• 15 Oktober 2012 (J)

192 23 0
                                    

Jungwon - 15 Oktober 2012

Gelap. Itu lah kesan pertama ketika aku dan Kyungmin melangkah masuk. Tidak biasanya rumah kami segelap ini, kecuali saat semua orang tidak di rumah. Satu-satunya pencahayaan berasal dari lampu redup di atas kami, yang menyala secara otomatis ketika kami masuk. Kyungmin berkali-kali melontarkan pertanyaan yang sama padaku, yang hanya kujawab dengan gelengan singkat. Tidak peduli ia melihatnya atau tidak. Apakah Ibu tidak di rumah? Tidak biasanya.

Kuregangkan tanganku ke atas, kemudian kuraba dinding dengan pelan. Sakelar lampu tak kunjung tersentuh oleh tanganku. Ketika aku berusaha lebih keras sambil sesekali melompat, lampu tiba-tiba menyala. Begitu kutolehkan kepalaku, Kyungmin langsung nyengir dengan tangannya yang masih di atas sakelar lampu. Kuakui ia memang lebih tinggi dariku.

Aku mencari Ibu ke seluruh ruangan namun tetap saja nihil. "Apa eomma berniat membuat pesta kejutan untuk Heeseung hyung?" terdengar suara Kyungmin di kejauhan. Rupanya ia telah berada di kamarnya.

"Tidak," jawabku pelan ketika kulihat selembar brosur tergeletak di atas sofa. Sepertinya Ibu memang tidak berniat membuat pesta kejutan untuk ulang tahun Heeseung hyung. Mestinya brosur ini lah yang membuat Ibu pergi.

"Ice-skate?" Aku terlonjak. Kyungmin berdiri di belakangku. Tatapannya masih terpaku pada brosur yang tadi kutemukan. "Sunghoon hyung," ucapnya seraya menunjuk potret bocah laki-laki di dalam brosur itu. Kedua mata Kyungmin berbinar, bahkan senyumnya pun merekah seakan sosok Sunghoon hyung dalam potret itu adalah seseorang yang sangat ia kagumi.

Aku segera menarik lengan Kyungmin setelah kuletakkan brosur itu sembarangan. Kami berlari ke dapur secepat kilat. Kuambil seiris roti, kuoleskan selai di atasnya dan kututup dengan roti lain. Kuberikan roti itu pada Kyungmin yang langsung mengucapkan terima kasih. Ia tidak langsung memakannya, karena ia selalu menungguku. Begitu aku selesai dengan rotiku sendiri, tentu saja kami segera melahapnya, berusaha membungkam perut yang terus saja menjerit sejak bel pulang sekolah berbunyi. Tepat ketika potongan terakhir roti masuk ke mulutku, pintu depan terbuka. Kami langsung melompat turun dari kursi dan berlari ke depan. Melihat kami dengan mulut yang masih penuh dengan makanan, Heeseung hyung langsung mendelik. Ia melontarkan protesannya, karena harusnya kami menunggu mereka pulang dan makan kue ulang tahunnya saja. Mendengar hal itu, Kyungmin langsung melirikku.

"Tapi eomma tidak membuat pesta kejutan untuk Heeseung hyung." Aku masih bisa mendengar bisikannya yang sangat lirih.[]

SER'5 : Please Be All Ears!Where stories live. Discover now