Awal

149 11 9
                                    

Paris, 12 April 2019

Paris, pagi ini hujan, aku terduduk di meja makan sembari menatap jendela melihat begitu mendung dan gelapnya kota Paris, tidak lupa juga aku menyesap teh hangat dan croissant buatanku, aku menyukainya.

Paris, kota yang romantis menurut semua orang, aku merasakan hal itu, karena semua yang ada di paris begitu indah dan mempesona, gedung-gedung dengan interior yang cantik selalu membuat semua orang terpesona. Makanan yang lezat, interior-interior yang sangat memanjakan mata, kau tidak akan pernah bosan melihat ini semua jika kau disini. Tidak ada yang tidak cantik dan indah di Paris. Oh, aku baru ingat, ada yang tidak cantik dan tidak indah dari Paris, aku dan masa laluku. Ya, meski sekarang aku bahagia di Paris, tapi masa laluku selalu membawaku meski aku sudah berada di kota cantik ini. Kau mau mendengar ceritaku? baiklah aku ceritakan, tapi tidak apa apa kan kalau sedikit panjang?

Aku Kimberly Andriana Donvan, orang-orang memanggilku Lily, sebenarnya ini pemberian dari mendiang Nenekku, dia sangat menyukai bunga Lily, Nenekku bilang aku sangat cantik seperti bunga Lily, Ibuku setuju dengan ucapan Nenekku. Aku terlahir dari keluarga yang terbilang sangat berkecukupan, Ibuku seorang designer ternama di Jakarta, dia memiliki butik dan mengelolanya sendiri, terkadang aku mendesain baju-baju sesuai dengan imajinasiku, ya siapa tau aku bisa menjadi asisten Ibuku, sedangkan ayahku seorang pengusaha tekstil yang nama perusahaannya sudah cukup besar. Ah iya, aku juga memiliki seorang kakak laki-laki, Sehun Andrian Donvan.

Kak Sehun, aku selalu menyebutnya seperti itu, Kak Sehun memiliki kepribadian yang sangat baik, pengertian, selalu perhatian pada adiknya yaitu aku, selalu bisa membuatku tertawa akan tingkahnya, aku selalu dimanja oleh Kak Sehun, meski terkadang dia sangat jahil, tapi itu semua dulu, semua yang aku ceritakan, itu semua terjadi dulu, sudah lama sebelum aku pindah ke Paris. Tepat pada tanggal 12 April ini Kak Sehun berulang tahun, aku sedikit penasaran dengannya, apa dia merayakannya? apa dia memotong kue ulang tahun seperti biasanya? apapun yang kamu lakukan sekarang Kak? aku hanya ingin yang terbaik saja untuk Kak Sehun.

Jakarta, Juni 2012

Pagi itu begitu cerah sekali, aku menutup selimut sampai kepalaku, karena Ibuku membuka tirai jendela, sudah pasti sinar matahari masuk menembus kamarku, aku suka sinarnya, tapi aku tidak suka untuk bangun dan pergi ke sekolah.

Ibu membangunkanku dengan sabar, hingga aku terpaksa bangun dari tidurku, kalau telat sekolah, tetap saja yang kena imbasnya aku bukan?

"Iya bu, ini Lily udah bangun," ucapku pada ibu sembari tersenyum.

Ibu menarik selimutku dan menarik lenganku untuk segera pergi ke toilet.

Setelah selesai mandi, aku bersiap-siap dan menuju ke ruang makan, sudah ada Kak Sehun dan Ibu disana, ayah tidak ada, karena pagi-pagi sekali dia sudah pergi bekerja.

"Wah, nasi goreng kesukaanku, makasi bi Nana," ucapku sembari duduk bersebelahan dengan Kak Sehun.

"Aku minta ah dikit," ucap Kak Sehun mengambil satu sendok penuh nasi goreng yang ada di piringku.

"Kak Sehun, itu kan kesukaan aku, jangan di makan," ucapku marah pada Kak Sehun.

"Udah abis, wleee," ucap Kak Sehun menjulurkan lidahnya padaku.

"Sehun, jangan gitu kasian Lily nanti kelaparan," ucap Ibu membelaku.

"Kan nanti dapet uang jajan ini," ucap Kak Sehun.

Aku membiarkan Kak Sehun memakan nasi gorengku, tidak apa, mungkin Kak Sehun masih lapar, meski aku sedikit marah padanya.

Setelah sarapan, aku dan Kak Sehun bergegas pergi ke sekolah, begitu juga dengan Ibu, yang segera pergi menuju tempat kerjanya. Kami berpisah di depan rumah, Ibu sudah pergi lebih dulu dengan supirnya, sementara aku masih menunggu Kak Sehun yang memanaskan mobil.

"Kak? ayo nanti Lily telat," ucapku seraya menggoyangkan lengan Kak Sehun.

"iya cantik, pake dulu sabuknya," ucap Kak sehun.

Aku menurut, segera aku pasang sabuk pengaman di tubuhku, tak butuh waktu lama, Kak Sehun menjalankan mobilnya dan segera pergi meninggalkan rumah.

Sekitar 15 menit perjalanan yang aku tempuh untuk menuju sekolah, aku dan Kak Sehun satu sekolah, hanya bedanya aku yang masih SMP kelas 2, dan Kak Sehun yang SMA kelas 2. Setelah menurunkanku di depan gerbang Kak Sehun berlaju untuk menuju kearah gedung lain, untuk pergi ke gedung sekolahnya.

Aku masih mengingat betul saat itu, hari terakhir saat hidupku masih normal, menyenangkan dan aku merasa sangat bahagia, tapi semua berubah ketika malam tiba di hari yang sama.

Ayah pulang dengan wajahnya yang semrawut, dijatuhkan badannya di sofa sembari menutup wajahnya, aku langsung pergi ke dapur untuk membawakan ayah minum. Setelah mengambil minum, aku memberikannya pada Ayah, sudah ada Ibu yang mendampingi Ayahku duduk disana.

Ayah meneguk air minum yang aku berikan, dan mengusap puncak kepalaku sembari berkata. "Lily tidur ya, udah malem, besok kan sekolah."

Aku mengangguk dan segera meninggalkan ruang keluarga, tetapi aku tidak benar-benar meninggalkannya, aku bersembunyi di balik tembok, sembari memperhatikan percakapan orangtua ku.

Orangtuaku berbincang, dugaanku benar, ayah terpuruk akan perusahaannya, ayah tidak bisa membayar hutang-hutang pada investor, serta saham yang ayah lakukan tidak mendapatkan modal balik. Ayah bercerita pada ibu, ayah harus memutuskan 70% pegawainya besok, ayah tidak sanggup untuk menjalankan bisnisnya lagi.

Aku terdiam, aku berjalan gontai sembari menangis, saat menuju kamar, Kak Sehun melihatku, cepat-cepat aku mengusap air mataku, aku tida mau dia melihatnya, tapi percuma saja, Kak Sehun melihat aku menangis.

"Ada apa?" tanya Kak Sehun.

"Gapapa," ucapku

"Kakak tau kamu tadi nangis, ada apa Ly?" ucap Kak Sehun lagi.

Aku memeluk Kak Sehun dan menangis lagi dalam dekapannya, tanpa pikir panjang, Kak Sehun membawaku ke kamarku.

Aku menceritakan semua yang aku dengar di ruang keluarga tadi, aku sedih mendengar cerita Ayahku seperti itu. Tapi Kak Sehun memelukku dan mengusap puncak kepalaku terus menerus.

"Jangan nangis, kan ada Kakak yang bakal bantu ayah," ucap Kak Sehun.

Aku mengangguk, aku merasa Kak Sehun benar-benar Kakak yang sangat pengertian dan bertanggung jawab saat itu. Tapi dugaanku salah. Kak Sehun tidak seperti itu. Kak Sehun, bukan seperti yang aku kenal lagi. Aku membencinya.

***

Oh iya, sebelum lanjut ke ceritanya disini aku ga akan kasih visualisasi Kimberly ya, untuk Kimberly, kalian bebas aja mau pake visualisasi siapa hehe, dan juga pemeran-pemeran lainnya bakal muncul seiring berjalannya cerita^^

Oh iya, sebelum lanjut ke ceritanya disini aku ga akan kasih visualisasi Kimberly ya, untuk Kimberly, kalian bebas aja mau pake visualisasi siapa hehe, dan juga pemeran-pemeran lainnya bakal muncul seiring berjalannya cerita^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sehun Andrian Donvan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sehun Andrian Donvan

SIN - BaekhyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang