03~Awal Petualangan

1.2K 177 30
                                    

_Yang tua, yang menjaga_
*Mark Gionino Kalambra*

Sekarang baru pukul enam pagi, namun kedelapan laki-laki tampan sudah berkumpul di sebuah dermaga kecil.

Tak terasa hari ini mereka akan berangkat ke pulau misterius tak berpenghuni itu. Jaehyun yang dengan rendah hati mau mengantarkan mereka juga memberikan beberapa nasihat yang semoga bisa berguna.

"Kunci utamanya adalah selalu ingat sama Tuhan. Pokoknya ibadah dan do'a jangan ditinggalin. Jangan ngelamun, dan jangan bicara kotor. Satu lagi, kalau kalian ngalamin atau ngelihat hal aneh, jangan dibicarain, cukup diem dan pura-pura nggak tahu apa-apa," pesan Jaehyun.

Ketujuh laki-laki yang berbaris di depan Jaehyun mengangguk.

"Eh, satu lagi. Jangan pernah ambil buah, tanaman, apalagi membunuh hewan di sana, ngerti?"

"Ngerti, Bang."

"Oke, sekarang kita berangkat."

Satu-persatu dari mereka mulai menaiki kapal. Tak lupa, mereka memanjatkan do'a dalam hati agar perjalanan lancar dan tak ada suatu halangan yang menyertai.

Jeno, Jaemin, Haechan, dan Renjun memilih duduk dibagian depan kapal untuk menikmati hembusan angin pagi laut, sekaligus untuk mengambil foto. Jisung dan Chenle justru memilih untuk bermain catur di dalam kapal. Sementara Jaehyun dan Mark duduk bersama kedua kedua nahkoda kapal pribadi Chenle.

"Woy, kalian! Satu lagi pesan gue, jangan upload foto atau video apapun tentang perjalanan ini. Kalau mau foto silahkan, yang penting jangan diupload!" Jaehyun berseru kala melihat Jaemin sudah siap memotret Haechan.

"Iya, Bang," sahut Jeno sambil mengacungkan jempolnya.

"Eh, guys," panggil Renjun. Dia duduk bersila sambil menonton Jaemin yang sibuk menjadi fotografer dadakan dari Jeno dan Haechan.

"Apa?" Mereka bertiga menoleh bersamaan.

Renjun terdiam, gelagatnya sedikit aneh, membuat ketiga pemuda yang lain menatapnya bingung.

"Kenapa, Jun?" tanya Jeno.

Renjun menggeleng, lantas tersenyum lebar. Awalnya dia ingin menyampaikan sesuatu yang mengganjal di hati dan pikirannya, namun Renjun urungkan, karena tak mau jika teman-temannya justru menjadi takut.

"Kenapa elah? Jangan bikin kepo," ucap Haechan.

"Nggak, gue cuma laper," balas Renjun yang kemudian bangkit untuk mengambil bekal dari ibunya di dalam kapal.

Renjun lantas kembali lagi dengan membawa tiga boks berukuran sedang.

"Kalian belum sarapan, kan? Sini sarapan dulu. Bunda gue bawain bekal banyak banget," ucap Renjun sambil membuka satu persatu boks yang dia bawa.

"Tau aja lo," Jaemin nyengir. Anak kos seperti dia kan jika sarapan biasanya pukul sepuluh, sekalian merangkap untuk makan siang.

"Bunda lo pengertian, deh," ucap Jeno.

Sebenarnya, ia dan Mark tadi sempat disuruh untuk sarapan dulu oleh bundanya Mark, namun mereka berdua menolak atas dasar takut terlambat. Alhasil bunfa Mark membawakan mereka bekal berbagai macam kue dan kukis. Mungkin nanti akan mereka makan di siang hari.

Haechan mengambil sepotong sandwich dari boks bekal, lalu memakannya dengan lahap. Pagi tadi dia juga tak sempat sarapan, karena ibunya sedang pergi ke rumah nenek.

"Eh, tadi malem gue mimpi aneh, tau," kata Jaemin.

"Mimpi apa? Pasti mimpi Renjun murtad ya?" celetuk Haechan.

Seven Dreamers [NCT DREAM]Where stories live. Discover now