Segalanya Berakhir

Start from the beginning
                                    

"Siap sayang?" pinar sudah bersiap-siap membidikkan kamera ponselnya.

"Satu.."

"Dua.."

"Ti--"

CIITT ... BRAAK

"AAARRGGH!"

Pinar menjerit histeris. Dia melempar dirinya ke samping saat sebuah mobil menyasar hampir menghantam tubuh mungilnya. Gadis itu bergulingan di tanah beraspal. Kepalanya terbentur keras di jalan.

"UMAR! UMAAARRR!" Pinar tak memperdulikan dirinya lagi. Luka-luka yang ada di tubuhnya serasa tak berarti apa-apa saat ia melihat tubuh Umar sudah terbujur tak berdaya bersimbah darah setelah dilanggar sebuah mobil.

Gadis itu berteriak histeris berurai airmata sambil mendekap tubuh Umar erat. Dunianya hancur saat itu juga. Umar mati meregang nyawa di depan matanya.

Flashback off


"Maafkan aku. Aku tidak tahu sama sekali." Christiap menatap gadis yang masih menodongkan pistol itu lekat.

"Maaf katamu? Setelah kamu membunuh calon suamiku? Setelah kamu membunuh perjuangan panjang kami? Kamu tahu betapa hancurnya hatiku saat itu, Chris? Kamu hancurkan semua mimpi-mimpi kami! Kamu hancurkan segala yang sudah kami rencanakan!" Pinar menekan suaranya. Wajahnya memerah dipenuhi amarah yang tak bisa ia bendung lagi.

"Aku mohon padamu, Nona. Maafkan aku. Aku akan mengganti rugi semuanya. Apapun yang kamu inginkan dariku, akan aku penuhi!"

"Dengan semudah itukah aku akan memaafkanmu, Christian? Tidak! Kamu sudah membunuh Umar! Kamu sudah membuat bayi ini kehilangan ayahnya! Tak akan pernah aku memaaafkanmu!" Pinar menggeram seakan sudah dirasuki setan dalam dirinya.

"Aku tahu ini sangat berat untukmu. Tapi coba pikirkan sekali lagi. Jika kamu sampai membunuh seseorang disini, bagaimana nasib anak yang ada dalam kandunganmu sekarang? Apa kamu siap membesarkannya di dalam penjara?" Christian berusaha untuk mengulur waktu karena dia tahu Christopher baru saja menghubungi polisi.

Pinar terdiam tapi dia bukanlah gadis yang bodoh. "Kamu pikir aku takut? Kamu pikir aku akan mengubah pendirianku? Hidupku sudah tak ada artinya lagi.  Aku sudah lama mati, mati bersama cintaku yang kau bunuh malam itu!"

"Pinar, aku mohon padamu. Jangan lakukan ini. Kasihanilah anak yang kamu kandung sekarang. Pikirkan masa depannya. Pikirkanlah baik-baik. Aku mohon padamu, Pinar!" pinta Qarira memohon dengan derai airmata di pipi.

Semua mata memandang kejadian itu. Mereka bergidik ngeri sampai ada yang membekap mulut mereka. Ada yang langsung berlari menjauhi tempat itu, ada yang menjerit tertahan. Sementara Akbar mendekati pelan-pelan.

"Nyawa dibayar dengan nyawa!" Pinar menatap Christian sinis penuh kemenangan, mengarahkan pistol itu ke dada Qarira.

DOR

Sebelum timah panas itu menembus dada Qarira, Akbar melompat dan mendorong keras tubuh gadis itu hingga terjungkal. Tanpa ayal peluru itu menembus dada Akbar. Pria itu jatuh berdebam di lantai dengan darah mengucur dari dadanya.

"AKBAR! AKBAR!"

Qarira langsung menghambur tak memperdulikan lagi apa yang akan terjadi, mendekap tubuh Akbar yang sudah basah dengan cairan merah pekat. "Akbar! Bangun!" katanya mengguncang tubuh Akbar yang tak lagi bergerak. Airmatanya meleleh tak bisa ditahan.

"Qa--Qarira.." desis Akbar lemah tak mampu membuka mata, dari sudut mata itu meluncur bulir-bulir bening membasahi pelipis.

"Aku disini, Akbar! Aku disini!"

Pria itu membuka kelopak matanya pelan. "Aku sudah berjanji padamu, kalau aku akan menjagamu sampai akhir hayatku. Kamu ingat itu kan?" katanya sambil tersenyum lemah.

Qarira mengangguk pelan, menangis terisak tak mampu berkata. Akbar menggerakkan tangannya, menyentuh pipi Qarira dan mengusap pelan airmata gadis itu. "Sebelum aku benar-benar pergi, katakanlah kalau kamu mencintaiku, Qarira."

Sekali lagi Qarira mengangguk. "Kamu tidak akan pergi. Kamu harus tetap disini. Aku sayang padamu, Akbar. Tolong jangan pergi!" jerit Qarira menciumi kening Akbar. Hatinya diliputi rasa sendu yang teramat sangat.

"Christian, tolong jaga Qarira untukku. Bi--bisakah kamu berjanji untukku?" Akbar menatap Christian yang juga sudah ada diantara mereka.

"Aku janji, Akbar," jawab Christian dengan mata berkaca-kaca.

Akbar menyunggingkan senyum, menarik nafas dalam dan menghembuskannya untuk yang terkahir kali. Kedua kelopak matanya menutup perlahan.

"Innalillahi wainna ilahi roji'un"

"AKBAR! AKBAAR!" Qarira menjerit histeris memeluk tubuh tanpa nyawa itu. Christian mendekap Qarira dengan berlinang airmata. Semua yang menyaksikan ikut menitikkan airmata, melepas kepergian Muhammad Akbar Permana.

Sementara polisi berhasil meringkus Pinar dan membawanya pergi dari tempat itu. Dinda dan Christopher berpelukan menahan isak tangis mereka. Tiba-tiba gadis itu memegangi perutnya.

"Christopher, aku--AARRGH!" Dinda menjerit tertahan sambil menggigit bibir bawah, merasakan sesuatu yang mengalir diantara pahanya.

❤❤❤❤


Assalamualaikum

Jadi semuanya sudah terungkap ya disini.
Team Akbar mana nih? Sedih ga?
Tinggal 1 part lagi😭

Wassalam

DS. Yadi



SUJUD CINTA DI KOTA BERLIN (Completed)Where stories live. Discover now