Black Bodyguard - 13

3.1K 136 9
                                    

Hello~ BB updeto!!! Hahaha sorry telat (bagi yang nunggu)/plak padahal mah gada. Ya, seperti biasa, tanpa edit dan baca ulang, pasti typo banyak.

Happy reading, guys!

***

Episode sebelumnya =Eyaaaaaa= XD

“Terkejut untuk apa?” suara Fero seketika membuatku menoleh dengan cepat, nyaris aku tidak bisa bersuara, gawat, apa dia mendengarku dari tadi? Astaga! Aku belum menyiapkan naskah persiapan untuk jujur padanya, Oke Ervin, sekarang kau bertingkah konyol, jangan permalukan dirimu.

“Terkejut untuk apa, Ervin?” kali ini dia bertanya penuh penekanan seakan mengintimidasi. Aku mematikan telpon tanpa mendengar apa lagi yang diucapkan Tante Nisa, dan aku menjilat bibirku pelan, ini membuatku gugup.

“Ervin..” astaga! Panggilannya bahkan membuatku merinding. Ini diluar naskah. Seharusnya besok kejutannya. Bagaimana ini? Bagaimana? Argghhhh!!

 

 

*FERO POV*

 

Aku masih menunggu jawaban dari Ervin, dia benar-benar panik sampai-sampai ketahuan sekali jika dia sedang menyembunyikan sesuatu. Hm.. dan aku yakin ini tentang hubungan Ibuku dan dirinya.

“Jadi?” tanyaku sedikit tersenyum sinis berusaha memancingnya. Ervin berjengkit dan segera menggaruk tengkuknya yang aku rasa tidak gatal. Ini kelihatan jelas sekali.

“Uhm, b-bisakah besok kita perjelas?” aku mengernyit heran, dan ini membuktikan benar adanya keterkaitan Ibu dan dirinya, dan besok memang sudah rencananya untuk mengunggap kebohongan ini.

“Sekarang saja, aku hanya ingin tahu.” aku berkata dengan wajah datar. Mengungkapkan aku benar-benar serius, yeah~ aku serius tentang misteri ini.

“B-begini, uhm..” dia kelihatan bingung. Sial, ini benar-benar membuatku kesal.

“Cepatlah!” perintahku.

“F-fero, uhm..”

“S-se-sebenarnya…”

“A-aku ini..uhm..”

AAARGGGGHHHHH!!! Ini benar-benar membuatku nyaris frustasi, aku menahannya hingga gigiku saling beradu dan rahangku benar-benar keras. Ervin, cepatlah.

“Tunanganmu.”

“Hah?” hanya itu tanggapan yang aku berikan pada Ervin, ini benar-benar konyol.

“Iya. Aku ini tunanganmu.” Ervin berkata lebih lancar saat ini. Aku hanya terkekeh pelan, “Jangan bercanda, Ervin.” Saat aku berkata begitu, Ervin terlihat merubah ekspresinya lebih serius. Uhm.. kurasa dia benar, ini bukan candaan.

“Yeah~ jika itu benar. Jadi kapan aku pernah bertunangan denganmu?” aku berkata dengan sesantai mungkin.

“Belum, kita belum bertunangan.”

“Dasar bodoh, itu calon tunangan namanya.” aku memaki pelan karena kesal dengan omongan dan sikap si Ervin yang sungguh membuatku bingung.

“O-oh ya?” tanya dengan cengirannya. Aku mendengus malas.

“Jadi ini yang kau sembunyikan dariku.”

“Ya, dan aku berencana memberitahumu besok, lebih cepat lebih baik tapi aku tidak menyangka akan ketahuan dulu, terlebih dengan reaksimu yang aneh tapi biasa saja.”

Aku hanya tertawa mendengarnya. Apanya yang membuatku terkejut, aku sudah menduga semua ini, dan kemungkinan-kemungkinan yang Ibu pikirkan jadi aku tidak harus kaget lagi.

“Berhenti tertawa, ini tidak lucu.” Kali ini Ervin memasang wajah cemberutnya dan itu sungguh langka. Aku hanya tersenyum saja.

“Ya memang, tapi kau yang lucu.” Ervin mengalihkan matanya ke arah lain, well. Kurasa dia salting, imutnyaaa..

“J-jadi, besok sudah tidak ada taruhan lagi.” katanya tiba-tiba.

“Lho? Aku belum tahu siapa yang menang, dan aku belum menanyakan apa yang ingin kutanyakan.”

“Kau yang menang, Fero. Kamu berada dibawahku yang peringkat pertama. Dan bukankah ini pertanyaanmu?” dia mengernyit heran. Aku malah lebih parah, terkejut dengan hasil yang benar-benar tidak terbayang walaupun aku masih belum bisa mengalahkan Ervin.

“T-tentu saja bukan.”

“Jadi, apa yang ingin kau tanyakan?” aku menggigit bibirku dan menatap Ervin dengan malu. Aku malu jika ini pertanyaan konyol yang akan membuatnya tertawa.

“Jadi?” tanyanya lagi.

“Aku hanya ingin tahu, memangnya benar IQ-mu segitu?” aku segera mengalihkan wajahku ke tempat lain. “Dan jangan tertawa.” Kataku cepat menambahkan.

“HAHAHA…” bukannya Ervin menurutiku dia malah tertawa dengan nyaringnya, kurasakan pipiku memanas karena malu. Memangnya pertanyaanku konyol sekali yah? Err, awas kau Ervin.

“Sebentar, aku.. aku..” masih dengan nafas tersegalnya Ervin bicara, ya puaskan tertawamu sampai kehabisan nafas dan mati sesak nafas, aku di sini tidak akan menolongmu Ervin, rasakan.

“Aku tidak akan mati hanya tertawa, Fero. Kau jahat sekali mendoakan aku begitu.” dia tiba-tiba sudah memelukku dari belakang, sejak kapan dia berani menyentuhku begini?

“Aku tunanganmu, aku berhak memelukmu.” dia berkata lagi seakan tahu apa yang pikiranku katakana.

“Oh~ dan jawaban atas pertanyaanmu itu, adalah bohong.” aku mengerjap dan segara melepaskan pelukannya kemudian berbalik dan menatapnya tajam.

“Jadi IQ-mu tidak sebesar itu? Pantas saja kau tidak bisa membedakan calon dan tunangan.” dia bukannya marah malah tertawa dan berjalan mendekat.

“Aku tidak butuh kata ‘calon’ lagi, karena aku yakin. Denisa Ferodika sudah menerimaku tanpa sadar.” Ervin kembali memelukku dan membisikan sesuatu yang membuat tubuhku lemas dan hatiku berdebar seketika.

“Aku mencintaimu, Fero.”

______________________________

Jangan lupa Votementnya^^ -18-01-15-

Black BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang