[JW] Faithfulness

1.1K 77 2
                                    

-°-
Genre: marriage-life, sad
Mulmed: When The Rain Drop Falls (BGM)
871 Words
Starring Casts: Y/n, Wonwoo, Yoona (SNSD)
-°-

"Istriku tidak gila, Ibu!"

Tanpa Wonwoo sadari, nada bicaranya telah meninggi. Sang Ibu terkejut mendengar bentakan dari putra sematawayangnya itu, begitupun dengan Wonwoo sendiri. Ia tidak tahu entah dorongan apa yang membuatnya sampai berani mengeraskan intonasi suaranya saat berbicara dengan sang Ibu, namun ia sungguh sensitif saat keluarganya mulai menyinggung soal kamu.

Kamu adalah gadis yatim piatu yang ditemuinya pertama kali di rumah sakit. Kamu tumbuh tanpa kedua orang tuamu dan awalnya tinggal di panti asuhan, namun pada usiamu yang ke 15 tahun, kamu dimasukkan pihak panti ke rumah sakit jiwa tempat dimana Wonwoo saat ini bekerja dengan alasan karena kamu telah beberapa kali mencoba mencelakai teman-temanmu, berteriak sendiri setiap pukul dua belas malam, kerap membuat kekacauan, hingga membuat pihak panti angkat tangan mengurusmu.

Terhitung sudah 12 tahun kamu menghabiskan hidup dan masa remajamu di rumah sakit jiwa. Dua tahun lalu adalah pertemuan pertama Wonwoo denganmu. Sejak pertama kali mengenal kamu, Wonwoo sangat yakin bahwa tidak ada yang salah dengan kesehatan mentalmu. Dia yakin jika kamu hanya tertekan dengan hidupmu, dan itu hanya terjadi beberapa kali ketika kamu tidak sengaja teringat kedua orangtuamu, melihat foto mereka, atau ada orang lain yang membuat moodmu buruk.

Orang-orang hanya memandangmu sebelah mata dan itulah yang membuat Wonwoo miris.

Dua tahun dekat denganmu membuat Wonwoo perlahan luluh. Pria itu akhirnya melamarmu dan memutuskan untuk menikah. Namun penentangan dan penolakan harus kalian dapatkan terutama dari keluarga Wonwoo. Ayahnya sendiri bahkan sudah menganggap bahwa Wonwoo gila sama saja seperti orang-orang gila ditempatnya bekerja.

Ribuan hujatan serta hinaan yang mengarah padanya justru tak pernah ia hiraukan. Meski tidak mendapatkan restu dari ayah dan ibunya, Wonwoo tetap menikahimu. Sudah hampir setahun usia pernikahan kalian, dan Wonwoo sendiri tidak pernah menyesali keputusannya untuk menikahi denganmu.

"Wonwoo, kau berani membentak ibu?" Suara lirih wanita didepan Wonwoo membuat Wonwoo semakin sadar bahwa yang telah ia lakukan adalah sebuah kesalahan. Pada akhirnya, Wonwoo hanya bisa menunduk, mengalihkan pandangan dari sang Ibu yang tengah menatap putra kesayangannya itu dengan binar kecewa.

"Ibu, kumohon mengertilah," Wonwoo memutuskan untuk berbicara, meski belum berani menatap kedua netra sang Ibu, "Aku hanya tidak suka ibu menyebut Y/n dengan sebutan perempuan gila. Menantu ibu juga memiliki nama, bu.."

"Dia bukan menantuku" Desis Yoona sang Ibu seraya bangkit dari duduknya. Wonwoo hanya diam saja, tidak berani melakukan apapun.

"Aku tidak ingin memiliki menantu yang gila" Kata-kata terakhir sang ibu langsung menusuk Wonwoo hingga ke jantung terdalamnya. Sebenci itukah kedua orangtuanya padamu yang selalu bersikap baik pada mereka?  Wonwoo ingin sekali membantah perkataan sang Ibu lagi, namun tertahan karena pikirannya terus melayang pada kata-kata yang terlontar dari mulutnya sendiri beberapa menit yang lalu. Ia akan sangat kurang ajar bila kembali membangkang pada Yoona.

