Mengalah.

1.3K 66 2
                                    

Seina menata menu sarapannya di meja makan. Pagi ini ia tak semangat seperti biasanya. Pagi ini ia masih kesal dengan Arga, karena suaminya itu tetap kekeh tidak mengizinkan ia untuk berkerja. Mau bagaimanapun ia membujuk suaminya itu, tetap saja suaminya itu tak akan mengizinkan ia untuk berkerja. Keras kepala. Sikap itulah yang ia tak suka dari suaminya.

"Selamat pagi buna.." ucap Naura.

"Pagi cantik.." ucap Seina mencoba tersenyum.

"Kok buna belum rapih? Buna gak kerja hari ini?" tanya Naura.

"Kamu tanya sama ayah kamu aja Nau, jangan tanya sama buna." ucap Seina.

Seina memakan sarapannya dengan tidak bergairah. Moodnya pagi ini sangatlah buruk. Wajahnya tak bisa bohong, jika ia masih kesal dengan suaminya. Arga menyadari perubahan sikap Seina sejak kemarin, namun lelaki itu mencoba untuk tidak perduli. Keputusannya sudah bulat untuk tidak mengizinkan Seina untuk berkerja.

"Kamu beneran gak izinin aku kerja?" tanya Seina untuk yang terakhir kalinya.

"Harus aku jawab lagi? Dari kemarin kan kamu udah nanya gitu." ucap Arga.

"Apa susahnya sih izinin aku kerja? Aku juga bisa jaga diri aku.." ucap Seina.

"Apa susahnya sih buat nurut sama suaminya? Yang wajib berkerja itu suami, bukan istri. Aku cuman minta kamu di rumah aja, ikutin saran dokter." ucap Arga.

Seina meletakkan sendok yang ada di tangannya di piring. Ia bangkit dari tempat duduknya, hendak pergi meninggalkan Arga. Ia mencoba menghindari suaminya itu, daripada ia harus bertengkar dengan suaminya di hadapan Naura.

Arga hanya dapat menggelengkan kepalanya saat melihat sikap Seina. Jika sedang merajuk seperti ini, Seina sangatlah terlihat seperti anak kecil. Menurut Arga, masalah ini tak seharusnya dipermasalahkan. Arga melarang Seina berkerja juga karena alasan yang jelas, bukan karena alasan yang tidak masuk akal.

"Buna kenapa ayah?" tanya Naura.

"Gapapa.. mungkin buna cuman mau istirahat.. udah, kamu habisin sarapan kamu, habis itu kita berangkat.." ucap Arga.

Naura kembali memakan sarapannya. Setelah menghabiskan sarapannya ia meneguk susu coklat yang ada di sampingnya. Setelah itu, barulah ia dan Arga  menghampiri Seina untuk pamit.

"Buna, Naura berangkat sekolah dulu ya Bun.." ucap Naura.

"Belajar yang pintar ya cantik.." ucap Seina.

"Siap buna.." ucap Naura sambil hormat di hadapan Seina.

"Aku juga berangkat ya.." ucap Arga

"Hm." ucap Seina berdeham.

"Vitamin sama susu hamilnya jangan lupa diminum.. aku udah siapin di meja makan.." ucap Arga.

Seina mencium tangan kanan Arga. Ia harus  mengesampingkan egonya sejenak. Walaupun ia sedang merajuk dengan suaminya, tetap saja ia harus menghormati suaminya itu.

***

Seina memperhatikan Naura yang sedang mengerjakan tugas sekolahnya. Senyuman terukir di bibir manisnya. Tak terasa, anak perempuannya itu kini sudah tumbuh semakin besar. Sebentar lagi ia akan masuk ke jenjang sekolah baru, sekolah dasar. Banyak momen tumbuh kembang Naura yang Seina rindukan. Momen yang tak akan pernah bisa diulang.

"Buna bunga bagusnya warna pink atau merah?" tanya Naura.

"Warna pink kayaknya bagus.." ucap Seina.

