07~Puncak Bukit

1K 161 42
                                    

_Rasa penasaran memang seringkali mengalahkan rasa takut, hingga membuat diri berada di ujung maut_
*Ma'mun Aa Renjun*

Agaknya suara macan tersebut membuat ketujuh pemuda itu sedikit trauma. Buktinya, setelah mendengar suara aumannya mereka segera lari tunggang langgang menjauhin tempat tersebut. Padahal biasanya mereka akan membaca do'a bersama dengan khusuk.

Mereka lari tanpa tujuan, hanya mengikuti Jisung yang lari paling depan. Namun anehnya, Jisung tak merasa bingung sama sekali akan melangkah ke mana, seolah sudah tau jalur yang akan di tempuh tanpa takut bertemu jurang atau binatang menyeramkan.

Sepuluh menit berlari tanpa henti rasanya begitu melelahkan. Terlebih lagi bagi Jaemin yang fisiknya belum pulih betul.

Namun pada akhirnya, mereka berhenti setelah Jisung mengerem mendadak, membuat enam pemuda itu menabrak tubuh Jisung, lalu tersungkur bersamaan.

"Aduh ... ini muka gue nyium tanah, Bang!" keluh Jisung.

"Badan gue penyek ini woy!" seru Renjun yang tubuhnya tertindih oleh Haechan dan Chenle.

"Aduh pipi gue!" Jaemin berseru tak kalah keras karena pipinya terkena siku Jeno.

"Lagian lo kenapa berhenti mendadak sih, Sung?!" kesal Mark yang tubuhnya berada paling atas, karena dia yang lari paling belakang. Bukan karena lamban, tapi dia harus melingdungi adik-adiknya.

Mark bangkit sambil membantu Jaemin berdiri.

"Ya gue mana tau, Bang, kan gue ngikutin Bang Jeno!" balas Jisung seraya mengusap wajahnya yang terkena tanah.

"Sontoloyo! Yang ada gue ngejar lo! Kan lo lari paling depan!" seru Jeno.

Seketika mereka terdiam, begitu juga dengan Jeno yang baru menyadari ucapan Jisung dan ucapannya sendiri.

"Tapi tadi gue larinya ngikutin lo, Bang," lirih Jisung.

Jisung sangat yakin jika dia tidak berlari paling depan, melainkan berlari di belakang Jeno. Dia ingat betul bagaimana perawakan Jeno dari belakang, jadi tak mungkin jika dia salah lihat.

Namun setelah Jisung ingat-ingat, ada hal yang janggal. Ketika 'Jeno' berhenti berlari, tubuhnya langsung menghilang begitu saja.

"Ya Allah ... cobaan apa lagi ini?" Haechan mendongak, menatap rimbunnya pohon dan cahaya matahari yang melewati celah-celahnya.

Namun tak berselang lama, Haechan justru terjungkal ke tanah. Ekspresinya begitu terkejut seolah sedang melihat sesuatu yang aneh. Bola matanya bahkan membulat tanpa berkedip.

"Lo kenapa, Chan?!" Renjun berseru.

Mata Renjun lantas mengikuti ke arah pandang Haechan.

Tepat di dahan pohon sengon, Renjun juga melihat sesosok makhluk berwujud laki-laki yang mengenakan pakaian khas orang berkemah.

"Bang Winwin!" teriak Renjun.

Meskipun wajah sosok tersebut tertutup oleh syal merah, namun Renjun amat yakin jika itu adalah Winwin. Dia ingat dengan jelas foto yang Jaehyun tunjukan beberapa hari yang lalu. Di foto itu, Winwin mengenakan pakaian yang sama seperti pakaian yang dikenakan sosok tersebut.

Kelima pemuda lainnya ikut mendongak. Namun belum genap dua detik, sosok itu langsung berubah menjadi sepihan debu, lantas hilang tertiup angin.

"Astaghfirulloh!" ucap mereka serempak.

Ketujuh pemuda itu semakin ketakutan. Setelah lolos dari suara macan tadi, kini mereka dihadapkan dengan hal yang sangat ganjil.

"Kita mau lari lagi, nih?" tanya Jeno.

Seven Dreamers [NCT DREAM]Onde histórias criam vida. Descubra agora