Chapter. 28

7.1K 924 44
                                    

Sweet Annoyane
.
.
.
Disclaimer : Masashi Kishimoto

Story by : caley_23

Pairing: Sasusaku

Bagian : 28

Genre : Romance, Friendship, Schoollife

Rate : Mature for some reason (No lemon)
.
.
ENJOY!

"Sasori-kun!"

Sasori turun dari tangga untuk menemui Mikoto yang katanya datang mengunjungi rumahnya, ia tersenyum ramah dan menyapa Mikoto dengan sopan.

"Lama tidak bertemu, Bibi." Sasori mempertahankan senyum ramahnya. Tapi, bila dilihat lebih jelas lagi, terdapat raut kesal dari pemuda itu melihat orang yang datang bersama Mikoto.

Sasuke Uchiha, menarik sudut bibirnya menyeringai menatap Sasori yang berdiri di depannya, dia dengan tenang duduk di sofa ruang tamu mengabaikan tatapan membunuh Sasori yang mengarah padanya.

"Bibi dengar Sakura-chan sedang sakit, jadi bibi datang ke sini dengan Sasuke untuk menjenguknya," ujar Mikoto setelah mendudukkan dirinya di atas sofa. "Bagaimana keadaannya sekarang?"

Sasori mengalihkan pandangannya dari Sasuke dan menatap Mikoto. "Keadaannya sudah mulai membaik, berkat dokter yang merawatnya dengan baik juga," ujarnya membuat ekspresi Sasuke langsung berubah kesal mendengarnya.

"Memangnya siapa dokter yang merawat Sakura-chan?" tanya Mikoto penasaran.

"Sabaku Gaara."

"Ah, Gaara!" Mikoto menepuk tangannya. "Sudah lama Bibi tidak bertemu dengan anak itu, apa sekarang dia ada di sini?" tanyanya antusias. Tentu saja dia antusias. Gaara adalah putra dari kerabat dekat Mikoto, pria itu merupakan dokter muda hebat yang sering dibicarakan oleh kalangan-kalangan konglomerat lainnya.

"Tidak, dia baru saja pulang."

Ekspresi Mikoto langsung berubah kecewa. "Sayang sekali. Sampaikan salam dariku jika dia ke datang ke sini."

Sasori mengangguk. "Akan kusampaikan."

Sasuke mendengus pelan. Sebelah kakinya mengetuk-ngetuk lantai dengan tidak sabar karena ibunya malah asik mengobrol dengan Sasori dan melupakan tujuannya untuk menjenguk Sakura.

"Ngomong-ngomong, apa Bibi bisa bertemu dengan Sakura-chan?"

Raut kesal Sasuke langsung berubah lebih cerah saat ibunya mengingat tujuannya kemari, ia lalu menatap ke arah Sasori yang berubah bingung saat mendengar pertanyaan Mikoto.

"Itu...." Sasori bingung sesaat. Tak lama kemudian, sebuah ide melintas di pikirannya membuat dia kembali tersenyum. "Tentu saja."

Sasuke menyeringai, tapi, seringainya langsung hilang begitu mendengar perkataan Sasori selanjutnya.

"Tapi, hanya Bibi yang bisa menemuinya, karena Sakura saat ini sedang tidak bisa menemui banyak orang," ujar Sasori dengan ekspresi tidak enak yang dibuat-buatnya membuat Sasuke geram dan ingin sekali memukul kepala pria itu.

Mikoto mengangguk mengerti. "Baiklah, kalau begitu hanya Bibi yang akan menemui Sakura-chan," ujarnya tanpa tahu kalau putranya lah yang saat ini paling ingin bertemu dengan Sakura. Mikoto lalu menoleh ke arah Sasuke yang sudah di kelilingi aura gelap. "Sasuke-kun, tunggu di sini saja, ya?"

Sasuke mengangguk dan menjawab dengan berat hati. "Hn."

"Ibu tidak akan lama." Mikoto membawa makanan dan vitamin yang dia bawa untuk Sakura, lalu pergi diikuti Sasori yang sudah tertawa setan di dalam hati, meninggalkan Sasuke sendiri dengan aura suram di sekelilingnya, menahan diri untuk tidak mengumpat keras dan menghajar Sasori sekarang.

Sialan!

Rencananya membawa ibunya ke sini sebagai senjata untuk menemui Sakura, gagal. Kalau begini, dia harus menggunakan rencana keduanya yang bisa di bilang cukup ekstrim.

Menculik Sakura.

.
.
.
.
.
.
.

Sasori memakan sarapannya dengan cepat. Sakura dan Karin yang juga sedang sarapan, menatap aneh Sasori yang terlihat sangat terburu-buru.

"Nii-chan, makan sarapanmu dengan pelan," tegur Sakura melihat Sasori yang makan terlalu cepat.

"Tidak bisa, aku harus cepat pergi karena ada rapat saham dadakan."

Karin menaikan sebelah alisnya. "Kenapa bisa dadakan seperti itu?"

"Aku tidak tahu, dasar Itachi brengsek!" jawab Sasori sekaligus mengumpat pada temannya, Itachi yang tiba-tiba mengadakan rapat pembagian saham perusahaan dengan seenaknya tanpa memberitahunya terlebih dahulu.

"Jaga ucapanmu, ada anak kecil di sini," tegur Karin sambil melirik ke arah Sakura.

Sakura yang sedang meminum susunya, tersedak mendengar ucapan Karin. "Siapa yang kau maksud anak kecil?!" protesnya tidak terima dengan bibir yang belepotan susu.

Sasori terkekeh dan mengusap susu pada bibir Sakura dengan tisu, ia lalu mengecup dahi Sakura dan Karin dengan cepat setelah menyelesaikan sarapannya.

"Aku pergi dulu!"

"Hati-hati di jalan!" seru Sakura riang sambil melambaikan tangannya. Setelah Sasori pergi, Sakura langsung menghabiskan sarapannya dengan terburu-buru mengundang tatapan bingung dari Karin.

"Kenapa sekarang jadi kau yang terburu-buru?"

"Ada sesuatu yang harus aku lakukan," jawab Sakura setelah selesai menghabiskan sarapannya, ia lalu berdiri dari kursi dan langsung pergi ke kamar meninggalkan Karin yang menghela napas melihat kelakuan aneh kedua saudaranya hari ini.

.
.
.
.
.
.
.

Sakura menahan salah satu tangan pelayan yang lewat di depannya. Pelayan yang sedang sibuk membawa peralatan kebersihan, terkejut saat nonanya tiba-tiba menahannya.

"Ada apa Nona?" tanya pelayan itu dengan sopan.

"Apa kau tahu kapan Nii-chan selesai rapat?"

"Maaf, saya tidak tahu," jawab pelayan itu tidak enak.

Sakura mengerucutkan bibirnya dan melepaskan tangan pelayan itu. "Baiklah, kau boleh pergi."

Pelayan itu membungkukkan badannya dan pergi dari situ.

Sakura lalu menatap ponselnya yang dia ambil dari kamar Sasori secara diam-diam, ia ingin menghubungi dan bertemu dengan Sasuke sekarang. Tapi, dia tidak tahu sampai kapan kakak menyebalkannya itu akan pulang. Jika Sasori pulang dan tidak menemuinya di sini, dia yakin akan kembali mendapatkan hukuman dan dimarahi habis-habisan.

Ini menyebalkan, sudah 3 hari kakaknya tidak membiarkannya keluar rumah. Dan kemarin, saat Mikoto serta Sasuke datang ke rumah untuk menjenguknya, Sasori hanya membiarkan Mikoto bertemunya dan tidak memperbolehkan Sasuke dengan alasan kalau dia sedang tidak bisa bertemu dengan banyak orang.

Cih.

Ah, dia benar-benar merindukan Sasuke.

Salura menggigit bibir bagian bawahnya pelan. Dengan ragu-ragu, dia mulai menyalakan ponselnya dan terkejut melihat begitu banyaknya pesan dan panggilan tidak terjawab dari Sasuke.

Sakura tersenyum setelah membaca pesan-pesan dari Sasuke. Sebagian besar pesan itu memang hanya berisi Sasuke yang memanggil-manggil namanya. Tapi, pesan terakhir dari pria itu mampu membuat hatinya menghangat setelah membacanya.

Aku merindukanmu.

....
TBC

Sweet Annoyance | SasuSaku ✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora