Kunjungan Pagi

576 32 0
                                    

Raditya membuka mata, bersamaan adzan subuh yang berkumandang. Lelaki itu tersenyum melihat pemandangan di hadapannya. Rania masih tertidur begitu pulas. Raditya mendekatkan wajah ke istrinya, teringat kejadian kemarin malam yang hampir membuatnya khilaf, salah siapa istrinya itu cantik begini. Dipandangnya wajah ayu yang selama ini selalu disakiti nya.

   "Selamat pagi istriku" Rania membuka mata, sedikit kaget  menemukan Raditya di depannya, pipinya memerah, wajah suaminya bangun tidur begitu menawan, entah kenapa kali ini Rania tidak berniat protes dengan rambut Raditya yang acak acakan itu. "Sudah adzan ya, yuk sholat dulu" Rania berniat beranjak, melonggarkan pelukan Raditya yang entah sejak kapan, Rania khawatir pertahanannya roboh kalau terlalu lama berdekatan dengan Raditya.

"Lima menit lagi ya" Raditya justru mempererat pelukannya. "Pipi kamu merah Rania, padahal aku belum melakukan apa-apa".

" Dit, jangan macam-macam" Rania kembali was-was, "kamu janji semalam kita hanya tidur berdua saja, tidak lebih"

"Itu kan untuk semalam Ran, inikan sudah pagi!" Raditya berkilah, mencoba mencari celah,bagaimanapun dia lelaki normal.

"Dit, aku mau mandi, terus sholat, udah pagi ini" Rania mulai panik, pelukan Raditya sulit dilepas

"Iya, habis ini kita mandi bersama ya" Raditya tersenyum simpul

"Dit, aku mau.... Mpppphhhh" Bibir Rania   kembali dibekap oleh bibir Raditya

"Dit... Mphhhhmppppppp" Rania memukul beberapa kali punggung suaminya karena dia kehabisan nafas. Raditya menyerangnya tanpa ampun

Raditya melepaskan panggutannya, memandang manik mata Rania meminta persetujuan. "Dit aku... "

Kembali ciuman itu didaratkan begitu lembut untuk kali ini, membuat Rania serasa terbang, tangan Raditya menjelajah bagian depan dada istrinya, Rania menggigit bibir bawahnya merasakan sensasi aneh, kali ini dia ragu akan bisa melarikan diri. Raditya terus beraksi membuat bekas bekas kecupan di leher jenjang istrinya, sampai bel rumah berbunyi menghentikan aksi mereka.
***

"Tumben papa kesini pagi-pagi?" Tanya Raditya. Saat ini mereka bertiga sedang sarapan pagi, sop ayam, perkedel kentang dan teh hangat, membuat selera makan Hendra menjadi naik, tak disangka masakan Rania begitu enak. Hendra bersyukur Rania bersedia kembali bersama Raditya. Makanya pagi ini setelah sholat subuh, dia sengaja ke rumah anaknya, rindu sarapan bersama.

"Yah papa mau beri suport kamu, hari ini sidang skripsi kan?. Kangen juga susana kekeluargaan begini"

"Supnya enak pa? Tehnya mau tambah lagi?" Tawar Rania, yang diam diam menahan tawa melihat wajah suaminya yang terlihat kesal karena aksinya gagal.

"Ran, kamu jadi berangkat studi S3 bulan depan Ran?. Sebenarnya papa pengen kamu jadi manager produksi biar lebih leluasa mengembangkan bisnis kita dan kerjasama dengan perusahaan Akbar. Radit kan mungkin sebentar lagi juga jadi genderal manager sebelum menggantikan papa"

"Oh, itu Rania undur pa"

"Diundur bagaimana Ran?" Raditya bingung, karena selama ini tidak ada diskusi apapun dengannya terkait ini, bahkan Raditya sudah lupa istrinya akan meninggalkannya studi ke Belanda, hatinya tak rela harus jauh-jauh dari istrinya itu.

"Rania tetap studi S3, tapi semester depan, karena Rania pikir proposal Desertasi Rania belum matang, jadi akan Rania perbaiki dulu. InsyAllah semester depan Rania akan berangkat"

"Alhamdulillah,beneran Ran gak jadi bulan depan? Serius sayang?! " Raditya jingkrak jingkrak seperti anak kecil, sudah memeluk istrinya kembali dari belakang saking senangnya.

"Dit, malu itu ada papa!" Pipi Rania memerah.

"Biarin, papa juga pernah muda ya pah ya"

Hendra geleng-geleng kepala, melihat tingkah anaknya yang begitu ajaib. Syukurlah, batin Hendra melihat rumah tangga anaknya yang berjalan baik.

"Adoooww, kok diinjak sih kakiku Ran! " Rania meringis, sengaja melepaskan pelukan suaminya dengan menginjak kakinya, dasar Raditya tak tau situasi, batin Rania kesal.

"Baiklah, hari ini jam 9, akan papa umumkan pengangkatan kamu sebagai manager. Kita ketemu di kantor ya Ran"
Ucap Hendra, Rania mengangguk tanda setuju

"Lho Rania kan harus nemenin aku sidang pah, jam 11 lho sidang aku"

"Kaya anak kecil saja sih Dit, minta ditemenin" Hendra meledek

"Biarin pa, biar seisi kampus tahu, kalau Rania ini sudah ada yang punya, sah milik Raditya, gak bisa diganggu-ganggu lagi"

"Kaya anak kecil"

"Biarin, pokonya sebelum aku masuk ruang sidang, kamu harus ada"

"Iya- iya"

"I love you Rania sayang"

"Apaan sih Dit, malu tau!"

"Papa saja gak papa kok, ya pah ya"

Hendra tertawa bahagia, pagi ini hatinya begitu damai. Terimakasih ya Allah, bisiknya dalam hati







Rania dan RadityaWhere stories live. Discover now