G:re Chapter 14 : Air Asin (a)

524 89 42
                                    


          Mata Azmi terbuka sayu. Tangannya bergerak mengambil ponsel di nakas. Badannya yang masih terbilang lemas ia paksakan duduk. Masih pukul sembilan malam. Baru dua jam ia pulang dari rumah sakit. Sekejap Azmi mulai mengingat kembali kejadian siang tadi. Tak beberapa lama ia bangkit dari duduknya. Tapi, ia malah kembali sesak.

          "Lemah banget, dah!" Maki Azmi pada dirinya sendiri.

          Kembali merebahkan tubuh ke kasur, ia melihat-lihat pesan di grup whatsapp. Banyak dari teman dan karyawan kantor menanyai keadaannya tak lupa mereka mengirim pesan semangat serta doa. Azmi tersenyum sekilas, ia seperti menemukan hal baru.

          Azmi tak lekas membalas puluhan pesan yang masuk, ia hanya sekadar membaca. Lalu Azmi mulai mencari nomor Khan yang ia simpan dengan nama, K. Sedikit ragu antara mengirimi pesan atau langsung menelepon. Tiba-tiba dari arah luar kamar ponsel Khan berdering. Cukup kencang sampai Azmi mendelikkan mata.

          "Ada apa?" Suara Khan berbeda ruang.

          "Masuk kamar, temenin."

          "Iya, bentar."

          Dari arah luar kamar, Khan menggelengkan kepalanya dan lekas berjalan menuju kamar yang di tempati Azmi. Ia tak mematikan sambungan telepon, masih senang mendengar suara adiknya yang malam ini tiba-tiba manja.

          Setelah sampai di depan pintu, Khan langsung saja memutuskan sambungan telepon dan tentu saja adiknya itu masih saja mengomel. Melihat Azmi yang merebahkan diri di atas kasur. Pandangan Khan terfokus ke wajah pucat tersebut.

          "Azmi sakit ini, lemes, sesak. Ingin tidur tapi nggak bisa," ungkap Azmi jujur.

          "Kembali ke rumah sakit atau gimana?" tanya Khan.

          "Enggak! Agak sinian bisa nggak, Kak?" Azmi menepuk kasur sebelah kirinya. "Temenin aja," lanjutnya.

          Khan mengikuti saja kemauan Azmi, dengan senang hati juga ia menggosok halus dada adiknya yang masih sesak. Tak ingin berbicara apa-apa, Khan tersenyum hangat sambil mendengarkan kata-kata yang terucap dibibir Azmi.

          Lama dalam posisi seperti itu hingga mata Azmi terasa semakin berat, perlakuan Khan membuatnya nyaman. Di detik terakhir sebelum mata itu tertutup ia berucap kalimat. Kalimat yang terus saja Azmi ucapkan sepanjang hari dan itu membuat Khan tertawa garing.

.G:re.

11 jam sebelumnya.

          Hari sabtu, mereka memutuskan untuk berlibur bersama. Satu hari sebelumnya mereka sudah mengundi ke mana arah tujuan bersenang-senang. Tentu saja, rata-rata di antara mereka lebih memilih pantai dari pada gunung ataupun danau. Azmi juga tak menyangka, kenapa banyak sekali orang yang suka sekali memilih tempat panas. Lagi pula, laut merupakan tempat yang membuatnya memiliki trauma.

          Pada akhirnya Azmi tetap saja ikut, dan dengan janji untuk dirinya sendiri. Ia tak akan pernah masuk ke dalam air laut. Cukup berpartisipasi dan melihat. Seperti sekarang, Azmi duduk nyaman di bawah pohon rindang di pinggiran pantai.

          Azmi melihat yang lain bersenang-senang, bahkan kakak dan sahabatnya yang tau akan kondisi tubuhnya, mereka bahkan mengacuhkan keberadaannya.

          "Yah, tertawalah seperti itu, hiraukan saja yang namanya Aufa Zabdan Azmi," ucap Azmi berbicara sendiri.

          Jengkel. Azmi pun pergi dari tempatnya. Berjalan ke arah tempat yang lebih tinggi. Mencari minuman pemuas dahaganya. Air kelapa muda.

GASTRITIS :reWhere stories live. Discover now