudah mengiriminya Whatsapp dan beberapa kali menelponnya tapi masih belom ada respon dari dia. Mungkin dia masih bekerja, Qarira."

"Aneh banget sih. Christian pun sampai saat ini juga belum menghubungiku. Apa mereka berdua janjian ya membuat kita gelisah?" canda Qarira disambut gelak tawa kecil Dinda.

"Lupakan dulu mereka sejenak, sini ikut denganku!" Dinda menarik lengan Qarira, "kamu kan belum makan dari tadi, ayo makan dulu."

Mereka menuju sebuah meja bundar besar yang di atasnya sudah tersedia berbagai macam masakan yang sudah dimasak Dinda sejak kemarin. Semua masakan sangat menggugah selera makan.

SUJUD CINTA DI KOTA BERLIN (Completed)Where stories live. Discover now