• 28 Januari 2018 (J)

54 8 5
                                    

Jungwon - 28 Januari 2018

Dug!!! Suara benturan yang disertai goncangan di tempat tidurku berhasil membuatku terduduk. Dengan kedua mata masih mengerjap, kulihat siluet Kyungmin tengah membungkuk memegangi kakinya. Ah, rasanya tiada hari tanpa mendengar benturan kaki Kyungmin di pagi hari.

"Kau baik-baik saja?" Aku tidak mengharap jawaban atas pertanyaan itu, karena biasanya Kyungmin hanya akan menjawab dengan gumaman yang juga tidak begitu jelas.

"Ah, kali ini benar-benar menyakitkan," ucapnya sambil berlalu keluar.

Aku menyibak selimut, mencari ponselku yang entah di mana. Kusingkirkan bantalku, guling pun begitu, namun tak kunjung kulihat penampakannya. Kyungmin kembali masuk sambil menggigit roti di tangannya. Ia bilang Heeseung hyung belum keluar kamar karena komputer di ruang belajar belum dinyalakan.

"Apa dia baik-baik saja?" gumamku.

"Kamarnya juga masih terkunci."

"Kenapa hyung harus sampai mengunci dirinya sendiri, padahal mereka hanya bertemu sebentar."

"Apa? Kau bicara apa?" Kyungmin mendelik menatapku.

"Apa? Aku tidak bicara apapun. Mungkin karena kau masih mengantuk." Kyungmin membalas dengan dengusan panjang.

Aku belum menemukan ponselku. Jadi kuputuskan untuk meminta bantuan Kyungmin. Bocah itu tetap mengeluarkan ponselnya walaupun sempat menggerutu.
Kami saling pandang ketika saku piyamaku bercahaya.

"Orang macam apa yang tidur sambil mengantongi ponsel?" Kyungmin kembali mendengus dan melangkah keluar lagi.

Aku menjatuhkan tubuhku di tempat tidur, dan mulai kupandangi ponsel di tanganku. Tidak ada pesan baru, bahkan dari Geonu hyung sekalipun. Aku pun mengirim pesan padanya lebih dulu. Kukatakan padanya kalau sampai saat ini Heeseung hyung belum juga keluar kamar. Aku menunggu balasannya sampai hampir lima menit berlalu. Ketika aku baru saja berniat meletakkan ponselku, sebuah pesan baru pun masuk.

"Dia tidak menjawab panggilanku sejak semalam. Apa dia mengira aku orang asing? Dobrak saja pintunya."

Aku kembali terdiam. Haruskah? Ibu akan marah kalau sampai aku benar-benar melakukannya.

"Hyung?" Ponselku terlempar ketika suara Kyungmin terdengar tepat di telinga kananku. "Hyung siapa?" Aku tidak menjawab, hanya mendelik sekilas kemudian menyambar ponsel dan keluar.

Pintu kamar Heeseung hyung masih terkunci. Berkali-kali kuketuk dan kupanggil namanya, namun tidak ada jawaban. Aku sempat bertanya pada Kyungmin apakah Heeseung hyung pingsan atau memang ia belum bangun. Alih-alih menjawab, Kyungmin mulai berusaha mendobrak pintu. Aku memintanya berhenti namun ia tidak mengindahkan ucapanku. Tepat setelah Kyungmin mengatakan kalau ia akan menendang pintu lebih keras, pintu pun langsung terbuka. Heeseung hyung keluar dengan tas di tangannya. Itu bukanlah pemandangan yang seharusnya kami lihat pagi ini. Kami telah sepakat untuk sarapan bersama. Jadi, apakah gagal lagi?

"Mau kemana?" tanyaku. Tanpa melontarkan jawabannya, Heeseung hyung berlalu begitu saja.

Aku berlari menyusul hyung keluar setelah meyakinkan Kyungmin kalau ia tidak perlu ikut menyusulnya. Aku terus memintanya berhenti sejak keluar dari lift, namun ia baru berhenti ketika aku menarik lengannya.

"Hyung seperti ini karena apa yang terjadi semalam?" Hyung mengernyit. "Apakah bertemu Geonu hyung membuat hyung harus bersikap seperti ini?"

"Jungwon..." Heeseung hyung menatapku tajam. "Kau tahu kalau itu Geonu? Kau tahu dia ada di sana?"

"Aku tahu semuanya. Bahkan aku tahu sebelum hyung mengajakku ke sana."

"Bagaimana... Bagaimana kau bisa tahu? APA KAU TIDAK TAHU BETAPA FRUSTASINYA AKU KARENA TIDAK BISA MEMBAWANYA PULANG?" Heeseung hyung mulai mengguncang bahuku. Aku yang hanya diam justru membuat hyung semakin keras mengguncang bahuku. "Sejak kapan? Sejak kapan kau menyembunyikan hal ini?"

"Sejak hyung memberitahu Eomma kalau Geonu hyung menghilang. Geonu hyung yang menghubungiku dulu."

"Dan kau diam saja? Kau tidak memberitahu kami? Kau membiarkan kami kalang kabut mencari tahu keberadaan Geonu?"

"Geonu hyung sudah berkali-kali menghubungi hyung kan? Apa itu belum cukup?"

"Dia tidak pernah memberitahu keberadaannya." Heeseung hyung kembali menghela napas panjang. "Kenapa kau melakukan hal ini? Kenapa kau pun merahasiakannya?"

Aku mendorong Heeseung hyung menjauh. "Lalu hyung ingin aku melakukan apa? Geonu hyung hanya ingin sendiri. Dia tidak ingin kita mencarinya apalagi sampai menemukannya. Hyung ingin aku memberitahu kalian semua dan mengacaukan segalanya? Hyung ingin Geonu hyung menghilang lagi?"

"Paling tidak kau bisa mengatakan hal ini padaku kan?" Suaranya terdengar lebih lirih. "Dimana dia tinggal?"

"Aku tidak tahu."

"Yang Jungwon!"

"Aku tidak ingin kehilangan Geonu hyung lagi. Paling tidak dengan cara ini lah aku tetap bisa tahu bagaimana keadaannya. Aku harus tetap membuat Geonu hyung percaya kalau aku bisa menjaga rahasianya."

"Kau lebih suka melihat semua tersiksa daripada memberitahu keberadaan Geonu?" Aku kembali terdiam, kepalaku kini tertunduk lebih dalam. "Baiklah kalau itu yang kau inginkan. Aku tidak akan memaksamu lagi. Kau benar-benar memilih menyiksa kami semua rupanya." Heeseung hyung menjauh menuju sebuah taksi yang tak jauh dari kami. Aku tidak bisa menahannya, kaki ini terasa lebih berat sekarang.

"Jadi itu benar Geonu hyung?" Aku menoleh begitu sebuah suara terdengar di belakangku.

"Kyung... Kyungmin?" []

SER'5 : Please Be All Ears!Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon