[T8] Rain

511 49 3
                                    

-°-
Genre: sad, angst
Mulmed: Downpour (I.O.I)
1054 Words
Starring casts: Y/n, Minghao, Luo Xi, Mingyu
-°-

"Hao ge.." Kamu menyentuh pundak Minghao yang tengah fokus mengendarai motor. Langit diatas kalian telah menggelap, Minghao berusaha untuk mempercepat laju motornya agar gadis yang sekarang tengah duduk dibelakangnya itu –kamu tidak basah kehujanan.

"Bisa hentikan sebentar motornya?" Minghao masih bisa mendengar suaramu, lantas ia memilih tetap menepikan motornya sesuai permintaan darimu. Tempat kalian berhenti bisa dibilang cukup sepi, tak terlalu banyak orang yang berlalu lalang. Minghao menghentikan motornya tepat didepan sebuah halte, tidak ada seorangpun disana kecuali kalian. Bisa dimaklumi memang, dijam petang memasuki malam seperti ini ditambah lagi langit berhiaskan awan hitam bergumpal, siapa yang masih mau berkeliaran?

"Kenapa?" Tanya Minghao sesaat setelah pria itu melepas helmnya. Kamu hanya diam tidak menjawab. Kamu melihat keatas langit seraya mendekap erat-erat jaket Myungho yang tadinya kamu pakai untuk menutupi kedua pahamu. Tolong garis bawahi jika Minghao itu kekasih yang sangat posesif. Sebenarnya pria berdarah cina itu sudah mengomel sejak tadi, namun kamu hanya berpura-pura menulikan telingamu –sudah terlalu biasa melihat Minghao dan segala rasa cemburunya yang menurutmu berlebihan itu.

"Y/n? Kenapa kita berhenti?" Ulang Minghao. Kamu hanya tersenyum penuh arti dan tidak menjawab sepatah katapun. Minghao mengikuti arah pandang sang kekasih. Ia melihat langit sudah bergemuruh dan awan kelabu sudah berada tepat diatas keduanya.

"Sebentar lagi hujan, kita pulang ya"

"Tunggu, Hao ge!"

Kamu menahan pergelangan tangan Minghao. Kamu semakin melebarkan senyummu. Yang membuat Minghao semakin kaget begitu kamu tiba-tiba turun dari motor dan berdiri didepannya –dengan tangan yang masih berada diatas punggung tangan Minghao.

"Kita main hujan, yuk?"

"Huh?"

---

zrass.

"Hao ge, kemari! Lihat, ini menyenangkan!" Pekikmu seraya melambaikan tanganmu ditengah jalanan yang sepi. Minghao hanya diam dengan tangan terlipat didepan dada. Sejujurnya ia ingin sekali berlari dan menarikmu darisana. Cemas dan khawatir memenuhi relungnya, takut kalau kamu yang berstatus sebagai kekasihnya itu jatuh sakit esok harinya.

"Y/n, kemarilah! Kau bisa sakit!" Minghao berteriak dari halte tempat ia berteduh. Beberapa detik kemudian, kamu mendekat kearah Minghao. Minghao pikir kamu akan berteduh dan mendengarkan perintahnya. Namun memang seperti inilah fanfiction. Ada saja sesuatu yang tidak sesuai ekspektasi dan hal itu terjadi pada Minghao. Kamu tanpa sedikitpun melunturkan senyum menarik tangan laki-laki Xu itu hingga membuatnya tertarik ke tengah jalanan dan basah kuyup kehujanan sama sepertimu.

"Hei, Y/n!" Minghao berseru seraya mengusap wajahnya yang basah karena hujan.

"Kau tampan!" Teriakmu. Minghao yang tadinya sudah kesal setengah mati langsung meleleh. Hatinya membuncah, jantungnya berdegup berkali-kali lipat mendengar dua kata yang baru saja kamu ucapkan. Mendadak Minghao pun lupa bahwa mereka tengah diguyur hujan yang kian melebat.

"Xu Minghao adalah pria paling tampan dan juga menyebalkan!" Kamu tertawa disela-sela teriakanmu. Minghao mengulum senyum melihatmu terlihat bahagia beriringan dengan rintik hujan yang semakin deras.

"Bukankah aku adalah wanita paling beruntung karena bisa dicintai olehnya?"

"Aku lebih beruntung karena bisa mendapatkan wanita sesempurna dirimu, sayang" Sahut Minghao lembut namun kamu masih bisa mendengarnya dengan cukup jelas. Kamh kian melebarkan senyum dan berlari memeluk Minghao dengan erat. Kamu menatap tulus manik cokelat Minghao sembari membisikkan sesuatu.

"Aku akan selalu mencintaimu, Hao ge. Jaga dirimu baik-baik ya" Kamu kembali tersenyum, namun kali ini jauh lebih tipis.

tin tin!

braak!

