31. Red

11.8K 1K 106
                                    

Aruna memasuki lobi Rumah Sakit sambil menenteng paper bag yang berisikan kotak makanan

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

Aruna memasuki lobi Rumah Sakit sambil menenteng paper bag yang berisikan kotak makanan. Sepertinya beberapa suster dan staff Rumah Sakit cukup mengenal gadis itu karna terlihat dari mereka yang menyapa Aruna ketika lewat dan dibalas dengan senyuman kecil oleh gadis itu, lalu senyumannya berubah menjadi lebar kala melihat seseorang yang ia kenali.

"Dokter Amora...!!!"

Amora menoleh, ia tersenyum begitu melihat siapa yang memanggilnya.

Aruna berjalan menghampiri Amora sambil mengembangkan senyumnya. "Untuk dokter," ucap Aruna memberikan paper bag yang ia bawa.

"Aruna, kenapa harus repot?"

Aruna menggeleng. "Enggak dokter, sama sekali nggak repot,"

"Jangan panggil dokter. Panggil kakak, oke?"

"Ini masih lingkungan Rumah Sakit, sudah sewajarnya aku panggil 'dokter'"

Amora tersenyum. "Itu kecuali kamu, sayangnya kakak," ucap Amora mencubit pipi Aruna. "ya sudah, masuk ke ruang kakak"

Amora mengajak Aruna ke ruangannya. Gadis itu duduk di single sofa yang memang tersedia di dalam ruangan itu.

"Kak, ini- hape siapa?" Tanya Aruna mengambil dan mengangkat sebuah Handphone dan menunjukkan-nya pada Amora yang sedang mengambil minuman di kulkas kecil.

"Kayaknya itu milik pasien kakak. Tadi dia habis kemo,"

"Oh..... Kayaknya pasien kakak orang kaya nih. Liat aja hape-nya. Masih belum dijual bebas di Indonesia,"

Amora tak menjawab, ia hanya tersenyum. Tidak mungkin kan ia terus terang kalau pasien yang sedang ia tangani adalah salah satu cucu dari keluarga Dirgantara.

Telepon diruangannya berbunyi. Amora menjawab telepon setelah memberikan minuman pada Aruna.
Selagi Amora menjawab telepon itu, rasa penasaran Aruna menyeruak. Ia ingin tahu siapa pemilik Handphone itu.

Coba-coba ia menekan tombol yang berada tepat di pinggiran Handphone itu yang merupakan tombol kunci.

Keningnya seketika mengernyit kala melihat foto Caramel beserta keluarga Dirgantara terpampang sebagai wallpaper Handphone.

"Runa, Handphonenya? Kakak dapat telepon dari resepsionis, pasien kakak sedang menunggu di lobi. Dia ingin mengambil Handphonenya yang tertinggal,"

"A- ii- iya kak,"

"Kamu tunggu disini dulu ya? Kakak mau ke lobi sebentar nemuin pasien kakak," ucap Amora dibalas anggukan oleh gadis itu.

Selang beberapa menit Amora menemui pasiennya, Aruna dilanda rasa penasaran. Ia pun mengikuti dokter cantik itu secara diam-diam. Langkahnya tiba-tiba memelan saat melihat sesosok gadis yang ia kenali, dan ia bersembunyi di balik tembok.

"Jadi- Caramel benar-benar pasien Kak Mora. Lalu- apa keluarga Dirgantara tahu?" Gumam Aruna, kemudian ia berlari kembali ke ruangan Amora saat melihat Amora berjalan ke arahnya lebih tepatnya kembali ke ruangannya.

DANDELIONTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon