G:re Chapter 3 : Magang

718 84 27
                                    

Ps. Bertebaran kata mutiara hitam.

          Lalu lalang orang-orang di lorong kampus tak terlalu diperhatikan oleh dua orang yang tengah sibuk dengan ponsel masing-masing. Zain beberapa kali berusaha menelepon Hanan. Waktu sudah menunjukkan pukul 11.00 siang, lebih awal dari janji yang disepakati. Azmi juga berusaha menelepon seseorang yang ia sendiri bahkan tak percaya bisa satu tim dengan orang tersebut.

          Azmi mulai kesal kala panggilan nomor sedang sibuk. "Joh, taek a! Malah dipateni, lo. Ck ... selak telat guoblok," ucap Azmi sambil memandangi layar ponselnya.

*Dih, pup! Kok dimatiin, sih. Ck ... keburu telat bodoh,*

          Zain yang berada didekatnya tertawa mendengar Azmi mulai tersulut emosi. Beberapa kali gelengan kepala Zain tunjukkan karna aksi Azmi yang terbilang menggemaskan baginya.

          "Woe, kadal! Cepetan ke sini," ucap Zain ketika sambungan telepon mulai terkoneksi. Tak lupa Zain mengerasakan suara ponselnya.

          "Iya, bentar. Saya lagi sama Rifqi nyari tanda tangan."

          Mendengar itu Azmi langsung saja merebut ponsel Zain dari genggam tangan. Zain memperhatikan bagaimana sahabatnya itu yang kini benar-benar diujung kemarahan. Kata makian terlontar kala ponsel itu dipindah tangankan ke orang lain.

          "Su, sing gowo berkase awakmu. Aku rung ndelok. Ndango rene pekok!"

*Njir, yang bawa berkasnya elu. Gue belum lihat. Cepetan ke sini bego!*

          "Kir, iso kanten po ra? Jik tak gholek ne tanda tangan iki, wes penak lo. Garek nompo alus kon."

*Njay, bisa sabar nggak? Masih gue cariin tanda tangan ini, udah enak lo. Tinggal nerima secara halus lu.*

          Saat Azmi hendak menjawab, mulutnya langsung dibungkam oleh telapak tangan Zain. Lalu ponsel direbut dari tangannya. Zain tak ingin mendengar lagi kata yang sangat indah di siang hari yang begitu cerah ini. Ia ingin tenang, dan tak ingin menjadi titik fokus dari mahasiswa yang berlalu lalang.

          "Intinya cepetan," ucap singkat Zain lalu langsung mematikan sambungan.

          Mereka berempat bersama-sama akan melakukan suatu kegiatan yang wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa. Magang bisa disebut Prakerin atau PKL. Suatu kegiatan dimana seorang mahasiswa dilatih untuk dapat melakukan suatu kegiatan kerja secara langsung. Mengenalkan akan dunia kerja.

          Melatih seberapa jauh akan pemahaman mereka menimba ilmu pada bidang masing-masing. Program ini biasanya bisa dilakukan sendir-sendiri ataupun berkelompok. Seperti halnya Azmi yang tiba-tiba saja diusulkan secara berkelompok.

          Azmi sebetulnya menyangka saja, jika ia dikelompokkan hanya dengan Zain dan Hanan. Namun, kali ini Rifqi hadir di tengah-tengah mereka. Semua berkas seperti ; surat pengantar, transkip nilai dan proposal pengajuan magang semua dibawa oleh Rifqi. Karna itu Azmi sangat kesal jika tak sesuai dengan apa yang sudah ia planning.

          "Itu tempat di mana, sih?" tanya Azmi tiba-tiba. Ia masih saja mencari alamat perusahaan yang akan menjadi tempat magangnya.

          "Gue juga nggak tau, ini 'kan usulan Hanan, tanya aja ke dia nanti."

          "Ck ... mereka lama banget. Ini tempat masih baru, ya? Kayak familier. Bener ini nggak, sih, alamatnya?" Azmi menyodorkan ponselnya di depan Zain yang diam saja menatap orang yang sedang berlalu lalang.

          "Gue nggak tau, bih! Ngengkel!" bentak Zain terganggu dengan layar ponsel Azmi.

*Aih! Keras kepala!*

GASTRITIS :reWhere stories live. Discover now