Yang Minghao tahu, ia bersamamu saat itu. Hanya wajah cantikmu yang terukir jelas dalam ingatannya. Selebihnya gelap.

---

"Minghao ge..." Minghao membuka kedua matanya. Terasa berat, dipaksanya tubuhnya bergerak sedikit, dibantu oleh tangan mungil seorang wanita yang berdiri disampingnya.

"Luo Xi? Kenapa tiba-tiba kau disini?" Minghao menatap sang adik seraya memegangi kepalanya yang masih pusing. Luo Xi lekas mengambilkan segelas air putih dan menyodorkannya pada Minghao. Pria itu tidak menolak, namun ia hanya meneguk sedikit saja.

"Gege baik-baik saja, kan? Apa masih ada yang terasa sakit?"

"Dimana Y/n?" Bukan menjawab, Minghao malah balik bertanya dengan dihadiahi rasa kaget dari Luo Xi. Minghao melirik sekitarnya. Namun didalam kamar sempitnya itu hanya ada sang adik seorang dengan wajah sendu yang masih setia duduk ditepi ranjangnya.

"Apa maksud gege?"

"Kak Y/n. Dimana kak y/n? Apa sudah pulang?"

Luo Xi mengangguk ragu. Minghao menghela nafas lalu kembali merebahkan tubuhnya diatas ranjang. Tangannya bergerak mengambil ponsel yang berada diatas nakas, lalu menekan beberapa digit nomor disana.

"Halo, sayang?"

"..."

"Aku sedang istirahat, Kau sudah dirumah? Tadi pulang naik apa?"

"..."

"Baguslah. Istirahatlah sana, kau bisa sakit nanti"

"..."

"Aku tahu, berhentilah. Aku baik-baik saja"

"..."

"Baiklah, jaga dirimu. Aku mencintaimu"

"..."

pip.

"Ge, dari siapa?" Tanya Luo Xi membuka suara setelah Minghao mengakhiri panggilannya. Minghao menatap sebentar adik satu-satunya itu lalu ia letakkan kembali ponselnya diatas nakas.

Minghao terkekeh singkat mendengar pertanyaan dari sang adik sebelum menjawab, "Tentu saja kak Y/n. Memangnya siapa lagi yang selalu gege panggil 'sayang'?"

Skak. Luo Xi tak bisa berkata apapun. Bahkan untuk sekedar tersenyum pun tak bisa. Ia mengangguk kaku, lalu memilih untuk keluar dari kamar sang kakak untuk memberi pria itu waktu beristirahat.

Luo Xi menutup pintu kamar Minghao dengan air mata mengucur deras dikedua pipinya. Dipandanginya pintu kayu dingin itu, tubuhnya merosot jatuh mengingat kejadian dua tahun lalu. Saat dimana Minghao dan kamu kecelakaan di simpang yang sama dengan jalan dimana Minghao ditemukan pingsan dipinggir jalan, dekat dengan kecelakaan tunggal sebuah pickup beberapa jam yang lalu.

Ia melihat dengan jelas semua kejadiannya. Tak satupun keping peristiwa yang terlupa. Saat itu, saat-saat bagaimana kamu berusaha mendorong Minghao keluar dari puing mobil yang menghimpit kalian karena saat itu Minghao pingsan dan tidak sadarkan diri. Polisi dan tim penyelamat berusaha menarik tubuh Minghao yang berhasil didorong kamu dorong keluar lewat jendela mobil yang pecah. Sayangnya, belum sempat tim penyelamat menarik tangan tunangan sang kakak itu, mobil sudah lebih dulu meledak, melalap habis seisi mobil termasuk kamu didalamnya.

Luo Xi menangis sejadi-jadinya mengingat kecelakaan tragis itu.

Saksi tunggal kecelakaan duduk didepan Luo Xi dan pihak kepolisian yang mengurus masalah kecelakaan tunggal pickup tersebut. Dalam hatinya, Luo Xi merapal ribuan kalimat doa pada Tuhan.

"Silahkan, Tuan Kim Mingyu"

"Aku melihat seorang pria tengah berdiri ditengah jalan dengan tatapan kosong. Saat pickup itu melintas pun, ia tetap diam ditempatnya. Aku berlari hendak menyelamatkannya, namun aku kemudian melihat sebuah bayangan putih mendorong pria itu ke tepi jalan dan bayangan itu langsung menghilang"

"Semoga kau bahagia, kak," Luo Xi mengelus pelan bingkai fotomu –tunangan sang kakak seraya memeluknya erat, "Terimakasih telah menyelamatkan kak Minghao, kami akan selalu mencintaimu"

// fin //

note: hey carat, pada ngerti ga alurnya? :l
dahlah, bubar2. aku gumoh :'(
voment juseyo~

[✓] Seventeen [Imagine]Where stories live. Discover now