ini kelima

33K 3.7K 113
                                    

Jam kosong ituuu... rasanya surga dunia banget. Apalagi kalau itu waktu mata pelajaran yang bikin ngelus dada: Fisika! Si biang bikin sel-sel di otak kalang kabut, karena harus maju bahas soal yang rumusnya engga tahu yang mana, sangkin berapa kali turunan dari berapa rumus. Pusing kan? Sama! Jadinya, ketika si Jeno (ketua kelas) bilang kalau Bu Tuti tidak masuk karena sakit, rasa-rasanya beban langsung hilang dalam hidup. Pusing, mual yang tadi menyerang karena deg-degan, langsung sirna. Enak banget sumpah.

Coba dibayangkan, jam kosong di pukul satu, waktu ketika perut udah kenyang, kewajiban udah terlaksana (re: salat). Apa yang terjadi? Yes. Ngantuk menyerang dengan sangat ganasnya. Mataku sudah tersayu-sayu, apalagi ditambah angin semilir yang masuk menyelusup dari jendela. Aku lalu mengambil jaketku dan menjadikannya bantal, menghadap ke tembok dan siap memejamkan mata hingga jam pelajaran berikutnya.

Tapi, sayangnya gagal. Bahkan ketika baru sedetik aku ingin terhanyut dalam tidur sudah gagal. Bukan masalah aku yang tiba-tiba jadi engga ngantuk lagi, tapi karena mereka! Anak laki-laki di kelasku, yang dengan toanya nyanyi koplo di pojok kelas.

Aku melirik sinis pada mereka di pojokan yang sedang menyanyi, dan menabuh alat musik. Sumpah demi jigongnya Mas Danu, mereka berisik banget! Udah mana tampangnya sok keren, serasa musisi-musisi yang sudah terkenal.

Firman dengan gitar yang selalu ia bawa dari rumah, Sandi yang juga memegang gitar (hasil pinjaman dari ekstakulikuler musik). Dan yang paling aku heranin, si Adit yang bawa gendangan dari rumah! Cowok-cowok itu dengan lantangnya menyanyikan Goyang Dumang. Bagus sih, tapi bisakan aku engga mendengarnya sekarang? Aku betul-betul pengin tidur!

"Ayo Goyang Dumang,

biar hati senang

Pikiran pun tenang,

galau jadi hilang

Ayo Goyang Dumang,

biar hati senang

Semua masalah jadi hilang."

Hih. Engga bisa melakukan apa-apa, aku kembali memejamkan mata, dengan telinga kututupi jaket, dan sesekali aku menguap lebar. Hingga aku merasakan kursi di sebelahku berderit, dan kurasakan seseorang duduk di sana. Aku mengira itu Joan, yang baru kembali dari kamar mandi, tapi ketika aku membuka mata dan menoleh, kudapati Cika duduk dan menatap lurus padaku dengan binar-binar penasaran yang tidak dapat disembunyikan.

Aku menghela napas dalam hati. Mengira-ngira apa yang dibutuhkan si princess satu ini.

"Rum, kemarin waktu di kantin, gue liat lo mau jatoh. Engga apa-apa tapikan?"

Aku mengangkat kepalaku, dan menghadapnya. "Engga papa. Belum sampe jatoh kok."

Cika mengangguk. Menggeret kursinya mendekatiku. "Iya, kemaren kan gue liat lo ditolongin Kak Para, makanya engga sampai jatuh."

"Iya."

Well? Memangnya apa yang bisa aku jawab? Memang begitu keadaannya.

"Baik banget ya Kak Para itu, mau nolongin lo yang buka apa-apa."

The heck? Maksudnya apa itu? Dia lagi merendahkanku yang bukan apa-apa ini?

Aku tersenyum canggung. Inginnya sih menjawab, "Gue juga engga minta ditolongin kali."

Tapi, aku tahu, setelahnya akan diserobot olehnya, dengan membela sang pujaannya itu mati-mati. Bilanglah aku engga tahu untung, engga tahu terima kasih. Maklum dia anggota fanspra. Jadi, aku memilih diam.

to be young and in love [end]Where stories live. Discover now