Keguguran

4.1K 222 3
                                    

Pagi ini Seina sibuk menyiapkan sarapan untuk Naura. Semalam, anak perempuannya itu meminta Seina untuk membuat sarapan nasi goreng. Dengan senang hati Seina membuat nasi goreng spesial untuk Naura. Setelah nasi goreng itu jadi, Seina membawanya ke meja makan.

"Nau, ayo sarapan dulu.. nanti kamu terlambat loh.." ucap Seina.

Naura berlari menghampiri Seina. Ia duduk di samping Seina, meminta Seina menyuapinya. Naura memang tipe perempuan yang manja, jika sedang bersama Seina. Ia sama sekali tidak bisa di tinggal oleh Seina.

"Sein, kamu sakit? Muka kamu pucat banget loh.." tegur bunda Mila.

"Cuman pusing aja bun, di bawa istirahat juga nanti sembuh.." ucap Seina.

"Gak mau ke dokter? Ke dokter aja yuk.. bunda temenin.." bujuk bunda Mila.

"Aku baik - baik aja bunda.." ucap Seina.

Seina mencoba bangkit dari tempat duduknya, beranjak mengambil tas sekolah Naura yang ada di dalam kamar. Namun, baru beberapa langkah ia berjalan, pertahanannya runtuh. Ia pingsan di depan kamarnya.

Melihat Seina pingsan, bunda Mila langsung memanggil ayah Rama dan bang Kenzo. Ketiganya dibuat panik saat melihat Seina pendarahan. Dengan cepat Kenzo menggendong tubuh Seina, membawa Seina masuk ke dalam mobil. Ia langsung menjalankan mobil menuju rumah sakit terdekat.

Bunda Mila cemas melihat kondisi Seina. Dalam hati ia terus merapalkan doa, berharap anak dan calon cucu nya baik - baik saja. Tak lupa, ia juga memberi kabar pada Arga, menyuruh Arga menyusul ke rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit, Seina langsung di tangani oleh dokter. Bunda, ayah, dan abang Seina menunggu di depan ruangan. Ketiganya terduduk menung di kursi yang di sediakan. Air mata terus membasahi pipi bunda Mila, takut terjadi sesuatu dengan anaknya.

"bun, gimana keadaan Seina? Seina sama kandungannya baik - baik aja kan bun?" tanya Arga cemas.

"Bunda belum tau Ga.. Seina masih di periksa sama dokter. Sebelum dibawa kerumah sakit, bunda lihat kalau Seina pendarahan.." ucap bunda Mila.

"Pendarahan?" tanya Arga.

Arga terduduk lemah di depan ruang pemeriksaan. Ia mengingat ucapan dokter beberapa hari yang lalu, yang menyatakan bahwa kandungan Seina lemah. Rasa takut dan cemas ia rasakan saat ini. Ia takut terjadi sesuatu dengan istri dan juga anaknya. Ia tak mungkin bisa memaafkan dirinya sendiri, jika terjadi sesuatu dengan Seina dan calon anaknya.

Pintu ruang pemeriksaan dibuka. Dokter dan beberapa suster keluar dari ruangan tersebut. Arga bangkit dari tempat duduknya, menghampiri dokter yang menangani Seina.

"Dok bagaimana kondisi istri saya dok?" tanya Arga.

"Mohon maaf pak, saya harus memberikan pernyataan buruk untuk anda.. kondisi kandungan istri anda semakin melemah. Dengan berat hati saya harus ungkapkan bahwa bayi yang ada di kandungan istri anda harus di gugurkan.. jika bapak dan ibu tetap ingin mempertahankan kandungan ibu Seina, nyawa ibu Seina yang akan terancam." ucap dokter.

Bukan. Bukan informasi itu yang ingin Arga dengar. Arga kembali terduduk lemah. Ia menjambak rambutnya kasar. Kenzo yang berada tak jauh dari Arga mencoba menenangkan Arga, duduk di samping Arga.

"Lo harus kuat Ga.. lo gak boleh lemah kayak gini.. gue tau ini semua berat buat lo dan Seina, tapi percaya sama gue, akan ada hikmah di balik semua ini. ini semua sudah takdir Allah Ga, lo gak boleh menentang takdir Allah." ucap Kenzo.

"Ini semua salah gue bang.. gue gak bisa menjaga kandungan Seina dengan baik, gue sudah gagal bang. Gue bodoh. Seandainya kemarin Seina gue paksa untuk di rawat di rumah sakit, mungkin sekarang kandungan Seina masih baik - baik aja." ucap Arga.

"Lo gak boleh nyalahin diri lo kayak gini. Lo harus kuat Ga, agar Seina bisa kuat. Gue yakin, lo berdua bisa bangkit dari keterpurukan ini. mendingan sekarang lo masuk, lo ngomong baik - baik sama Seina. Gue yakin, Seina bisa mengerti." ucap Kenzo.