---

"Aku pulang.." Wonwoo membuka pintu apartemen, melepas sepatu dan jaketnya lalu berjalan masuk dengan tatapan heran. Bagaimana tidak, dilihatnya sekelilingnya gelap, tidak ada lampu yang menyala di ruang tengah, begitupun di dapur dan ruang makan. Kekhawatiran langsung membuncah dalam dada. Wonwoo melesat ke kamar untuk memastikan keadaan sang istri.

"Y/n!?"

ctaak.

srett

"Y/n apa yang kau lakukan!?" Wonwoo langsung menarik tanganmu, membuang pisau yang sudah kamu iriskan sedikit ke permukaan pergelangan tanganmu. Wonwoo bisa melihat darah segar sang istri mengalir menetes melewati jari-jarinya. Ia langsung menarik selimut disampingnya, menahan darah agar tidak terus mengucur selagi ia bergegas mengambil kotak p3k di lemari.

"Wonwoo?" Kamu masih terkejut karena suamimu itu pulang lebih cepat dari yang kamu duga. Bukannya menjawab, Wonwoo langsung membuka kotak p3k yang sudah diambilnya dengan tergesa lalu mengambil beberapa jumput kapas dan alkohol untuk membersihkan darah.

"Y/n, apa yang kau lakukan!?" Suara Wonwoo kembali meninggi kali ini dengan rahang yang juga mengeras. Kamu hanya diam saja, tak punya cukup keberanian untuk menjawab pertanyaan Wonwoo. Wonwoo pasti sudah tahu apa yang akan dilakukannya.

"Ternyata kau juga sama kejamnya dengan Ibu dan Ayah, kau mau meninggalkan aku sendirian dengan cara bunuh diri!? Kau pikir itu lelucon yang bagus? Kalau kau mau kita bisa bunuh diri bersama sekarang!" Wonwoo tak mampu membendung air mata yang keluar perlahan dari ujung matanya. Pria itu membuang asal kotak p3k yang berada dipangkuannya setelah memberi perban kecil pada tanganmu, lalu diambilnya kembali pisau silet yang kamu pakai untuk percobaan bunuh diri. Saat Wonwoo hendak menggoreskan pisau itu ketangannya sendiri, Kamu dengan sigap menahannya.

"Berhenti, Won! Kau hanya akan menyakiti dirimu sendiri!"

"Apakah adil jika hanya kau yang diizinkan menyakiti diri sendiri sementara aku tidak?" Kamu bungkam. Wonwoo masih menatap manik hazel sang istri dengan tatapan sendu.

"Jawab aku, apa itu adil?" Wonwoo melemahkan nada bicaranya hingga nyaris tidak terdengar saking putus asanya dia.

"Biarkan aku mati, Won," Kamu berucap pelan, hampir berbisik, "Aku tidak ingin Ibu dan Ayah mertua terus-terusan membencimu, kau tidak salah apa-apa.."

"Mereka tidak membenci kita, Y/n" Wonwoo mendekap sang istri dalam pelukannya. Dielusnya puncak kepalamu, diciumnya kening lebar itu dengan hangat.

Kamu terdiam untuk sesaat, kamu meluruskan netra hazelmu menatap Wonwoo yang masih terus menenangkanmu. Perasaanmu campur aduk. kamu ingin mengatakan sesuatu, namun bimbang antara ingin mengatakannya atau tidak ingin mengatakannya.

"Kalau kau tidak mengizinkan aku mati sekarang," Kamu melepas pelukan Wonwoo, kamu menggenggam tangan besar Wonwoo dan jemari panjang yang selalu menjadi favoritmu itu sembari menarik nafas sedalam mungkin,

"Ayo berpisah.."

// fin //

note: hiya hiya Won..
next mau member siapa lagee, komen
voment juseyo~

[✓] Seventeen [Imagine]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang