• 2 Juni 2019 (K)

13 3 0
                                    

Kyungmin, 2 Juni 2019

"Kyungmin, harusnya kau lebih berusaha lagi." Guru tari kami yang semula duduk, kini langsung bangkit setelah melempar kertasnya sembarangan. Sepertinya ia benar-benar mulai hilang kesabaran. Sementara aku, apa lagi yang bisa kulakukan selain tertunduk dan berkali-kali meminta maaf. "Kau lihat Tim A? Jungwon benar-benar bisa memainkan peran center-nya dengan baik." Ini bukan pertama kalinya nama Jungwon disebut tiap kali aku melakukan kesalahan.

"Kyungmin sedang tidak enak badan." Suara pelan Jungwon yang terdengar ditengah suasana yang memanas itu membuat pelatih kami semakin menghujaniku dengan kritikan pedas, bahkan kesalahan yang kulakukan berminggu-minggu lalu pun kembali diungkitnya. Ya, Jungwon telah memperparah keadaan.

"Aku tidak ingin mendengar alasan lain. Ini masih belum seberapa. Setelah kau debut nanti, entah kau sakit atau bahkan tidak bisa bernapas sekalipun, kau harus tetap tersenyum seolah kau baik-baik saja,"  ucapnya seraya mencengkeram bahuku dengan kuat. Aku sempat meringis menahan sakit, namun untung saja ia tidak melihatnya berkat masker yang kupakai.

Latihan selesai dengan diriku yang mendapat paling banyak kritikan kali ini. Jungwon berkali-kali mendekatiku namun aku terus menghindar. Jujur saja, sejak hari pertama ia bergabung di sini dan berlatih denganku, aku tidak pernah tersenyum, tidak ada candaan dengan teman-temanku. Yang ada hanyalah aku yang selalu dibanding-bandingkan dengannya. Lihatlah Jungwon..., coba saja jika itu Jungwon..., seandainya Jungwon yang melakukannya..., dan masih banyak lagi saat dimana nama Jungwon selalu disebut dalam setiap kritikan yang kudapat.

"Akan ada masanya saat dia juga dibandingkan dengan yang lebih hebat darinya." Aku tergagap. Terlalu tenggelam dalam lamunan membuatku tidak sadar seseorang baru saja masuk ke lift.

Aku mengenalnya. Ia adalah salah satu senior yang baru debut tahun lalu. Aku berkali-kali minta maaf karena tidak menyadari kehadirannya, tapi ia hanya tertawa sambil menyuruhku berhenti. Ia sempat bercerita kalau kehadirannya dulu juga tidak begitu disukai para trainee yang lain karena namanya akan selalu disebut sebagai perbandingan. Kemudian ia juga mengalami hal sama sepertiku ketika ada trainee baru yang dianggap lebih hebat darinya.

"Aku tidak bisa memberimu nasihat apa-apa. Masih banyak yang perlu kupelajari." Ia melangkah keluar ketika pintu lift terbuka.

"Sunbae!" Teriakku seraya berusaha menahan pintu lift sambil melongok keluar.

"Minho hyung," ucapnya, meralat panggilan yang baru saja kulontarkan. "Berjanjilah padaku kau akan debut jika ingin memanggilku sunbae."  Ia tersenyum kemudian segera berbalik pergi.

SER'5 : Please Be All Ears!Where stories live. Discover now