Nindy terisak dalam diam saat mendengarkan tuturan Luna, Nindy memandang Luna dengan tatapn terluka dan sayu. Nindy tersenyum manis kepada Luna, "Gue gak mau kehilangn lo Lun, nama gue udah hancur di sekolahan ini, keluarga gue juga hancur Lun, persahabatan gue pun ikut hancur. Semesta jahat ya Lun sama gue ?" ujar Nindy dengan lirih

Najwa dan Xenata yang mendengar ucapan Nindy membekap mulutnya ikut terisak.

Darah mengalir dari hidung Nindy, Nindy mengekapnya asal. Luna yang memandang Nindy hanya diam. Apa Luna berlebihan ?!

"Gue benci diri gue sendiri, gue gak bisa bahagiain orang tua, dan sekarang cuma sahabat yang gue punya, gue juga gak bisa ngebahagiainnya. Gue benci sama diri gue sendiri." ujar Nindy lagi.

Nindy terjatuh terduduk karna tak mampu menompang tubuhnya yang terasa lemas. Nindy tertawa hambar "Maaf...maaf... maaf untuk semuanya. Gue gak maksut deketin Rayka. Jika antara cinta atau sahabat, gue bakal pilih kalian" Lirih Nindy untuk sekian kalinya

GREB.......

"Maaf Dy, maaf gue yang egois." ujar Nindy memeluk Nindy erat. Nindy membalas pelukan Luna dengan erat pula.

"Ni-nindy, ra-rambut lo kok rontok ?" tanya Luna kaget saat rambut Nindy banyak yang rontok, padahal Luna hanya mengusap surainya saja

"Gue salah shampo" ujar Nindy dengan senyum manisnya. "Lo kenapa mimisan ? apa gue terlalu egois sampai gue gak tau apa-apa ?" tanya Luna dengab tatapan bersalah.

Nindy menggelengkan kepalanya pelan, "Gue cuma kecapekkan aja kok"  ujar Nindy. "Xen, gue minta maaf udah nuduh lo. Wa, gue minta maaf terlalu egois" tutur Luna kepada Xenata dan Najwa. Xenata  hanya tersenyum tipis sedangkan Najwa menatap Luna datar.

Yang harus kita tahu, yang telah lama bersama tidak menutup kemungkinan berkhianat bukan ?!. Dan jangan memandang orang baru remeh !.

_____________________


Saat ini Siswa/Siswi bernafas dengan lega karna telah melakukan ujian dihari pertama. Anindya juga melakukan hal yang sama. Setelah pertengkaran cukup besar tadi pagi, semuanya sudah berakhir walau Najwa tidak sepenuhnya percaya lagi kepada Luna

"HEHH GUE GAK BISA NAPAS ANJIRRR !! SOALNYA SUSAH BANGET GILA," teriak Najwa saat keluar dari ruangan

Xenata terbahak melihat raut wajah Najwa yang menurutnya lucu saat panik. "LO BERDUA YA, UDAH GUE KODE GAK PEKA-PEKA. MANA PENGWASNYA JALAN MULU. GAK CAPEK APA, PENGEN GUE PLINTER TUH KUMIS" teriak Najwa lagi. Xenata menahan tawanya yang ingin meledak sedangkan Nindy menatap Najwa dengan pandangan sulit di artikan

"Kumis siapa yang mau kamu plintir ?!" tanya seorang pria di belakang Najwa. Xenat meledakkan tawanya karna guru yang di cerita oleh Najwa ada tepat di belakangnya

"Hehehehe. Bapak gemesin pengen banget saya plintir kumisnya. Serius dah !!" ujar Najwa kepada guru itu.

"Kamu juga termakan pesona saya ya ?! saya juga tau kalau saya ganteng" ujar guru itu. Nindy terkekeh mendengar ucapan guru itu, yang di ketahui Evan namanya. Pak Evan sudah terbilang cukup tua, ia sudah berkepala empat.

"Saya pergi dulu, kalin jangan miss me. Oke !," ujar pak Evan lalu pergi menuju ruang guru. "Diee ganteng apaan dah, keriput, tua lagi. Sok banget, gue mah ogah rindu sama modelan kaya gitu ?" dumel Najwa, Xenata dan Nindy hanya memecahka tawanya.

"Luna mana ?" tanya Nindy saat menyadari Luna tidak ikut bersamanya. "Udah pulang dulua tadi, kalau dia masih di sini berarti gak ada muka !" ucap Najwa jutek.

Nindy hanya menghela nafas berat. "Gimana lo sama Azka ?" tanya Najwa. Nindy mengedikkan bahunya, "Kadang jutek, kadang manis, kadang nyeselin. Gak tau juga, dia terlalu sulit untuk di mengerti dan terlalu misterius untuk di terka" ucap Nindy dengan senyum tipisnya

ANINDYA [ TELAH TERBIT  ]Where stories live. Discover now