Delapan

434 44 4
                                    

Proses revisi!

Ale masuk sendiri tanpa ada Al disampingnya. Semua teman sekelasnya menatap kearahnya dengan bingung.

"Kok lo sendirian kesekolah? Al mana?" Ian menghampiri Ale yang memasang wajah bete.

"Al tiba-tiba ditelepon Ayah Sean dan disuruh kekantor. Jadi aku hari ini diantar supir deh."

"Oalah.... gue kira lo berdua berantem." Rafa berucap sambil memakan kacang milik Riska.

"Bacot ih, Iler." Ale menjawab sewot. Membuat Rafa menjulurkan lidahnya.

"Udah besar si bocil. Bisa ngomong kasar." Mendengar itu, Riska menabok tangan Rafa yang ingin mengambil kacangnya lagi.

"Beli dong woy! Jangan minta terus."

"Bagi dong woy! Jangan pelit." Riska menjawab dengan pelototan mata.

"Jangan ribut deh, gue mau tidur aja susah." Leta yang sedang merebahkan kepalanya dimeja berucap kesal. Malam tadi, dirinya tidak bisa tidur karena menonton drakor action yang merupakan hobinya mulai sekarang.

"Makanya jangan nonton drakor sampe enggak tidur. Kalo lo mati, jangan lupa, makanannya enak-enak." Leta melotot kearah Rafa yang malah nyengir santuy.

"Gue juga enggak mau ngundang lo!"

"Mana bisa, gue harus datang, biar cuma sekedar nangis-nangis bombai gitu." Leta melempar kamus tebal miliknya tepat mengenai kepala Rafa.

"Sa ae lo Let, kalo gue geger otak gimana? tanggung jawab lo!"

Ian yang berada disamping Rafa, langsung menoyor kepala sahabatnya yang sedari tadi tidak bisa diam dan terus mengoceh."Ya gitu ajalah. Paling masuk rumah sakit..."

"-- dan otak lo diganti, biar enggak bego-bego banget." lanjut Riska sambil tertawa. Membuat Rafa mendengkus kesal.

"Ini kenapa gue yang dibuli?"

"Karena lo yang paling enak dibuli!"

"Kampret!"

●●●●

Al yang sudah selesai menyelesaikan sesuatu dikantor, segera menuju kesekolah. Ditengah jalan, tiba-tiba seseorang berlari kencang dan terjatuh ditengah jalan, yang membuat Al dengan cepat menginjak rem. Untung saja, sempat.

Dengan kesal, Al keluar dari mobil dan menghampiri orang yang hampir dirinya tabrak yang ternyata adalah seorang cewek yang seumuran dengannya.

"Lo ngapain lari ketengah jalan, saat tahu mobil gue melaju?" Al bertanya dengan nada datar. Cewek tersebut meringis pelan lalu menatap Al sayu, berharap cowok tampan itu akan menolongnya. Tapi bukannya menolong, Al malah berbalik pergi untuk kembali menuju mobilnya, namun berhenti setelah mendengar ringisan yang keluar dari cewek asing tersebut.

"Tolongin dong, kaki gue sakit banget."

Al berbalik dan menatap tajam cewek itu. Kemudian berjongkok tepat didepannya. Cewek itu kira, Al akan menolongnya?

Tentu saja tidak.

"Lo langsung berlari kearah mobil gue yang sedang melaju dengan sengaja. Setelah itu, mau minta tolong sama gue? jangan pernah lakuin hal kayak gini lagi. Karena buat yang kedua kalinya, gue enggak akan menginjak rem, tapi malah akan menambah kecepatan." Cewek tersebut langsung merinding mendengar perkataan dingin dari Al yang bahkan, menatap dirinya dengan tatapan merendahkan.

Setelah selesai, Al mengambil dompet disaku, dan mengambil uang ratusan ribu lalu melemparkannya kearah cewek tersebut.

Sambil berkata datar." Ambil. Lo lakuin itu buat dapat uang kan?" Tanpa menunggu jawaban dari cewek yang malah terpaku tidak bergerak, Al menuju mobilnya dan pergi menuju sekolah dimana gadisnya sedang menunggu dirinya.

