06~Giliran Jaemin

1K 170 29
                                    

_Kalau Dilan ngejar Milea,
aku ngejar macan berkaki enam aja_
*Muhammad Jaemin Aldillan*

Malam itu terasa amat panjang bagi mereka, karena suara auman macan terus menggema seolah sedang memberi peringatan kepada tujuh pemuda itu. Bahkan hingga do'a dan surat Yasin usai dibacai, macan tersebut tetap mengaum keras.

Alhasil, mereka tidak bisa tidur hingga subuh menjelang, terlebih lagi satu tenda kecil itu diisi oleh tujuh orang, sudah jelas tak ada tempat untuk berbaring.

"Guys, macannya udah nggak bersuara. Berarti kita aman dong? Ayo keluar," kata Jaemin.

"Ya udah, ayo, kita sholat subuh, habis itu sarapan," sahut Mark.

Ketujuh pemuda yang wajahnya kucel karena tidak tidur itu pun mengambil air wudhu di tepi sungai. Setelah itu mereka melaksanakan sholat subuh yang diimami oleh Jaemin.

Sholat subuh di pulau tak berpenghuni ini memang terasa beda, tak ada suara ayam jago berkokok apalagi cahaya terang dari lampu jalan. Suasana kali ini terasa sunyi dan begitu mencekam, seolah tak ada makhluk hidup lain yang berada di pulau ini.

Sejujurnya, ketujuh pemuda itu melaksanakan sholat dengan perasaan was-was dan sangat waspada, mereka takut jika macan itu mengaum lagi, atau lebih parahnya muncul tiba-tiba di hadapan mereka.

Setelah sholat, merekapun sarapan bersama. Bukan sarapan yang istimewa, melainkan hanya memakan roti tawar dengan selai kacang serta segelas kopi hitam.

"Kita lanjut jalan jam setengah delapan. Untuk sekarang, lebih baik kita tidur dulu," ujar Mark.

Mark sendiri merasa tidak tega melihat wajah mereka yang begitu menahan kantuk. Padahal mereka sudah meminum segelas kopi hitam, namun hal itu tak berdampak apapun pada ketujuh pemuda itu.

Mereka pun kembali ke tenda masing-masing untuk beristirahat. Lumayan, masih ada waktu satu jam tersisa untuk mereka. Nantinya jam tujuh mereka akan bangun untuk membereskan tenda dan membersihkan badan.

Namun, Jaemin justru memilih untuk tetap terjaga dan duduk di depan tenda seraya menikmati suasana pagi yang cahayanya masih remang-remang.

Alasan Jaemin kenapa dia tak tidur karena teringat akan mimpinya semalam, ketika suara macan itu belum menganggu. Dia bermimpi jika macan itu akan muncul di hadapannya ketika matahari telah benar-benar terbit. Namun, kejadian yang akan terjadi setelah kemunculan macan itu, Jaemin tak tahu. Yang Jaemin harap, macan itu tak akan macam-macam padanya. Toh, itu bukan macan sungguhan, melainkan hanya jelmaan dari jin.

Hampir setengah jam Jaemin duduk termangu. Namun macan itu tak kunjung muncul. Padahal sebentar lagi matahari akan benar-benar terbit.

"Oke, sebentar lagi pasti datang. Apapun yang terjadi, lo harus tetep kuat, Jaem," Jaemin menyemangati dirinya sendiri dengan mata tertutup, sekaligus berharap jika membuka mata, dia bisa melihat sosok jelmaan macan itu.

Benar saja, ketika kelopak matanya membuka, mata Jaemin menangkap seekor macan besar yang berkaki enam di seberang sungai. Macan itu menatap Jaemin begitu tajam, seolah ingin menerkam saat itu juga. Tapi anehnya, macan itu tak mengeluarkan auman.

"Astaghfirullohal'adzim ..." Jaemin langsung bangkit, dengan mata yang terus fokus menatap macan itu. Dia masih tak menyangka jika ada seekor macan yang memilik kaki berjumlah enam. Kalau begini, disebut sebuah kekurangan atau kelebihan?

Macan itu tetap pada posisinya, seperti tak berniat sedikitpun menghampiri Jaemin. Tapi Jaemin lah yang berusaha mendekati macan itu. Tatapannya lurus ke depan, kakinya juga terus melangkah ke depan. Bahkan dia tak memperdulikan aliran sungai kecil yang tingginya sebetis. Seolah hal itu tak menjadi penghalang sama sekali.

Seven Dreamers [NCT DREAM]Where stories live. Discover now