Naura mengikuti arahan Seina. Ia mewarnai bunga yang ada di buku gambarnya. Menakjubkan, ia berhasil mewarnai bunganya tanpa keluar garis. Sangat rapih. Setelah selesai, Naura menutup buku gambarnya.

"Tugasnya udah selesai, sekarang kamu tidur ya.. buna temenin sampai kamu tidur.." ucap Seina.

Seina dan Naura beranjak naik ke atas kasur. Seina mematikan lampu kamar Naura, di ganti dengan lampu tidur. Perempuan itu menarik selimut hingga menutupi dada Naura. Setelah itu ia mengelus kepala Naura sayang, agar anaknya itu dapat tidur pulas.

Saat Seina sedang menemani Naura tidur, Arga datang menghampirinya. Lelaki itu duduk di samping Seina, menatap manik mata istrinya itu lekat.

"Aku mau ngomong berdua sama kamu.." ucap Arga.

"Ngomong aja." ucap Seina.

"Gak disini. Ayo ikut aku.." ucap Arga.

Arga menggenggam tangan Seina, membawa Seina keluar dari kamar Naura. Lelaki itu hendak mengajak Seina bicara di ruang tamu. Mereka harus menyelesaikan masalah mereka malam ini. Ia akan mengajak Seina bicara baik baik, tak keras seperti pagi tadi.

"Kamu masih ngambek sama aku?" tanya Arga.

Seina mengangkat bahunya acuh. Ia memilih memainkan ponselnya, daripada harus menatap suaminya.

"Aku lagi ngomong, simpan dulu handphonenya.." ucap Arga.

"Apa?" tanya Seina.

"Kamu masih ngambek?" tanya Arga.

"Harus banget aku jawab? Tanpa aku jawab kamu udah tau jawabannya kan?" ucap Seina.

"Kamu sayang kan sama bayi yang ada di kandungan kamu?" Tanya Arga

"Sayang lah.." ucap Seina.

"Kalau kamu sayang sama bayi itu, kamu harus nurut sama aku, lebih tepatnya harus nurut sama saran dokter.. dokter kan kemarin menyarankan kalau kamu di rumah aja untuk sementara waktu. Kehamilan kamu masih rentan Sein, kamu gak mau kan kejadian kayak kemarin ke ulang lagi? Aku bukannya ngelarang kamu kerja, tapi aku menjaga bayi yang ada di kandungan kamu.." ucap Arga.

Seina diam sejenak, memikirkan apa yang dikatakan oleh Arga. Tak salah memang apa yang diucapkan suaminya itu. Semuanya masuk akal. Seina juga tak bisa egois. Ia harus memikirkan bagaimana nantinya janin yang ada di kandungannya jika ia tidak mengikuti saran dokter.

"Yaudah aku ikutin mau kamu, demi anak aku." ucap Seina.

"Ikhlas gak?" Tanya Arga.

"Ikhlas.. maafin aku kalau kemarin aku egois, aku gak mau denger omongan kamu.." ucap Seina.

Dalam lubuk hati Seina, ia masih enggan untuk melepaskan butiknya. Namun sekarang ia tak boleh egois. Ada nyawa di dalam rahimnya yang harus ia jaga. Ia sayang dengan anaknya, dan ia tak ingin kejadian kemarin kembali terulang.

"Ini hanya untuk beberapa bulan ke depan kok.. aku janji, setelah janin yang ada di kandungan kamu kuat, aku akan izinin kamu ke butik lagi.."

"Makasih ya mas.." ucap Seina sambil memeluk tubuh Arga.

Arga membalas pelukan Seina. Ia mengelus rambut Seina sayang. Seina memang tipikal perempuan yang keras. jika ia bicara keras dengan Seina, Seina akan semakin keras. Namun jika bicara dengan santai dan lembut, perempuan itu pasti akan mengerti.

***

Gimana nih part ini? Menurut kalian, Seina akan betah gak ya di rumah? Apa Seina benar benar akan meninggalkan butik yang selama ini ia bangun dengan usahanya sendiri?.

Jangan lupa vote dan komentarnya ya.. terimakasih :)

Kesempatan Kedua ( Under Revision)Where stories live. Discover now