08~Berbagi Cerita

989 160 21
                                    

Ini panjang, hati-hati bosen

_Gue bukan nggak mau cerita,
cuma takut kalian kecewa_
*Jeno Refandio Sagara*

Pukul empat sore, mereka baru turun dari bukit setelah berputar-putar meneliti dan mengamati setiap jengkal yang dilalui, sekaligus sholat ashar berjamaah yang wudhunya pakai air minum.

Hasilnya, yang mereka temukan hanyalah cincin milik Jungwoo, gantungan kunci bergambar angka delapan, serta tulisan huruf jawa di batu lonjong yang berada di tengah bukit. Di sana tertulis 'lakumu gawe ciloko awakmu' (tingkahmu membuat celaka dirimu). *mohon maaf kalo ada kesalahan dibahasa jawanya🙏

Mereka sempat kebingungan menafsirkan arti kalimat tersebut, namun kemudian mereka mengambil keputusan tulisan tersebut tidak ada hubungannya dengan petualangan mereka saat ini.

Jalan yang mereka lalui bukan jalan awal pendakian, melainkan melewati sisi sebelah selatan. Karena menurut penuturan Jaemin, jurang tersebut berada di sebelah selatan pulau.

Kali ini mereka harus lebih pandai memilih jalan, karena lereng di sebelah selatan cukup terjal, terlebih lagi mereka harus berjalan menurun, yang lebih memerlukan kehati-hatian ekstra.

"Gue dari kemarin kenapa nggak lihat binatang atau serangga kecil ya?" celetuk Haechan.

"Kan waktu itu lihat macan tutul," balas Chenle.

"Oiya, gue lupa. Tapi kan cuma macan tutul itu. Terus yang macan berkaki enam kan jelmaan."

"Macan tutul kemarin juga jelmaan," ucap Jisung. "Kakinya emang napak, tapi nggak ada bayangannya. Gue sempet perhatiin itu."

Wajah Haechan berubah cemberut. Padahal tadi dia sangat semangat untuk melanjutkan penjelajahan, namun setelah mendengar ucapan Jisung, nyalinya kembali menciut.

"Yang bener lo?" tanya Jeno.

"Bener, Bang. Serius gue tuh."

"Udah sih, mungkin hewan di hutan ini insecure mau nampakin diri. Tapi gue tadi ngeliat semut kok," celetuk Jaemin.

"Yailah, semu mah di mana-mana ada," Chenle menimpali.

"Nggak, Le, semut nggak ada di mana-mana. Coba deh lo diving di laut, cari makluk hidup bernama semut, pasti nggak nemu."

"Suka hati lo aja lah, Jaem," sahut Renjun. Agaknya dia mulai bosan dengan perjalanan mereka yang begitu-begitu saja. Dia justru berharap menemukan keganjilan lagi yang bisa menjadi petunjuk mereka untuk memecahkan misteri.

"Berhenti!" tegas Mark.

Keenam cowok itu menoleh pada Mark yang ekspresinya begitu waspada. Mereka bertanya-tanya akan perubahan sikap Mark, namun Mark segera menginstruksikan mereka untuk diam.

"Dengerin baik-baik," ujar Mark.

Mereka terdiam, mengikuti perintah Mark untuk mendengarkan sesuatu yang mereka tak tahu apa itu. Mark sendiri tak memberitahu suara apa yang didengarnya.

Namun setelah beberapa saat mendengarkan dengan konsentrasi tinggi, Renjun dan Jeno perlahan-lahan mulai paham akan suara itu, hingga dia yakin sepenuhnya tentang suara tersebut.

Seven Dreamers [NCT DREAM]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz