Cerita Mia

564 35 0
                                    

Raditya memarkir mobilnya di depan restoran cepat saji. Jarum jam hampir menyentuh angka 12, ditandai dengan adzan dhuhur yang berkumandang. Waktunya mengisi perut, pikir Raditya yang berencana membawakan makanan untuk Rania. Barangkali hati Rania sedikit melunak dengan perhatiannya, semoga saja.

"Sendiri saja Dit!" Seorang menepuk bahu Raditya dari belakang.

"Mia"

"Hai lelaki bodoh, long time no see" balas Mia sambil ngakak

"Enak aja, bentar lagi gue sidang tau!" Radit tidak terima

"Bangganya yang mau sidang S1, padahal bininya udah mau S3!"

"Bentar Mi, lo tau Rania mau study S3 ke Belanda? Darimana Lo tahu!?" Cecar Raditya

"UPS! Keceplosan deh gue, dasar mulut-mulut gak ada remnya!" Mia memegang mulutnya.

"Apa yang lo tau dari Rania yang gue gak tau?! Jujur sama gue?!" Raditya bertanya dengan nada serius.

Mia tertawa kecil melihat sikap Raditya. "Sekarang gue tanya balik sama lo, emang apa yang lo tau tentang Rania? Coba sebutin warna kesukaan Rania?, Lagu favoritnya, makanan kesukaannya, tempat favorit dia kalau sedih dimana?. Lo bisa jawab gak?" Tantang Mia

Raditya diam. Tersadar bahwa dia tidak tahu apapun tentang kesukaan Rania. Selama ini, dia hanya peduli dengan dirinya sendiri.

"Kenapa Lo diem? Lo gak tau kan?. Hffft! Dasar nasib lo Ran, bisa cinta sama lelaki macam gini. Pake murung tiap hari lagi demi kutu kupret macam ini. Gue merasa malu Dit jadi sepupu Lo!"

"Mi? Rania murung Mi tiap hari? Lo sering ketemu Rania Mi? dia cerita apa aja Mi sama lo?"

"Ya iyalah, orang Rania minggat kan gara- gara lo sakitin terus. Rania gak pernah cerita sih ke gue masalahnya apa? Gak pernah sedikitpun jelek- jelekin Lo sama gue. Tapi gue tahu ada yang gak beres. Tau gak kemana bini lo minggat selama ini? Di kontrakan gue!"

"Alhamdulillah, thanks ya Mi, lo sudah baik sama Rania"

"Gak perlu lebay Dit, Rania wanita tangguh, Rania terlalu baik buat lo. Udah ah, capek gue, laper, gue mau makan dulu" Mia masuk ke restoran dengan Raditya mengikuti dari belakang.

Ada banyak hal yang Raditya tidak tahu, banyak waktu terlewati dengan melukai hati Rania, banyak kesempatan yang berlalu.
Mia, sepertinya sepupunya itu tahu banyak hal tentang Rania, sedekat itukah mereka? Batin Raditya. Yang jelas Mia harus membantunya meluluhkan Rania, istri tercintanya. Ah, kemana saja dia yang baru menyebut Rania istri setelah perempuan itu akan beranjak pergi.
***

"Apaaaa?! Rese Lo!!" Teriakan Mia membuat semua pandangan mata pengunjung restoran menoleh ke arahnya. Beberapa mungkin menyangka bahwa Mia dan Raditya adalah sepasang kekasih yang sedang bertengkar.

Mia yang sadar mengundang perhatian, langsung mengecilkan volume suaranya. Rasanya ingin membuang sepupunya itu ke laut, mengumpankan ke ikan hiu. Emosi sudah, mendengar kisah perselingkuhan Raditya selama ini. Mia heran, bagaimana cara Rania bertahan selama ini? Terbuat dari apa hati perempuan itu?. Kalau saja Raditya bukan sepupunya, Mia tak akan sudi duduk bersama lelaki tak punya perasaan itu.

"Mi,,,gue sadar Mi gue salah, gue ternyata cinta sama Rania. Dia membuat gue menjadi manusia yang lebih baik. Lo tau gak? Gue rajin solat Mi sekarang, gue rajin ke acara pengajian masjid dekat rumah, gue mau berubah Mi. Gue kelarin skripsi gue, gue berusaha bertanggung jawab sama kerjaan gue. Karena Rania gue bisa seperti ini. Please Mi, Lo harus bantu gue..."

"Emang siapa perempuan selingkuhan lo? Perempuan tak berperasaan itu? Bisa-bisanya lo menyakiti Rania!" Mia menyeruput soda dihadapannya, rasa kesalnya membuat udara sekitar mendadak lebih panas.

"Mirna" jawab Raditya

"Apa?!" Demi mendengar nama Mirna disebut, Mia sampai tersedak. "Cewe yang waktu itu Lo kenalin gue?!"

"Iya"

"Astaghfirullah! Radit! Gue kira selama ini elo gak punya otak, tapi Lo juga gak ada hati" Mia tersulut emosi

"Terserah Lo mau sebut gue apa, gue tahu gue salah. Gue gak bisa memutar waktu Mi, yang bisa gue lakuin memperbaiki semuanya, asal Rania tetap sama gue, gue akan lakukan apapun. Please Mi!" Raditya kini berlutut di hadapan Mia, membuat pengunjung yang lain kembali geleng-geleng kepala.

"Dit,Lo ngapain sih? Jangan bikin malu gue!"

"Bilang dulu lo akan bantuin gue mengambil hati Rania, please Mi!!"

Mia benar- benar dibuat pusing oleh sikap Radit. Sepupunya itu dari remaja memang playboy. Manatahu Radit minta maaf, seenak jidatnya saja dia memutuskan perempuan. Entah berapa puluh wanita yang dia sakiti hatinya. Dan lihatlah sekarang, Rania mampu membuat playboy angkuh itu tak berdaya. Apakah Rania memang takdir Raditya. Entahlah, yang jelas, saat Raditya menyebut nama Mirna tadi, Mia harus menceritakan sesuatu yang hampir terlupakan.

"Oke! Oke! Gue akan bantu lo!" Kata Mia pada akhirnya. Walau entahlah, bagaimana keputusan Rania nanti. Setidaknya Raditya memang butuh perjuangan berat jika tak ingin kehilangan Rania.

"Serius Mi?" Radit berdiri, kembali duduk di kursinya.

"Iya, yang pertama kali harus Lo lakuin adalah menjaga Rania, karena gue ada kerjaan seminggu di luar kota. Jangan biarkan Rania sendirian. Rania dalam bahaya."

"Maksud Lo?"

"Mirna bukan wanita baik, dia licik"

***



Rania dan RadityaWhere stories live. Discover now