Sepuluh

384 38 2
                                    

Vote and komen

Proses Revisi!

Setelah lelah menangis, akhirnya Ale tertidur dengan mata yang sembab. Rambutnya yang berantakan menutupi wajahnya yang memerah.

Ema yang berada disamping anaknya, hanya bisa terus mengelus rambut Ale dengan lembut.

Ale tidak pernah menangis sampai seperti ini. Rasa sakit yang anaknya derita sekarang juga membuat hati Ema terluka.

"Al... maafin aku... aku salah." Ale menangis dalam tidurnya sambil terus mengigau.

Ema menangis dalam diam, lalu tidak lama ponsel Ale berbunyi. Dengan segera Ema mengangkatnya.

"Ale... kamu ada masalah sama Al?" Barbara terdengar menangis ditelepon

"Halo, astaga Al melakukan apa sampai kamu menangis Bara?"

Tangis Barbara pecah." Al mengamuk dikamarnya. Dia mengunci kamarnya hingga kami enggak bisa masuk dan mengancam kalo ada yang masuk dia akan menyakiti dirinya sendiri."

Ema tersentak lalu menatap Ale yang masih tertidur." Sepertinya Al dan Ale bertengkar. Ale juga terus menangis histeris dan ingin menyakiti dirinya sendiri. Saat tertidur pun, Ale masih menangis dan mengigau."

Terdengar suara pecahan dan lemparan barang. Sepertinya Barbara berada didepan kamar Al yang terkunci. Para pelayan hanya bisa diam sambil meringis ngeri.

Ale yang merasa terganggu dengan suara tangis Mamanya langsung terbangun. Mengingat apa yang terjadi tadi, Ale kembali menangis histeris yang membuat Ema terkejut dan langsung memeluk anaknya.

"Mamah, aku mau Al... aku mau Al." Ale berteriak histeris. Ema langsung memerintahkan pelayan untuk menelepon suaminya yang sedang berada dirumah sakit.

Ale melepaskan diri dari pelukan mamanya dan berlari tanpa alas kaki. Tujuannya sekarang adalah menuju rumah Al.

Ema langsung berlari mengikuti Ale sambil memanggil-manggil namanya, namun Ale tidak perduli dan terus berlari.

Ale melihat Barbara sedang menangis sambil mengetuk-ngetuk kamar Al yang terkunci. Hanya suara pecahan barang yang terdengar.

Barbara yang melihat kehadiran Ale langsung menghampiri dan memeluknya." Ale, tolong bunda. Al akan terus menyakiti dirinya." Melihat Barbara yang histeris, Ema yang baru datang langsung menenangkannya.

Ale mengetuk pelan kamar Al sambil bersuara lirih." Al... buka pintunya yah. Aku minta maaf, aku salah." Suara lemparan berhenti. Namun pintunya masih tidak mau terbuka.

Sean yang datang, langsung menghampiri istrinya." Apa yang terjadi mah?" Barbara memeluk suaminya bercerita sambil terus menangis.

Sekali lagi, Ale mencoba memanggil Al yang sama sekali tidak bersuara.

"Kalo kamu enggal buka pintunya, aku akan nyakitin diri aku sendiri." Setelah Ale mengatakan hal itu, pintu terbuka sedikit, tapi Al tidak keluar. Karena itu, Ale memilih masuk.

Kamar Al sudah seperti habis terkena gempa. Kasur yang sudah tidak berbentuk dengan barang yang berserakan. Banyak beling dan juga kaca yang telah retak dengan noda darah. Al pasti memukul kaca dengan tangannya.

Terlihat Al berdiri dengan tangan yang berlumuran darah yang keluar dari lukanya yang menganga. Menatap Ale dengan tatapan kosong dan dingin.

Ale melangkah mendekati Al tanpa memperdulikan pecahan beling melukai kakinya. Jarak mereka hanya tinggal sejengkal. Ale meneteskan air matanya lalu memeluk tubuh Al yang kaku dengan erat. Tidak ada balasan dari Al, membuat Ale mengeraskan tangisnya.

Al untuk Ale (TAMAT)Where stories live. Discover now