Mama

686 63 4
                                    

"Honey Lemongrass Sparkle, please."

Christian memesan minuman kesukaannya. Ditatapnya Qarira dalam-dalam. Gadis itu tersenyum kemudian menunduk malu. Senyum manis lesung pipit itu yang selalu diingat Christian.

"Ada lagi, Chris?" tanya Qarira tanpa memandang Christian.

"Aku mau cheesecake itu deh." Christian menunjuk kue yang ada dalam etalase.

"Ok, aku buatkan minumannya ya, silahkan duduk," ucap Qarira.

Anna yang sedari tadi memperhatikan segera melengos dan berjalan masuk ke arah dapur sambil berkata pelan, "Gatal!"

Christian menghenyakkan pantatnya di tempat duduk favoritnya. Dia membuka laptop yang ia bawa dari tempat kerja. Membuka-buka file kerja dan merevisi beberapa kekurangan yang ada di sana.

Kriing kriing

Ponselnya berdering nyaring, sampai-sampai seorang nenek yang duduk di dekatnya kaget.

"Entschuldigen Sie bitte,"ucap Christian pelan pada nenek itu. "Ya, Ma?"

Ternyata telpon dari Mamanya, wanita yang selalu rajin menanyai kabarnya.

"Chris, kamu masih di tempat kerja?" tanya Mamanya disebrang telpon.

"Aku lagi di kafe,Ma. Sambil merevisi beberapa file kerja yang masih ada kekurangan."

"Chris, kamu itu selalu kerja ... kerja ... dan kerja. Beristirahatlah sebentar. Ambil liburan, nikmati waktu yang ada. Bekerja boleh tapi juga ingat waktu, Nak."

"Iya, Ma. Chris tahu. Tapi untuk saat ini banyak proyek-proyek baru yang harus dikerjakan. Apalagi Chris sebentar lagi harus terbang ke Asia. Chris harus menyelesaikan persiapannya semua, kontrak-kontrak kerja dengan beberapa klien di Asia serta bahan-bahan untuk beberapa meeting dan presentasi di sana." Christian menjelaskan panjang lebar pada Mamanya.

"Ingat Chris, kamu itu sudah hampir 30 loh. Dan kamu masih sendirian. Kemarin sama Sarah, Mama sudah setuju banget. Dia cantik, ramah, baik hatinya. Apalagi sih yang kurang sama dia, sampai kamu memutuskan hubungan kalian."

"Ma, Chris kan sudah bilang. Dia memilih yang lain. Di antara kita sudah tak ada apa-apa lagi. Kita hanya sebatas teman biasa sekarang."

"Mama tahu. Itu pasti menyakitkan buatmu. Tapi setidaknya kamu juga harus berpikir untuk dirimu sendiri. Tak selamanya kamu mesti sendirian begini. Kamu itu ganteng, pinter, rajin bekerja plus anak Mama lagi. Pasti ada saja gadis yang tertarik padamu. Bukan begitu, Chris?" Mamanya mulai menggodanya.

"Sepertinya Mama sebentar lagi akan mengenalnya, mungkin bahkan bertemu dengannya."

"Oh sungguh? Mama seneng sekali mendengarnya. Cantikkah dia? Pinterkah dia? Ramahkah dia?" sang Mama mulai banyak bertanya.

Christian tahu pasti Mamanya akan banyak bertanya dan sedikit menginterogasinya seperti maling yang baru ketangkep.

"Lebih dari itu, Ma. Semuanya ada pada dia, aku menjamin itu. Dan satu lagi ... dia seorang muslimah."

"Seperti yang kamu harapkan dan impikan, Nak. Mama bahagia sekali mendengarnya. Semoga kali ini dia benar-benar jodohmu. Mama berharap kamu segera ada pendamping dan Mama segera menimang cucu. Kamu tahu adikmu itu masih suka kesana kemari. Kalian itu berbeda sekali."

"Kalau Mama mau, aku akan perkenalkan sama Mama hari Jumat lusa. Kami sepakat untuk makan malam bersama sebelum aku pergi ke Asia."

"Dengan senang hati, Nak. Mama sudah tak sabar."

SUJUD CINTA DI KOTA BERLIN (Completed)Where stories live. Discover now