• 26 Desember 2017 (S)

34 6 0
                                    

Sunghoon - 26 Desember 2017

Mint Star Cafe nampak lebih sepi dari biasanya. Aku duduk di tempat biasa, paling ujung di dekat jendela. Ya, aku biasa mampir ke sini dengan Ibu setelah latihan. Aku melirik ponselku dan menimang-nimang haruskah aku menghubungi Kyungmin atau tidak. Setelah kesabaranku habis, barulah aku meyakinkan diri harus menghubunginya.

Apa tidak ada orang di rumah? pikirku. Aku harus mencoba sampai tiga kali sampai akhirnya seseorang menjawab. Mestinya itu Jungwon, karena dia tidak langsung bicara.

"Jungwon, dimana Kyungmin?" Bocah itu diam beberapa saat sebelum akhirnya menjawab kalau Kyungmin ada di kamar, membaca buku barunya. Kesabaranku semakin terkuras. Aku menunggunya hampir satu jam namun ternyata Kyungmin masih bersantai di rumah. "Panggil dia!" Kudengar Jungwon berlari dan menyuruh Kyungmin menjawab teleponku.

Sepertinya hari ini kesabaranku benar-benar diuji. Kyungmin ogah-ogahan untuk bicara padaku, namun sepertinya Jungwon berhasil menyeretnya mendekat ke telepon.

"Hmm?" Kudengar suara pasrahnya.

"Aku menunggumu di Mint Star Cafe. Apa kau tidak melihat pesanku?" Aku berusaha membuat suaraku senormal mungkin. Kyungmin hanya menjawab kalau dia tidak tahu aku menunggunya karena tidak ada pesan lain di kertas itu. Aku langsung menyuruhnya bergegas berangkat, entah dia benar-benar akan melakukannya atau tidak.

Aku masih menunggu. Sepuluh menit berlalu, dua puluh menit, dan akhirnya aku memutuskan untuk beranjak ketika empat puluh menit telah berlalu. Namun begitu aku bangkit berdiri, sosok Kyungmin terlihat mendekat ke arah cafe. Dia tidak sendiri, ada Jungwon di belakangnya.

Pintu cafe terbuka dan pelayan cafe pun menyapa mereka. Aku bisa melihat semburat keterpaksaan di wajah Kyungmin. Dia langsung bertanya kenapa aku menyuruhnya datang. Aku memintanya untuk memesan minuman dulu namun dia menolak. Dia hanya penasaran apa tujuanku memanggilnya padahal bisa saja aku mengatakannya di rumah. Aku ragu haruskah aku langsung mengatakannya sekarang atau tidak karena ada Jungwon di sana.

Entah kebetulan atau memang Jungwon peka dengan kebimbanganku, dia bangkit dan mengatakan kalau dia ingin ke toilet. Tentu saja aku lega. Begitu Jungwon menjauh, aku kembali menatap Kyungmin.

"Kenapa kau selalu bilang kalau kau bukan adikku?" Kukira emosi Kyungmin akan langsung memuncak, namun nyatanya dia menjawabku dengan santai.

"Karena itu yang kurasakan. Lagipula tidak perlu alasan untuk menjelaskan apa yang kurasakan."

"Kau yakin kalau kau memiliki keluarga lain di luar sana?"

"Itu yang kurasakan."

"Kalau memang begitu, kau yakin mereka menunggumu?"

"Itu yang kurasakan."

Kesabaranku benar-benar habis sekarang. Adikku memang telah berubah, dan aku harus menerima kenyataan bahwa tidak ada lagi Kyungmin yang akan selalu memainkan tanganku saat aku duduk di dekatnya. Tidak ada lagi Kyungmin yang akan menatapku dengan mata berbinar-binar penuh kekaguman.

"Apa dia terlihat menunggumu?" Aku mengedikkan kepala ke arah pelayan yang tadi menyambut Kyungmin dan Jungwon. Kyungmin mengernyit kemudian menoleh. Selang beberapa detik kemudian dia kembali menatapku dengan penuh tanya. "Cho Kyungho-ssi." Aku memanggil pelayan itu, membuat Kyungmin langsung terkejut menatapku.

Pelayan itu mendatangi meja kami dan kembali memberikan sapaannya. Dia bilang dia senang aku datang lagi. Kyungmin kembali terkejut ketika pelayan itu menanyakan namanya.

"Jungwon." Kyungmin menjawab tanpa ragu, namun dengan kepala tertunduk. Aku menatapnya tajam namun dia tetap diam. Pelayan itu terus berusaha mengajak Kyungmin bicara namun Kyungmin hanya menjawab seperlunya saja. Bahkan kali ini dia tiba-tiba bangkit dan pergi.

Aku meminta maaf pada pelayan itu kemudian menyusul Kyungmin keluar. Jungwon yang baru saja kembali dari toilet pun berusaha menyusul kami namun aku memintanya untuk menunggu di Cafe saja. Beruntungnya dia mau mendengarku.

Kyungmin terus menjauh, kepalanya tertunduk namun aku bisa melihat bahunya bergetar. Dia menangis. Aku meraih lengannya dan diapun berhenti.

"Kyungmin..."

"Aku tidak pernah berharap kalau itu nyata. Kalian benar-benar berusaha membuang kami?" Aku tidak percaya Kyungmin akan mengatakan hal semacam itu. "Dulu Eomma memberitahu Geonu hyung dan Heeseung hyung, kemudian Jungwon. Dan sekarang hyung memberitahuku tentang ini. Kalian berdua berusaha membuang kami kan?"

"Tidak, aku tidak bermaksud begitu." Aku langsung memeluknya. "Kau tahu seberapa sulitnya ini bagi Eomma? Aku tidak menyalahkan rasa penasaranmu tapi Eomma lebih tersiksa karena harus terlalu banyak menyimpan rahasia. Kita akan semakin dewasa, kita tidak sebodoh itu untuk pura-pura tidak menyadari apa yang terjadi di rumah kita sendiri." Aku terus berusaha memeluknya dengan erat. "Kau terus mengatakan kalau ada keluarga yang menunggumu."

Kyungmin tidak mengatakan apapun. Dia malah melepas pelukanku kemudian menjauh. Aku berniat menyusulnya namun tangan Jungwon langsung menahanku.

"Aku akan menyusulnya." Tidak ada yang bisa kulakukan selain menatap punggung mereka yang semakin menjauh.

Apakah yang kulakukan ini salah? Apakah harusnya kubiarkan saja kebenaran ini tidak pernah terungkap? Apakah keadaan akan berbeda jika aku hanya diam? []

SER'5 : Please Be All Ears!Where stories live. Discover now