JONES

38. Titik Terendah

Bisa dibilang beberapa hari ini merupakan titik terendah bagi seorang Jennie Kimberly.

Tadinya Jennie kira cuma haters biasa, tapi sepertinya lebih dari itu.

Makin hari 'haters' itu makin menjadi-jadi, dari yang bikin banyak akun bodong buat spam komen jahat, bahkan spam chat Jennie dari WhatsApp, Jennie blokir dong. Tapi ya gitu, pelakunya gonta-ganti nomor.

Ga cuma itu, butik Jennie bolak-balik digojekin barang yang ga Jennie pesen, ya tetep Jennie bayar sih, soalnya ga enak juga kan sama abang gojeknya.

Cuman jujur, Jennie mulai stres. Apalagi Jennie tuh anaknya termasuk sensitif.

She couldn't help but read all the hate comments and end up feeling down.

Ngerti kan, ketika lo udah tau lo ga seharusnya ngelakuin sesuatu karena berefek buruk, cuman tetep dilakuin gitu. Nah, gitu kira-kira Jennie sekarang.

Di lain sisi, Taeyong jelas menyadari perubahan sikap sang pacar akhir-akhir ini.

"Kalo ada masalah cerita atuh..." Kata Taeyong dari ujung telepon.

Sementara Jennie terdiam, dia emang belom cerita perkara ini pada siapapun, karena... Ga pengen aja.

"Emm..."

Cerita ga ya?

"Hm?"

"Sebenernya belakangan ini ada yang ngeganggu gue."

Sebelum Taeyong sempat memberi respon, Jennie buru-buru menimpali. "Cuman ga papa sih, haters doang, udah biasa gue mah."

"Posisi lo sekarang di apart kan?"

"Iya, kenapa?"

"Otw."

"Eh-"

Tut!

Sejalan dengan terputusnya sambungan telepon, bel apartemen bunyi.

Buset, masa Taeyong nyampe secepat ini?

Waktu pintu dibuka, ga ada Taeyong, ga ada siapa-siapa, adanya tuh kotak di lantai. Tentu saja Jennie parno, ya TAPI kalo udah kepo mana inget takut lagi.

Begitu kotak terbuka dan menampilkan isinya, Jennie beneran yang langsung lemes sebadan. Mau teriak juga kayak udah ga sanggup.

Jadi yang Jennie lakukan selanjutnya adalah ngelempar kotak itu asal, lalu membanting pintu hingga tertutup rapat.

NGERI WOI.

Emang apa sih isinya? Bangkai kucing, disertai surat yang ditulis pake darah; 'Kalo gue ga bisa milikin Taeyong, lo juga ga boleh.'

Gila. Lama-lama Jennie bisa gila kalo diginiin terus.

Oke, sekarang si peneror tau nomor WhatsApp Jennie, alamat kediaman Jennie, abis ini apa lagi?

Asli dah ini Jennie auto ngerasa ga aman.

"Jennie?!" Mendadak terdengar suara Taeyong, bersahut-sahutan dengan bunyi bel yang ditekan secara ga sabaran.

Dengan tangan gemetar, Jennie berusaha buka pintu apartemennya.

"Jen, lo-"

"Taeyonggggg." Jennie berhambur dalam pelukan Taeyong, kemudian menangis di sana.

Meski sama paniknya, Taeyong mencoba tenang. Cowok itu mengusap punggung Jennie teratur. "Gue di sini, jangan takut."

"Yong, pelakunya lagi dilacak dan polisi bakal tindak lanjuti kasus ini." Kata Kun yang daritadi ngikutin Taeyong di belakang.

"Jangan lepas orang itu apapun ceritanya, buat dia nyesel dengan perbuatannya."

Sambil nangis kejer, Jennie nyeritain semuanya. Taeyong langsung nano-nano.

Like, kenapa Taeyong ga notice masalah ini sejak awal???

"Teror dimulai dari kapan?" Tanya Doyoung dari seberang sana.

Sejenak Taeyong menoleh pada Jennie yang kini tertidur pulas dalam dekapannya. "Kalo dari cerita Jennie, berarti kelar interview mulai diteror dah tuh." Balasnya berbisik.

"Lo ngapain siii bisik-bisik gitu?"

"Cewek gue tidur."

"Ohh, iya kasih istirahat dulu dah."

"Hm."

"Btw kita sepemikiran ga nih?"

"Apanya?"

"Soal pelaku teror ini. Jujur, gue curiga sama doi."

"Doi? Siapa anjer?"

"Fans lo bego."

"Yang mana satu?"

"Yang suka neror gebetan lo pas SMA dulu."

Lah iya. Taeyong juga sempat kepikiran.

TBC

aajsjsmmd kemaren nct u sm blackpink tampil di mbckpop mana thumbnailnya taeyong sama jennie lagi, padahal gaada korelasi cuman pengen ss aja gitu

btw semalem mereka juga sama-sama tampil di inkigayo eaa :", mana doyeon update bareng jennie lagi. (ps; dicerita ini aku buat mereka sebagai siblings)