●●●●

"Jangan bicara sama aku, lagi mode marah!" Ale memakan es-krimnya tanpa menatap wajah Al yang sedari tadi menatap kearahnya dengan intens. Sungguh, wajah Ale yang sedang marah sangat menggemaskan, namun Al hanya diam tanpa mengatakan apapun yang bisa semakin merusak mood Ale. Maka dari itu, Al menyetujuinya.

Sekarang mereka berdua berada ditoko es-krim. Ale yang sedang badmood, meminta es-krim dari Al yang pertamanya menolak, tapi melihat Ale yang tidak mau berbicara dengannya. Akhirnya dengan terpaksa menyetujuinya.

Sekolah belum berakhir, namun satpam tidak berani untuk menghentikan anak dari pemilik sekolah untuk tidak keluar.

Namun, setelah dibelikan es-krim, Ale masih saja marah yang membuat Al harus ekstra bersabar.

"Marahnya kapan selesai?" tanya Al lembut sambil menggengam tangan Ale yang berada diatas meja. Ale yang merasa badmood sebenarnya ingin melepaskan tangannya dari genggaman Al, namun tidak jadi takut  kalo marah Al balik marah padanya.

Ale berpikir, kemudian menatap datar Al." Nanti, aku pikirin dulu. Kamu jangan nanya-nanya, entar marahnya enggak mau hilang." Al hanya mengangguk dan mencium tangan Ale berkali-kali. Untung saja, toko eskrim sekarang ini sedang sepi. Jadi, Ale tidak perlu malu dan terus memakan es-krimnya hingga habis.

"Al," panggil Ale, yang dibalas deheman oleh Al. Ale memegang perutnya yang keroncongan sambil menatap Ale dengan mata bulatnya dan menggigit bibirnya

"Jangan digigit!" Al mengusap bibir Ale hingga gigitannya digantikan dengan bibir yang dimajukan.

"Aku lapar." Al langsung mengangguk singkat sambil menatap lembut Ale yang terlihat lucu.

"Mau makan apa?" Lebih baik bertanya dulu, Daripada nanti makanan yang dibeli tidak sesuai dengan kemauan gadisnya.

"Apa aja, yang penting makanan." Ale sekali lagi mengangguk dan mengusap sisa es-krim dibibir Ale yang berlepotan.

Mereka berdua pun memilih untuk kerestoran jepang. Tiba-tiba saja, Ale menginginkan susi dan sukiyaki,  merupakan makanan yangberisi irisan daging sapi tipis yang dimasak di dalam panci besi yang permukaannya datar.

Setelah selesai makan sampai perut Ale terisi penuh. Al memilih membawa Ale menuju kerumahnya dan menelepon Ian untuk membawa tas mereka berdua sepulang sekolah.

Sekarang, mereka berdua berbaring sambil berpelukan. Ale meletakkan kepalanya untuk bersandar kedada bidang Al yang terus mengelus rambutnya pelan.

"Al, kamu enggak ada rencana gitu buat nembak aku?" Ale bertanya sambil mendusel dada Al dengan hidung mungilnya.

"Buat?" tanya Al sambil mengecup dahi Ale lembut.

Ale yang ingin menjauhkan badannya, langsung ditahan Al yang mengeratkan pelukannya.

"Yang penting kita sudah tahu perasaan masing-masing dan menjaga komitmen Ale. Enggak perlu pakai kata-kata pacaran."

"Aku enggak tahu tuh, perasaan kamu." Al tersenyum lembut dan menangkup pipi Ale lembut dan memundurkan tubuhnya hingga sejajar dengan wajah Ale.

"Semua perbuatan aku selama ini, adalah bukti semua perasaan aku sama kamu."

Ale mengerutkan dahinya, lalu menatap wajah Al yang hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya.

"Kamu selalu ngelarang aku, marah kalo aku nakal, dan juga selalu sayang sama aku. Jadi, intinya..... kamu apa?"

Otak Ale tidak bisa mencerna apa-apa sekarang. Terserah mau dianggap polos atau menuju bego. Namun, Al tetap menyayanginya, itu saja, Ale sudah bahagia.

"Al... aku kebelet dari tadi, kamu sih ngehalangin aku pergi." Setelah mengatakan itu, Ale dengan tergesa-gesa menuju toilet. Membuat Al tertawa kecil.

Astaga, Ale nya sangat menggemaskan.

Al untuk Ale (TAMAT)Where stories live. Discover now