04~Suara Burung Gagak

1.1K 179 72
                                    

_Sholat itu kewajiban, makan itu kebutuhan, kalau mencintaimu kayaknya cuma kebetulan_
*Devano Saga Farenjun*

Jam sudah menunjukan pukul 12 kurang 15 siang, itu artinya sudah masuk waktu sholat dzuhur. Ketujuh pemuda itu kini sedang mengambil air wudhu di sebuah sungai kecil yang arusnya deras, jadi dipastikan tak ada ular air atau binatang berbisa di dalamnya.

"Eh, ini alas buat sholatnya pakai tikar lo, Bang?" tanya Renjun dengan suara nyaring.

Mark yang baru hendak mengambil air wudhu menyahut mengiyakan.

Renjun pun dengan cekatan menggelar tikar anyaman yang Mark bawa.

"Haechan adzan dulu ya?" pinta Mark setelah berwudhu.

"Ashiaaap, Bang ..." sahut Haechan.

Suara merdu Haechan yang mengumandangkan adzan membuat keenam temannya terdiam khusu'. Jeno yang sejak tadi masih panik pun kini menjadi lebih tenang.

Setelah Haechan selesai mengumandangkan adzan, dilanjut dengan puji-pujian yang mereka lantunkan bersama-sama. Suasana pun menjadi begitu tenang, dan menyejukan hati, terlebih lagi suara ketujuh pemuda itu begitu merdu. Subhanallah ... jin auto insecure.

Dilanjut dengan iqomah yang dikumandangkan oleh Chenle. Suaranya yang sangat halus pun seakan membius para jin, bahkan serangga-serangga siang tak mengeluarkan suaranya, membiarkan suara Chenle menggema di pulau ini bersamaan dengan nyanyian gemericik air dan hembusan angin.

Setelah itu, Mark segera mengatur shaff mereka. Kali ini dia yang menjadi imam. Bukan karena kemauannya, namun karena paksaan dari keenam adik tingkatnya.

"Ini kiblatnya beneran ke sana kan, Jaem?" tanya Mark memastikan.

"Iye, Bang. Perlu gue tunjukin kompasnya lagi?"

Mark terkekeh. Sebenarnya dia hanya merasa grogi karena baru pertama kali menjadi imam sholat keenam adik tingkatnya. Biasanya ketika sedang bertujuh seperti ini, yang menjadi imam adalah Jaemin. Namun untuk kali ini Jaemin mempersilahkan Mark dulu, dia besok-besok saja untuk menjadi imam.

Sholat dzuhur yang mereka lakasanakan berjalan dengan khusu' dan tak mengalami gangguan apapun. Namun, ketika mereka sedang berdzikir, terdengar suara burung gagak tanpa terlihat wujudnya. Hal itu membuat Haechan yang duduk paling pinggir sedikit merapatkan badannya pada Jaemin, dzikirnya pun menjadi tidak khusu, terlebih lagi suara burung gagak itu lama kelamaan terdengar semakin jelas.

"Amin ya rabbal'alamin," Mark mengusaikan dzikirnya. Dia sebenarnya juga merasa was-was dengan suara burung gagak tersebut. Selain itu dia juga mengkhawatirkan keadaan teman-temannya.

"Ya Allah ... lindungi hamba-Mu ini Ya Allah ..." ucap Haechan yang wajahnya sudah pucat pasi karena ketakutan.

"Amin ..." Chenle dan Jisung mengamini bersamaan.

"Jangan biarkan para jin ini mengganggu kami Ya Allah ... Haechan takut, tolong Haechan Ya Allah ..." Haechan semakin merapatkan badannya pada Jaemin. Dia sendiri tak sadar jika keenam temannya sudah selesai berdzikir.

"Amin ..." Jisung, Chenle, dan Renjun bersuara lagi.

Kak kak kak kak ...

Suara burung gagak itu terdengar semakin jelas, namun wujudnya tetap tidak terlihat.

"Le, gue kok jadi merinding, yah?" ucap Jisung sambil mengusap tengkuknya yang terasa dingin.

"Sama, Sung, gue juga. Bang Haechan do'a nya kurang khusu' kayaknya."

Seven Dreamers [NCT DREAM]Kde žijí příběhy. Začni objevovat