Arga masuk ke dalam ruangan Seina. Saat ia masuk, terlihat keadaan Seina yang sangat lemah. Dengan langkah ragu Arga mendakati bangkar Seina. Tangannya mengelus tangan kanan Seina. Pertahanannya hancur. Ia tak dapat membendung tangisnya saat berada di depan Seina.

"Kamu kenapa nangis? Aku sama anak kita baik - baik aja kan?" tanya Seina.

Arga memeluk tubuh Seina. Tubuhnya kembali bergetar. Isakan terdengar keluar dari mulutnya. Ia tak sanggup menceritakan semuanya kepada Seina. Ia tak sanggup jika harus melihat Seina rapuh, karena kehilangan calon anak mereka.

"Arga jawab pertanyaan aku!" ucap Seina.

Arga melepaskan pelukannya. Ia menyeka air mata yang membasahi pipinya. Ia menatap mata Seina sendu.

"Aku akan ceritain semua, tapi aku mohon sama kamu, kamu harus kuat.." ucap Arga.

"Maksud kamu?" tanya Seina bingung.

"Dokter bilang kalau kandungan kamu semakin lemah. Dan dokter bilang kalau kandungan kamu harus di gugurkan.. kalau kita tetap kekeh mempertahankan bayi yang ada di kandungan kamu, nyawa kamu akan terancam." ucap Arga lirih.

Air mata terkumpul di pelupuk mata Seina. Sekarang ia tau, mengapa sedari tadi Arga menangis. Sakit rasanya ketika ia mendengar semua ucapan yang keluar dari mulut Arga. Ia tak dapat membayangkan, jika ia kehilangan calon anak yang selama ini ia nantikan.

"Kamu bohong kan Ga? Kamu bercanda kan?" tanya Seina.

"Aku serius Sein, aku gak bercanda." ucap Arga.

Seina mengalihkan padangannya. Tangis yang sedari tadi ia tahan, keluar membasahi pipinya. Tangannya memukul perutnya, tak terima dengan kenyataan yang ada.

"Sein, aku mohon jangan kayak gini. Ini semua sudah takdir sayang, kita harus bisa terima semua ini.." ucap Arga sambil menahan tangan Seina.

"Kenapa harus anak aku yang harus di gugurkan? Kenapa gak nyawa aku aja yang terancam?!" ucap Seina lirih.

Arga merengkuh tubuh Seina. Ia tak tega melihat Seina yang begitu rapuh. Arga pun merasakan hal yang sama, namun ia mencoba untuk tegar di hadapan Seina. Ia tak mau terlihat lemah di hadapan Seina.

"Keputusan aku sudah bulat, aku akan menggugurkan kandungan kamu." ucap Arga lirih.

"Enggak. Kamu gak boleh gugurin kandungan aku.. Ga, kamu harus percaya sama aku, bayi yang ada di kandungan aku akan baik - baik aja, dia pasti kuat.. kamu gak boleh lakuin hal itu Ga." ucap Seina.

"Aku gak mau kamu kenapa - kenapa Sein.. aku harus ambil tindakan ini, untuk menyelamatkan nyawa kamu. Aku ngelakuin ini bukan karena aku gak sayang sama bayi yang ada di kandungan kamu, tapi karena aku gak mau kehilangan kamu. Kamu terlalu berharga Sein untuk aku dan Naura.." ucap Arga.

"Aku gak perduli. Bahkan kalau aku harus meninggal karena aku mempertahankan bayi ini, aku ikhlas. Setidaknya, kasih aku kesempatan untuk mempertahankan bayi ini.. aku sayang sama dia Ga, aku gak mau kehilangan dia.." ucap Seina.

"Sein, kamu mikir gak gimana perasaan orang terdekat kamu kalau kamu ninggalin mereka? Gimana terpuruknya bunda, ayah, bang Kenzo, aku, Naura kalau kita harus kehilangan kamu? Aku gak mau jadi orang bodoh karena hal ini Sein. Kalau ada jalan lain selain menggurkan kandungan kamu, pasti aku akan lakuin itu Sein. Aku ingin mempertahankan kalian berdua, tapi disini aku harus memilih salah satu dari kalian, dan aku lebih memilih mempertahankan nyawa kamu.." ucap Arga.

Arga mengelus perut Seina. Air mata terus membasahi pipinya. Sekuat apapun ia di hadapan Seina, ia tetaplah lelaki yang rapuh, yang bisa saja meneteskan air mata. Ini adalah pilihan yang sulit untuk Arga. Mana mungkin ia tega menggugurkan janin yang ada di dalam rahim Seina? Disaat ia sangat menantikan kehadiran bayi kecilnya di dunia ini.

"Maafin ayah nak.. semoga nanti kita bisa bertemu kembali di surga.. ayah sayang kamu.." batin Arga.

Kesempatan Kedua ( Under Revision)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें