Black Bodyguard - 1

11K 270 10
                                    

Cerita ini sudah pernah dipost di akun satunya dengan judul A Bodyguard, tapi say apost ulang disini karena akun itu lupa pw nya sodara-sodara.. iseng aja sih nih saya post, entah bakal lanjut apa engga...

Silakan dibaca^^

________________

Hey, perkenalkan. Namaku Denisa Ferodika. Aku tinggal di sebuah rumah yang amat megah. Orang tuaku adalah seorang workholic. Ayahku adalah pengusaha hotel bintang lima di pusat kota, belum lagi cabang-cabangnya. Dan Ibuku juga seorang desainer yang kini tengah melebarkan sayapnya di negara lain –tepatnya Paris-. Aku tinggal sendirian di rumah karena Ayah dan Ibuku sering berpergian ke luar kota ataupun negeri. Paling sering beliau hanya pulang sebulan sekali. Jangan heran jika anaknya menjadi brandalan.

“Ya ampun, non. Bibi kan sudah bilang sepatunya di lepas dulu baru masuk.” Aku hanya melepas sembarang sepatuku dan masuk tanpa menggunakan sandal rumah. Terlalu malas dengan aturan-aturan rumah yang hanya aku satu-satunya yang mengikuti.

“Halo?”

“Fero, lo kenapa gak masuk hah?” Aish, lagi-lagi seseorang yang mengatur hidupku. Aku benci aturan. Bip. Segera kumatikan ponselku dan melemparnya di kasur. Aku segera pergi ke kamar mandi untuk berendam setelah satu hari lagi kulewatkan dengan sebuah masalah.

***

Tok tok tok tok tok tok..

Suara ketukan membangunkanku dari aktivitas berendam. Aku menatap jam weker di meja sebelah bathup. Jam 7 malam. Sekitar 2 jam aku tertidur. Aku bangkit dan segera membersihkan tubuhku dari busa-busa.

Klek!

Pintu kamar mandi kubuka perlahan. Dan suara ketukan pintu kamarku sudah tak terdengar. Saat aku berbalik ingin mengambil pakaian. Tepat di depanku, seseorang yang entah siapa berdiri memunggungiku. Aku bukan penakut walaupun aku hanya memakai jubah mandiku.

“Siapa kau?” kataku datar. Dia masih memunggungiku tanpa berani menjawab.

“Siapa kau?” kuulangi lagi kata-kataku.

“A-ku…” jawabnya mencicit. Aku merasakan dia menghela nafas dan kemudian berbalik menatapku lantang.

“Maaf, nona muda. Saya bodyguard baru di sini.” Katanya tegas, berbeda sekali saat dia mencicit ketakutan seperti tikus.

“Oh, keluarlah.” Kataku sambil melambaikan tangan dengan malas. Lagi-lagi bodyguard baru. Apa Ayah dan ibu tidak bosan dan merasa uangnya habis sia-sia karena membayar bodyguard untukku? Mereka pikir aku bayi?

“Permisi, nona. Dan Anda di suruh oleh Tuan untuk segera turun.” Setelah berkata begitu, dia membungkuk dan hampir keluar sebelum aku menghentikan langkahnya.

“Tuan? Maksudmu Ayahku?”

“Ya, nona. Saya permisi.”

***

Pintu kamarku tertutup dan aku dengan segera memakai pakaian. Yang Oh~ bisa kukatakan ini berlebihan. Hanya bertemu Ayah aku harus memakai gaun. Kuturuni tangga perlahan sambil mendengarkan percakapan yang tersedat-sedat karena jarak antaraku dan orang itu. Dibawah terlihat bodyguard tadi, dia segera menuntunku. Oh, aku pikir ini berlebihan, aku seperti putri? Right?

“Hai, Anakku..” sapa Ayahku ramah. Aku hanya tersenyum simpul. Terlalu malas berbasa-basi.

“Oh~ My Angel.” Kini berganti Ibuku yang menyapa, tidak lupa dia memelukku dan mencium pipiku. Aku meringis, jujur aku tidak dekat dengan kedua orang tuaku.

“Bagaimana sekolah barumu?” tanya Ibuku sesudah kami duduk. Aku hanya tersenyum simpul, dan dibalas tatapan tajam Ibuku.

“Kau membuat ulah lagi?” tanya ibuku tak percaya.

“Oh! God! Kau itu perempuan sayang, tolonglah jangan menjadi brandalan dan memalukan kita.” Aku hanya diam tak mendengar. Sudah biasa bagiku jika kedua orangtuaku pulang mereka hanya akan menghabiskan waktunya untuk mengomeliku sepanjang hari.

“Sudahlah, sayang.” kata Ayahku mengelus pundak Ibuku. Dia merasa prihatin dengan kelakuan anak semata wayangnya ini. Memang salah siapa aku begini?

“Aku lelah, besok kau pindah sekolah. Dan ini untuk terakhir kalinya kau berbuat masalah.” kata Ibuku terlihat pasrah.

“Ervin, kau juga harus menjaganya. Di sekolah ataupun di rumah.” Aku mendelik tak suka, siapa bodyguard itu sampai-sampai Ibu begitu percaya.

“Tak perlu.” Potongku sebelum bodyguard baru itu menyetujui.

“Kau pikir, aku bayi?” kataku kesal pada Ibu. Ia terlihat kecewa, karena aku memanggilnya tanpa panggilan ibu.

“Ya, kau bayi. Dan kau harus dijaga. Bawa masuk dia Ervin.” Setelah ibu berkata seperti itu, Ervin –sang bodyguard baru- menuruti perintah ibu dengan menarikku paksa. Aku menghempaskannya.

“Aku tidak butuh dia, dan kau bisa bebas dari tugasmu. Karena aku tak membutuhkanmu.” Kataku berteriak sambil menunjuk-nunjuk Ervin, dan kemudian pergi dengan amarah membara.

Makan malam ini adalah makan malam terburukku sepanjang mereka kembali. Aku membuka mobilku dan dengan cepat menyalakannya agar Ervin tidak bisa mengejarku.

Sial. Mengapa mobilnya tidak menyala. Aku keluar dan menendangnya.

“Aww.” Teriakku kesakitan.

“Bagaimana rasanya?” tanya seseoarang dengan remehnya. Aku mendelik dan mendengus malas.

“Mengapa mobilku mati? Ini pasti ulahmu.” Tuduhku.

“Saya sengaja mengkosongkan bensin mobilnya. Mulai hari ini, Anda akan saya jaga.” Katanya tersenyum menang. Sial. Dengan malu, aku kembali masuk dan menabrakannya ke pintu.

“Aww” ringisku saat merasakan sakit karena terbentur badannya.

“Anda tidak apa-apa?” tanyanya khawatir. Aku menginjak kakinya dan pergi begitu saja. Sial juga badannya terlalu bagus.

“Aww.. Nona, Anda..” aku tak mendengar lanjutan teriakannya. Kemungkinan dia sadar bahwa dia bekerja untukku. Ya, kita lihat saja. Seberapa betah dia terhadapku.

Black BodyguardWhere stories live. Discover now