[SC] New Priority

731 55 8
                                    

-°-
Genre: Slice of life
Mulmed: Story (Park Shin Hye)
623 Words
Starring casts: Y/n, Seungcheol, Eunsa
-°-

Your Side

Ini hari pertamaku kembali ke sini. Setelah bertahun-tahun aku berusaha melupakan tempat ini, bersama dengan begitu banyak kenangan yang sempat mempermanis hidupku. Terselip senyum tipis yang perlahan-lahan memerih di hatiku.

Aku tahu tak seharusnya aku kembali memikirkan itu semua. Bilanglah aku memang merindukannya, tapi lima belas tahun adalah waktu yang cukup untuk mengubur semua kenangannya dalam-dalam dan sekarang aku berusaha untuk menggali dan mendapatkannya lagi. Bodoh.

Aku meraih jaket rajut disamping kursi dan cepat-cepat memakainya. Aku tak tahu sudah berapa banyak air mata yang akan kutumpahkan apabila terus-terusan memendam diri disini. Lebih baik aku keluar dan mencari lebih banyak hal yang bisa dijadikan bahan pemikiran. Walaupun udara cukup dingin hari ini, aku tidak peduli. Aku hanya ingin tenang saat ini.

Langkah pertama kuawali dengan senyum lebar, berharap ingatan akan dia pergi perlahan-lahan bersama dengan setiap langkah yang aku habiskan hari ini. Aku tertawa pelan dan kembali melanjutkan langkah keduaku, sama seperti langkah sebelumnya.

Kenapa sulit sekali mengangkat kaki ini?

Kenapa sangat susah untuk melangkahkannya?

Kenapa sepayah ini?

"Argh!"

"Mama!"

"Y/n!"

Aku menoleh saat teriakan menyambutku dari belakang. Seorang gadis dengan rambut dikuncir kuda dan pria tinggi disampingnya berlari ke arahku. Detik berikutnya, aku bisa merasakan pelukan hangat dari gadis kecil itu. Aku tersenyum tipis, lalu membalas pelukannya dengan sangat erat.

"Mama, mama tidak apa-apa kan?" Gadis itu menangis sesenggukan tanpa melepas pelukannya. Aku menggeleng dengan cepat, mengelus rambutnya perlahan, "Mama tidak apa-apa sayang, jangan nangis gitu dong"

Ku lepas pelukannya sembari menangkup pipi bulatnya dengan kedua tanganku. Kugerakkan jari telunjukku untuk menghapus air matanya lalu aku menggenggam kedua tangan mungilnya, "mulai sekarang jangan nangis lagi, eunsa cantik kalau engga nangis"

"Belalti esyi jelek kalau nyangis, ma?" (Berarti eunsa jelek kalau nangis, ma?)

Aku mengangguk cepat, "Ya, eunsa jelek kalau nangis"

"Maaf ma, eunsa ga akan nyangis lagi" (nangis)

Aku tersenyum lebar, lalu memeluknya lagi dengan sangat erat. Tatapanku beralih pada pria tinggi yang sedari tadi hanya berdiri disamping esyi dan memerhatikan interaksi kami sambil mengulum senyum tipis. Bibirku mengerucut ketika melihatnya tertawa pelan.

"Makanya, lain kali kalau jalan hati-hati" Ucapnya sambil bersedekap. Aku kembali memasang wajah kesal sambil berdecih pelan, "iya iya, maaf"

Ia menggeleng pelan lalu berjalan ke arahku, berdiri membelakangi ku dan merendahkan tubuhnya dengan tangan di punggung, "Tadinya aku ingin menggendong mu tapi sepertinya berat badanmu naik lagi karena semalam makan sangat banyak"

Spontan saja aku memukulnya dengan keras, "Ya, iya aku tahu aku gemuk, tidak usah diperjelas!"

Ia tertawa keras mendengar teriakanku, "Jadi kau mau naik atau tetap disini? Kasihan eunsa, udara semakin dingin"

Aku mendengus kesal dan segera naik kepunggungnya. Ia tersenyum dan langsung mengangkat tubuhku dengan bantuan tangannya. Agar aku tidak terjatuh, ku lingkarkan tanganku pada lehernya dan kepalaku diatas bahu lebarnya.

"Untung saja kau ayahnya eunsa, kalau tidak–"

"Kalau tidak apa? Kau tidak ingin mencintai ku lagi?"

"Aish kau ini–"

"Aku tahu itu tidak akan terjadi, karena mau bagaimanapun dirimu aku akan tetap mencintai mu dan membuatmu tetap mencintaiku sampai kapanpun"

Aku mengulum senyum tipis mendengarnya. Kucium singkat pipinya, "Terimakasih, aku mencintaimu"

Pipiku langsung memerah begitu menyadari apa yang telah kuucapkan sebelumnya. Aku berdehem pelan lalu menatap eunsa yang berjalan beriringan bersama kami, tangannya masih bertautan dengan tangan Seungcheol.

"Bagaimana kalau kita ke pantai besok? eunsa ingin membuat istana pasir dengan mama, kan?"

"Iya mama, eunsa mau buat istana pacir yang becar cama mama!" (istana pasir yang besar sama mama)

Kurasa, aku tidak akan bisa menghilangkan senyum ini dari bibirku sepanjang hari ini. Kuharap ini akan mengalihkan pikiranku dan membuatku lupa akan sosoknya selama aku berada disini. Dengan eunsa putriku dan suamiku, aku sudah punya kehidupan baru. Aku sudah punya prioritas baru yang akan aku pertahankan selamanya. Aku tidak ingin kesalahan yang sama terulang lagi.

Lupakan.

Lupakan dia.

Hidupmu bersama mereka saat ini.

Jadi,

Lupakan dia.

// Fin //

note: si *dia* anggeplah mantan kalian, atau bagi yg gada mantan anggeplah bias kedua kalian :v
fyi, author arin tim nomor dua, soalnya gamao pacaran, dikey langsung lamar aku, ea ea
voment juseyo~

[✓] Seventeen [Imagine]Where stories live. Discover now