05~Macan Berkaki Enam

1K 170 47
                                    

Ini pendek, cuma 1760 kata. Semoga seru.

_Bagi orang Indonesia, larangan
adalah sebuah perintah_
*Baskara Jisung Zellano*

Pukul sembilan malam, Mark meminta mereka untuk masuk ke dalam tenda. Terserah mau tidur atau melek, yang penting jangan di luar, karena kondisinya cukup berbahaya. Terlebih lagi setelah suara burung gagak itu terdengar lagi, mereka cukup paranoid.

Jaemin, Jisung, Renjun, dan Haechan duduk melingkar di dalam tenda. Kebetulan mereka belum mengantuk, jadi mereka memutuskan untuk bercerita atau sharing pengalaman.

"Eh, Sung, lo sebenernya indigo apa nggak, sih?" tanya Renjun.

Di malam yang dingin begini, Renjun justru hanya memakai kaos tipis serta celana training panjang. Katanya dia menyukai hawa dingin alami seperti ini, bukan hawa dingin dari AC yang membuat orang jadi penyakitan.

Jisung menggeleng, "Gue nggak bisa lihat yang begituan, cuma bisa ngerasain auranya. Tapi nggak tahu kenapa, tadi gue bisa lihat."

Haechan yang mulai sadar akan arah pembicaraannya langsung memeluk lengan Jaemin.

"Apa sih lo, Chan! Nggak usah parno, nggak akan ada apa-apa," Jaemin memprotes. Dia kesal saja karena lengannya sering menjadi korban cengkeraman Haechan ketika sedang ketakutan. Jaemin sendiri heran, Haechan yang berbadan besar seperti badak bercula itu penakut terhadap hal-hal mistis.

"Ya kan waspada, Jaem," Haechan mengerucutkan bibirnya.

"Udah sih, Jaem, sabar aja, Haechan kan emang penakut," timpal Renjun. "Eh, tapi btw emang lo tadi lihat apaan, Sung?"

"Macan kakinya enam," sahut Jisung dengan suara pelan.

"Hah?!" Renjun, Jaemin, dan Haechan begitu terkejut mendengar jawaban Jisung.

Bagi Jaemin, hal itu sangatlah di luar nalar. Ia memang percaya akan adanya jin, tapi ia tak habis pikir jika ada jin yang menjelma menjadi macan, kakinya enam pula.

"Woy?! Sebelah ada apa?" suara Mark terdengar dari tenda sebelah. Kebetulan tenda mereka hanya berjarak dua meter, jadi tentu saja mereka akan saling mendengar pembicaraan dari tenda sebelah.

"Eh, nggak, Bang, ini si Renjun cuma curhat kalau dia naksir sama Kak Joy!" balas Jaemin berbohong.

Setelah itu, tak ada balasan lagi dari Mark, mungkin dia percaya dengan ucapan Jaemin.

"Kenapa gue yang jadi korban kampret!" Renjun menjitak kepala Jaemin. Wajahnya terlihat begitu kesal, seolah ingin menjitak Jaemin lebih dari itu. Pasalnya Joy adalah kakak tingkatnya yang serem amit-amit macan jin penunggu Gunung Kidul.

Jaemin hanya nyengir kuda, "Ya maaf, bercanda doang elah."

"Lo beneran lihat itu, Sung? Mata lo juling kali, atau minus, makannya ngelihat kakinya ada enam," ucap Haechan dengan suara yang lebih pelan, berharap Mark dan yang lain tidak bisa mendengarnya dengan jelas. Anak ini meskipun penakut tetap penasaran juga dengan kelanjutan cerita Jisung.

"Nggak lah Bang, ya kali mata gue juling. Orang gue lihat jelas itu macan kakinya enam jalan di deket kita," sahut Jisung.

"Gue percaya sih kalau itu macan kakinya enam, soalnya yang ngeliat kan cuma lo. Tapi yang aneh, itu macan kenapa jalan di deket kita? Apa dia berniat jahat, atau mau mengawasi kita?" jiwa mahasiswa filsafat Renjun kembali muncul.

"Gue nggak tahu, Bang, tapi yang jelas gue lihat itu macan nggak lama, paling cuma lima belas menit, lalu hilang di semak-semak."

Renjun dan Jaemin saling pandang, seolah sedang berbicara lewat pandangan mata. Keduanya bertanya-tanya akan keganjilan yang mereka alami. Pertama Jeno, lalu Jisung, apa setelah ini akan ada giliran lagi untuk melihat jelmaan jin lagi.

Seven Dreamers [NCT DREAM]Where stories live. Discover now