Penenang.

1.4K 64 3
                                    

Prosesi pemakaman ayah Rama baru saja selesai. Para pelayat berhamburan pergi meninggalkan makam ayah Rama, tersisa Seina, Arga, bunda Mila, dan bang Kenzo.

Air mata terus turun membasahi pipi Seina. Hatinya kembali merasa hancur. Untuk kedua kalinya Seina harus kehilangan orang tersayang. Beberapa bulan yang lalu Seina baru saja kehilangan calon anak keduanya, dan sekarang Seina harus kehilangan sosok pelindungnya.

Arga mengelus pundak Seina, memberi kekuatan untuk istrinya itu. Tak mudah memang, merelakan kepergian orang terdekat dalam waktu yang cukup cepat. Arga tak tega melihat Seina menangis seperti saat ini. Baru saja Seina mendapatkan kabar bahwa dirinya sedang berbadan dua, sekarang istrinya itu harus merasakan kesedihan lagi.

"Sein.. pulang ya, udah sore.." ucap Arga.

"Aku masih mau disinis, mas.. aku masih mau temenin ayah.." ucap Seina.

"Besok kita kesini lagi, sekarang kita pulang dulu yah.. kamu harus istirahat, Sein.. pikirkan janin yang ada di kandungan kamu.." ucap Arga.

"Kamu dengar gak? Aku masih mau disini! Bisa gak kasih aku waktu untuk sendiri?" bentak Seina tanpa sengaja.

Arga memejamkan matanya, mencoba meredam emosinya. Emosi Seina  sedang tidak stabil. Jika Arga ikut tersulut emosi, pasti mereka akan bertengkar pada akhirnya.

"Arga benar Sein, kita pulang sekarang ya.. kamu gak boleh capek dan stress, kasihan janin yang ada di kandungan kamu.." ucap bunda Mila.

Seina menyeka air matanya. Dengan berat hati, Seina menuruti ucapan bunda Mila.

Arga membantu Seina berdiri. Dengan langkah pelan, mereka pergi meninggalkan makam ayah Rama, pulang ke rumah bunda Mila.

"Muka kamu pucat banget Sein.. kamu sakit?" tanya Arga.

"Aku gapapa." ucap Seina.

"Aku gendong ya? Kamu juga kelihatan lemas banget.." tawar Arga.

"Aku masih bisa jalan sendiri." ucap Seina.

Sesampainya di rumah, Seina langsung berlalu masuk kedalam kamarnya. Seina mengunci pintu kamarnya, memberi tanda bahwa ia sedang tidak ingin di ganggu.

Jangan tanyakan dimana keberadaan Naura. dalam beberapa hari kedepan, Naura akan menginap dirumah mamah Tari, sampai keadaan Seina membaik. Emosi Seina sedang tidak stabil, membuat Arga tak ingin Seina dekat dengan Naura untuk beberapa hari kedepan.

***

Seina menatap sendu bingkai foto yang ada di tangannya. Malam ini, Seina sedang berada di balkon kamarnya, seorang diri. Air mata kembali membasahi pipinya. Ini adalah patah hati terbesar Seina. Seina tak pernah membayangkan jika hal seperti ini akan datang secepat ini. Seina tak pernah membayangkan ketika hidupnya tak lagi ada ayah Rama disampingnya.

Apa tuhan tidak cukup mengambil calon anak keduanya? Sampai tuhan harus mengambil nyawa ayah Rama?

"Sein.."

Seina  bergeming, tak minat untuk menengok ke sumber suara. Tatapan mata Seina tetap tertuju pada bingkai foto yang ada di tangannya.

Kenzo ikut duduk dibalkon kamar Seina. Kenzo menyandarkan kepala Seina di pundaknya. Tangannya terulur merangkul pundak adik perempuannya itu.

"Lo mau sampai kapan nangis kayak gini?" tanya Kenzo.

"Entah. Gue merasa dunia gue sudah hancur. Orang yang selama ini melindungi gue udah gak ada, untuk apa lagi gue hidup di dunia ini?" ucap Seina.

Kesempatan Kedua ( Under Revision)Onde histórias criam vida. Descubra agora